Salin Artikel

Mengenal Waras, 30 Tahun Jadi Tukang Kebun Keliling di Depok

Ia tampak berkeliling menyusuri perumahan-perumahan warga sambil berteriak “potong rumput” dan “perbaikan selokan”.

Selama dua jam mengelilingi perumahan warga, ia belum mendapat orderan atau panggilan.

Setelah berkeliling, ia pun menyempatkan diri untuk istirahat di warung kopi depan kompleks Perumahan Permai Sukmajaya, Depok.

Waras sudah menjadi tukang kebun keliling selama 30 tahun sejak umurnya masih 24.

Ia terus menekuni profesinya dengan sabar dan ikhlas, walau usahanya berkeliling perumahan tidak selalu membuahkan hasil.

“Saya mah tiap hari keliling terus, tapi kan untung-untungan, Mbak. Dapat orderan mah syukur, enggak dapat mah ya sudah ikhlas saja, enggak mungkin dipaksain juga,” ucap Waras.

Dalam sehari, Waras paling banyak mendapatkan pelanggan satu orang untuk membersihkan kebun rumahnya.

“Sekarang sudah susah, banyak saingan, harga juga bersaing. Sekarang bagaimana pelanggan puas dengan hasil kerja kita," ujarnya sambil tersenyum tipis.

Ia mengakui pendapatannya selalu naik turun tiap hari, tergantung ukuran pekarangan rumah warga yang dia rapikan.

Waras mematok harga paling rendah Rp 100.000 untuk pekarangan standar dan yang paling tinggi Rp 150.000 untuk pekarangan luas.

“Ya penghasilan yang saya dapat juga bisa saya pakai sampai tiga hari, Mbak. Orang sehari dapat orderan, eh dua hari keliling enggak ada yang order lagi,” ujar Waras.

Ia mengatakan, banyak warga yang merasa iba kepadanya dan akhirnya melebihkan uang harga membersihkan kebun tersebut.

"Mungkin karena saya suka senyum-senyum kali ya, terus memang suka cerita-cerita kalau lagi berkebun di rumah warga,” ujar Waras.

Keluarga

Pria asal Cirebon tersebut mengatakan, dari puluhan tahun menekuni pekerjaan ini, banyak pengalaman yang ia dapatkan. Salah satunya ketika disuruh membersihkan rumah kosong warga. 

"Rumah tersebut sudah seperti hutan, rupanya ada ular pas di belakang saya. Tentu saya terkejut, tapi lucunya ular tersebut cuma melihat saja tanpa ada pergerakan untuk mematok saya. Jaraknya hanya satu meter dari saya," ujar Waras.

Ia mengaku selalu berpikir bagaimana hasil pekerjaannya bisa mencukupi kebutuhan anak dan istri.

Waras hanya ingin anak-anaknya menuntut ilmu setinggi mungkin dan tidak seperti dirinya yang hanya bersekolah di bangku Sekolah Dasar.

Dia memiliki lima anak yang harus dibiayai setiap hari. Dua anaknya sudah lulus sekolah, sementara tiga yang lain belum bersekolah.

“Saya ingin anak-anak saya sekolah tinggi, jangan seperti saya yang cuma tamatan SD dan buta huruf,” ucap Waras.

Ia ingin anak-anaknya dapat menggapai cita-citanya walau mungkin hanya tamatan SMA.

“Hidup saya untuk keluarga. Kalau anak saya sukses, saya pun ikut bahagia,” tutur Waras.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/08/12385841/mengenal-waras-30-tahun-jadi-tukang-kebun-keliling-di-depok

Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke