Salin Artikel

Perjuangan MH Thamrin Lahirkan Sepak Bola di Ibu Kota

Namun MH Thamrin sesungguhnya juga sosok yang sangat berjasa melahirkan persepakbolaan di Jakarta. Riuh rendah keberadaan stadion bagi klub Persija saat ini mengingatkan kembali bagaimana Persija, yang dulu masih bernama Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ), bisa punya lapangan berkat jasa MH Thamrin.

Pemuda asli Betawi

Thamrin lahir 16 Februari 1894 dari pasangan Thamrin Muhammad Thabri dan Nurhamah di Kampung Sawah Besar, Batavia. Saat itu ia tinggal tidak jauh dari pusat kota baru Batavia dan merasakan betul sistem rasial kota kolonial.

Keluarganya merupakan peranakan Eropa. Ia sering disebut sebagai kaum elite, super kaya Betawi, dengan ayahnya pejabat dalam struktur kolonial.

Thamrin mengenyam pendidikan di sekolah Belanda. Pertama ia memasuki Bijbelschool Pasar Baru, semacam sekolah kanak-kanak Kristen. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di Koning Willem Drie (KW III).

Keduanya sekolah berbahasa Belanda. Thamrin bahkan memiliki nama Belanda, yaitu Jacob.

Meski demikian, kecintaan Thamrin jatuh pada kampungnya dengan warganya yang biasa memanggil dia "Matseni".

Thamrin pun terjun ke politik. Thamrin muda merupakan anggota Volksraad (Dewan Rakyat) di pemerintahan Hindia Belanda sekaligus anggota Gemeenteraad (Dewan Kota) Batavia yang memperjuangkan kepentingan rakyat.

Dia pernah menuntut pemerintah kolonial menganggarkan puluhan ribu gulden untuk perbaikan kampung. Dengan lantangnya dia berpidato di depan Gemeenteraad pada Oktober 1919:

"Sejak kecil, walau saya anak wedana, saya bergaul dengan anak-anak jelata. Sejak kecil saya dihadapkan pada kenyataan pahit kehidupan saya. Banjir menimbulkan kemelaratan dan penyakit. Saya melihat sendiri betapa buruk kampung dan jalan tempat saya bermain. Betapa gelap pada malam hari karena tidak ada penerangan. Saya ingin semuanya itu berubah. Jalan-jalan menjadi aspal. Air minum hendaknya air bersih, kesehatan hendaknya dipelihara, dan jalan mendapat lampu penerangan. Saya hanya mengharapkan agar cita-cita saya itu dapat menjadi kenyataan". (Matahari Jakarta, karya Soekanto MA).

Thamrin gila bola

Kepedulian Thamrin tak hanya pada perkampungan dan kemiskinan. Sebagai penggila bola, Thamrin juga mendesak pemerintah Belanda memperhatikan sepak bola yang kala itu hanya dinikmati keturunan Belanda.

Klub sepak bola pribumi tak boleh merumput di lapangan-lapangan bond atau liga sepak bola Eropa.

Dalam diskusi "Dari Stadion VIJ menuju Stadion MH Thamrin, di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (15/2/2019), sejarawan JJ Rizal bercerita bagaimana klub-klub pribumi kala itu akhirnya membentuk liga sendiri yakni Voetbal Boemipoetra (VBB). VBB kemudian berubah menjadi Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ), yang pada tahun 1942 menjadi Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta (Persija).

"Saya curiga berdirinya VIJ adalah karena ulah Thamrin. Sebab VIJ berdiri selang sebulan setelah Kongres Pemuda 28 Oktober 1928. Ada dorongan MH Thamrin kepada masyarakat Jakarta untuk orang Betawi terlibat," kata Rizal.

Apalagi Thamrin kemudian diangkat sebagai pelindung VIJ. Thamrin mendesak agar pemerintah kolonial memperhatikan sepak bola bumi putera di Gemeente dan Volksraad. Soalnya, VIJ mengalami masalah pelik tidak punya lapangan bola yang baik dan sesuai standar.

Thamrin sendiri akhirnya menyumbangkan 2.000 gulden dari kantong pribadinya untuk membuat lapangan sepak bola yang layak bagi kaum pribumi. Lapangan di Laan Trivelli (Petojo) inilah yang menjadi markas VIJ.

Bond sepak bola pribumi akhirnya memiliki stadion sepakbola yang representatif dan berstandar internasional dengan tribun juga ruang makan.

VIJ kemudian mendorong terjadinya persatuan yang lebih luas klub-klub sepakbola pribumi. Mereka aktif berkorespodensi dengan klub-klub pribumi lainnya dan mengontak secara khusus Ir Soeratin agar angan-angan persatuan klub sepak bola pribumi itu terbentuk.

Hasilnya pada 19 April 1930 terbentuklah PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia).

Thamrin saat itu telah bertindak menjadi jembatan dunia pergerakan dan sepak bola dalam skala yang lebih luas. Ia seringkali mengajak para koleganya di Dewan Rakyat maupun di luarnya untuk ikut menghadiri pertandingan yang diselenggarakan VIJ maupun PSSI. Mereka bahkan diajak ikut bermain dalam pertandingan persahabatan.

"Hatta walaupun sangat kiri, dia sangat islami, dia pakai celana panjang saat bermain bola. Kalau kena sliding tackle dia akan berdiri dan bilang 'Anda tidak baik bermainnya', dia akan ngajarin," kata Rizal.

Rizal bercerita sepak bola yang awalnya adalah hiburan rakyat, lama-lama tumbuh menjadi alat perjuangan politik.

Pada masa pergerakan, para pahlawan nasional seperti Hatta dan Syahrir memiliki klub sepak bola. Namun, kata dia, Thamrin-lah tokoh yang mengeluarkan uang pribadinya untuk membeli lapangan.

Rizal pun mengusulkan agar Pemprov DKI mengabadikan nama MH Thamrin pada stadion yang akan dibangun bagi klub Persija.

"Ketika kita punya stadion, kita mulai bagaimana menamai stadion dengan nama orang yang bisa kita teladani, yang memberikan kesadaran sepak bola adalah etos," ujar JJ Rizal.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/16/12205541/perjuangan-mh-thamrin-lahirkan-sepak-bola-di-ibu-kota

Terkini Lainnya

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Massa Buruh Nyalakan 'Flare' dan Kibarkan Bendera di Monas

Massa Buruh Nyalakan "Flare" dan Kibarkan Bendera di Monas

Megapolitan
Ribuan Buruh Ikut Aksi 'May Day', Jalanan Jadi 'Lautan' Oranye

Ribuan Buruh Ikut Aksi "May Day", Jalanan Jadi "Lautan" Oranye

Megapolitan
Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Megapolitan
Ribuan Polisi Amankan Aksi 'May Day', Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Ribuan Polisi Amankan Aksi "May Day", Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Megapolitan
Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke