Kakak beradik tersebu tinggal di Jalan Gelatik Atas.
Sukadi mengatakan, keduanya setiap hari bekerja sebagai pemulung, mengumpulkan barang-barang bekas di pinggir pelintasan kereta Jalan Bintaro Permai. Barang-brang tersebut dijual kepada pengepul untuk memenuhi kebutuhan hidup.
“Memang enggak seperti biasanya Nurmilis dan Rosminar mengambil barang bekas tersebut pada sore hari. Biasanya pagi jam 10.00 WIB udah mungutin barang bekas dia itu,” ujar Sukadi saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (16/2/2019).
Sukadi mengatakan, beban barang bekas yang melebihi kapasitas yang diletakkan di kepala korban diduga menutup pendengarannya yang juga sudah berkurang.
Padahal kata Sukadi, saat kakak beradik ini hendak menyeberang, warga berteriak bahwa ada kereta yang akan melintas. Namun, keduanya tidak juga mendengar.
“Memang saat itu pikulannya di kepala melebih batas ya, sehingga terhalang dengan bebannya dan pendengarannya juga kan mereka agak sedikit terganggu. Mungkin pada saat kereta melintas mereka tidak mendengar,” ucap Sukadi.
Sukadi mengatakan, kakak beradik ini diketahui tidak memiliki anak dan mereka tinggal berdua.
“Nggak ada anak kayaknya, soalnya yang datang ke kantor itu keponakannya. Seharusnya kan kalau punya anak, ya anaknya yang ke kantor,” ucap Sukadi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/16/12372701/pejalan-kaki-yang-tewas-tertabrak-kereta-di-bintaro-merupakan-kakak