Salin Artikel

[HOAKS] Pesan soal 600 Anak Terkena Difteri di Jakarta

Adapun informasi ini tersebar di media sosial Facebook pada Sabtu (16/2/2019) dan telah dibagikan ke beberapa akun Facebook lainnya.

Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan klarifikasinya.

Narasi yang beredar:

Berdasarkan penelusuran Kompas.com, informasi ini berawal dari pesan yang dikirim dalam aplikasi pesan WhatsApp pada Sabtu (16/2/2019). Pesan mengatasnamakan Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemprov DKI Jakarta.

Dalam pesan itu disebutkan bahwa ada 600 anak yang terkena penyakit difteri, bahkan 38 anak dinyatakan meninggal.

Menanggapi kondisi ini, dalam pesan itu disebutkan bahwa Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengadakan imunisasi massal sampai 11 Desember untuk usia anak 1-19 tahun.

Pesan itu juga menuliskan bahwa penyakit difteri ini disebabkan adanya kontaminasi dari kencing tikus yang terkandung dalam cabai bubuk.

"Hati-hati jangan jajan yang pakai cabai bubuk, jangan jajan pakai cabai kering seperti cabai di tahu bulat, otak-otak, dan sebagainya. Pokoknya jangan pakai cabai bumbu kering. Karena penuh penyakit dari kencing tikus, kasusnya banyak yang meninggal karena penyakit difteri," demikian yang tertulis dalam pesan.

Pesan tersebut juga menyebut mengenai gejala difteri, seperti terbentuknya lapisan tipis yang menutupi tenggorokan, demam menggigil, sakit tenggorokan, sulit bernapas, pembengkakan kelenjar limfa, lemas, dan pilek.

Pesan itu juga memaparkan beberapa penularan penyakit difteri dari satu orang ke orang lain, di antaranya penularan melalui ludah, batuk, dan lainnya, mirip dengan penularan TBC.

Masyarakat diminta menghindari tempat-tempat ramai, seperti tempat rekreasi dan lainnya.

Penelusuran Kompas.com:

Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes DKI Jakarta Widyastuti menegaskan bahwa pesan tersebut tidak benar.

"Informasi penyakit difteri itu kami pastikan hoaks dan tidak berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta," ujar Widy saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (22/2/2019).

Selain itu, Widy mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya terhadap informasi yang belum jelas kebenarannya. Dia pun memberikan penjelasan.

"Difteri itu penyakit yang bisa ditularkan oleh orang yang mengidap difteri. Penularannya melalui percikan ludah saat bersin atau batuk dan benda-benda pribadi yang terkontaminasi," ujar Widy.

Widy juga mengatakan bahwa anak-anak dan orang dewasa yang imunisasinya tidak lengkap bisa dengan mudah terinfeksi penyakit ini.

Beberapa gejala yang tampak ketika seseorang terkena difteri, antara lain demam, nyeri tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening di leher, kesulitan bernapas, napas cepat, badan lemah, dan hidung berair.

Sementara itu, gejala komplikasi dari difteri ini ditandai dengan kesulitan bernapas, gagal jantung, kerusakan saraf, bahkan kematian.

"Difteri bisa dicegah dengan vaksinasi ke rumah sakit terdekat," ujar Widy.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/22/15485361/hoaks-pesan-soal-600-anak-terkena-difteri-di-jakarta

Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke