Salin Artikel

Pengendara Ojek "Online" dan Impian Duduk di Bangku Senayan...

JAKARTA, KOMPAS.com - Suhandi baru saja memarkirkan kendaraan roda duanya di seputaran Daan Mogot, Jakarta Barat.

Ia lalu menghampiri beberapa rekan sesama ojek online (ojol) yang sedang berkumpul.

Dari tangan ke tangan, pria 40 tahun itu memberikan sebuah pulpen dan selembar stiker bertuliskan "The power of ojek online. Caleg DPR RI 2019 - 2024".

Sembari membagikan stiker dan pulpen, Suhandi menjelaskan maksud, tujuan, serta visi misinya.

Di tengah kontestasi menuju kursi senayan, caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini turut meramaikan.

Dengan label sebagai perwakilan ojek online, Suhandi yakin dan bertekad akan memperjuangkan hak rekan seprofesinya.

"Saya intinya ingin memperjuangkan dan memperbaiki kesejahteraan hidup ojol. Tujuan saya ada tiga yaitu memperjuangkan tarif, sistem performa yang kadang tak menguntungkan driver, dan rekrutmen yang harus dibatasi," ucap Suhandi, saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (9/3/2019).

Berbekal doa keluarga dan rekan, serta niat memperjuangkan kesejahteraan ojol, bapak 1 anak ini siap bersaing di daerah pemilihan (dapil) Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu.

Sudah 2 bulan terakhir, ia melaksanakan pekerjaannya sembari kampanye.

Kampanye yang dilakukan oleh dirinya pun menyasar rekan-rekan sesama ojol.

"Biasa sambil mengantar penumpang saya juga suka keliling-keliling ke tongkrongan ojol kan banyak saya kampanye, bagi-bagi stiker dan menyampaikan maksud saya," kata dia.

Suhandi merasa senang karena sejauh ini respons yang didapat sangat positif. Rata-rata para ojol mendukung pencalonannya.

Tak hanya ojol, para penumpang yang ditemuinya juga turut menyemangati.

"Semua pada baik ya mendukung saya. Teman-teman mendukung dengan ikut mengampanyekan saya, para penumpang juga selalu memberikan semangat," ujar Suhandi.

Berawal dari ketidaksengajaan

Jalan Suhandi hingga menjadi caleg bernomor urut 7 sebenarnya berawal dari ketidaksengajaan.

Saat itu, pria asli Betawi ini tengah mengantar penumpang ke Kantor Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKB di Jalan Raden Saleh, Kenari Senen, Jakarta Pusat. Saat menurunkan penumpang, ia melihat brosur atau pamflet pendaftaran caleg PKB.

Ia pun tergerak untuk menanyakan persyaratan dan biaya untuk mendaftar.

"Saya ambil formulir itu, padahal teman-teman meragukan. Banyak yang bilang nanti enggak dimasukin. Banyak yang underestimate saya jadi caleg, karena itu enggak punya duit," tutur Suhandi.

Namun, dengan tekad dan mendapatkan dukungan keluarga, Suhandi akhirnya mendaftarkan diri pada 8 Januari 2018.

Ia membawa sejumlah dokumen penting yang diserahkan kepada panitia pendaftaran.

Sehari berselang, ia dihubungi via telepon oleh seseorang dari DPP PKB bernama Dita.

"Saya cuma ditelepon sama Mbak Dita untuk ngopi awalnya di Sarinah, tapi enggak jadi. Akhirnya ke DPP PKB enggak tahunya saya malah ketemu Cak Imin (Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar)," ucap dia, mengenang.

Tak hanya Cak Imin, Suhandi juga bertemu para petinggi PKB lainnya. Keseluruhan meyakinkan Suhandi untuk terus maju bertarung di kancah politik.

“Cak Imin meyakinkan saya untuk lanjut terus, untuk membela teman-teman ojek online dan rakyat kecil, jangan berkecil hati,” kisah dia. 

Mimpinya pun bak gayung bersambut, namanya keluar saat Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengeluarkan daftar caleg.

"Saya kaget, semua kaget. Apalagi, awal banyak yang meragukan," tutur dia.

Ia bersyukur karena diterima dengan baik oleh PKB, dirinya juga tak perlu mengeluarkan uang sepeser pun.

Malah, ia mendapatkan bantuan 1.000 buah pulpen dari DPP PKB untuk kampanye.

Suhandi terdaftar sebagai caleg PKB DKI Jakarta III yang daerah pemilihannya meliputi Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu.

Di dapil itu, Ia bersaing dengan tujuh caleg PKB lainnya, yaitu Muhammad Najihun, Buhari, Nova Chisilia Zahara, Husni Yazid, Zainal Abidin, Tuti Alawiyah, dan Subarkah.

Tak main-main, dirinya pun turut melawan politikus-politikus tersohor dari partai lainnya, seperti Charles Honoris dan Efendi MS Simbolon (PDI Perjuangan), Yusril Ihza Mahendra (Partai Bulan Bintang), R Saraswati Djojohadikusumo (Partai Gerindra), Adang Darajatun (Partai Keadilan Sejatera), dan Grace Natalie (Partai Solidaritas Indonesia).

Suhandi menargetkan dapat meraup 60.000 suara. Ia optimistis dengan jumlah mengingat pengemudi ojol di Jakarta saja saat ini mencapai 300.000 orang.

"Saya optimis teman ojek online bisa membantu saya. Minimal dari 1 ojol bisa mendapatkan 3 suara yaitu beserta keluarganya," tutur dia sembari tersenyum.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/03/09/19374671/pengendara-ojek-online-dan-impian-duduk-di-bangku-senayan

Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke