Kehadiran transjakarta dengan tarif Rp 3.500 itu dianggap menyerobot trayek hingga mematikan usaha angkutan konvensional, seperti angkot dan metromini.
Berikut catatan Kompas.com terkait kasus protes sopir angkutan konvensional dengan transjakarta.
1. Rute Pondok Cabe-Tanah Abang (S41)
Kasus terbaru adalah protes terhadap layanan transjakarta rute Pondok Cabe-Tanah Abang yang terintegrasi dengan Stasiun MRT Jakarta Lebak Bulus.
Sejumlah sopir angkot Parung-Lebak Bulus (106) berdemo atas pelayanan yang diberikan perusahaan transportasi milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut.
Akibatnya, transjakarta itu berhenti beroperasi sementara sejak Kamis (4/4/2019) pukul 12.00.
Direktur Utama Transjakarta Agung Wicaksono meminta maaf kepada masyarakat atas berhentinya sementara layanan S41. Agung mengatakan, penghentian operasi bertujuan melindungi para pengemudi, petugas layanan bus, bus, hingga penumpang bila ada aksi anarkis.
"Mohon maaf atas adanya gangguan dalam pelayanan, kami sedang mencari solusi, dan membutuhkan dukungan kewenangan pemerintah" ujar Agung dalam keterangan tertulis, Kamis (4/4/2019).
Pihaknya telah berkoordinasi dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) atas keputusan penghentian sementara layanan ini.
Adapun rute transjakarta Pondok Cabe-Tanah Abang (S41) baru dibuka dua pekan lalu, Jumat (22/3/2019). Rute dibuka untuk melayani penumpang yang ingin naik MRT dari Stasiun Lebak Bulus.
Rute ini dioperasikan dengan bus Metrotrans dengan tarif reguler, yakni Rp 3.500. Bus Metrotrans memiliki kapasitas 68 orang dengan 41 tempat duduk. Setiap hari, bus-bus S41 melayani melayani masyarakat mulai pukul 05.00 WIB hingga 22.00.
2. Rute Pulogadung-Pondok Gede
Aksi serupa juga pernah terjadi di Jalan Pahlawan Revolusi, Pondok Bambu, Jakarta Timur pada 3 Desember 2018 lalu.
Saat itu, Sejumlah sopir angkutan kota (angkot) mogok beroperasi sembari menuntut dihentikannya trayek transjakarta jurusan Pulogadung-Pondok Gede.
Menurut mereka, kehadiran bus metro transjakarta tersebut membuat pendapatan para sopir angkot menurun.
3. Tanah Abang Explorer
Aksi yang sama digelar ratusan sopir mikrolet Tanah Abang pada 22 Januari 2018. Mereka berdemo di Balai Kota karena merasa omzetnya turun 50 persen.
Para pengemudi mikrolet menganggap dioperasikannya bus transjakarta "Tanah Abang Explorer" di jalur yang biasa dilalui angkot menjadi penyebab turunnya omzet para sopir angkot.
4. Transjakarta 1E Blok M-Pondok Labu
Kemudian pada 9 Januari 2018, puluhan sopir metromini melakukan aksi protes dan penghadangan transjakarta 1E Blok M-Pondok Labu di Jalan Fatmawati.
Tak hanya sopir metromini 610 Blok M-Pondok Labu yang memprotes trayeknya diserobot, namun sopir trayek lain seperti 69 Blok M-Ciledug, dan beberapa sopir angkot dari wilayah Timur juga datang atas nama solidaritas. Mereka berjuang, meski tahu sudah di akhir usianya.
5. Transjakarta dari Stasiun Tebet
Sopir angkot M44 Kampung Melayu-Karet Kuningan juga pernah memprotes kehadiran transjakarta sejak 2017. Tercatat hingga Februari 2018 pun mereka masih melakukan aksi penghadangan dan demo.
Saaitu mereka menolak kehadiran bus transjakarta 6D Stasiun Tebet-Underpass-Karet, 6E Stasiun Tebet-Mega Kuningan-Karet, 6C Stasiun Tebet-Patra Kuningan-Karet, dan transjakarta 5B Stasiun Tebet-Bidara Cina,
Penolakan kerap dialami transjakarta yang melakukan ekspansi dan dinilai mengambil alih trayek angkutan konvensional.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/04/05/14192071/catatan-kasus-penolakan-terhadap-kehadiran-bus-transjakarta