Karim nekat subuh-subuh naik KRL sendirian dari Kemayoran ke sekolahnya yang ada di Depok untuk menimba ilmu.
Dalam foto yang beredar di media sosial, Karim duduk di bangku KRL commuter line mengenakan seragam SD dan beralaskan sendal jepit seorang diri.
Kompas.com mengunjungi Sekolah Master, tempat Karim menimba ilmu.
Saat ditemui, Rabu (1/5/2019), Karim tengah serius memperhatikan gurunya yang mengajarkan membuat prakarya mahkota.
Di kelas yang terbuat dari potongan kontainer itu, Karim tampak asyik bekerja sama dengan teman-temannya membuat prakarya yang telah diajarkan gurunya tersebut.
Ia tampak telaten memotong potongan karton tersebut untuk menjadi sebuah mahkota.
Karim tampak pendiam, tidak seperti anak-anak lainnya yang aktif lari ke sana-ke sini. Hanya sesekali ia tampak bercanda dan meminjamkan teman-temannya spidol miliknya.
Di tengah pembuatan prakaryanya, Kompas.com pun mencoba mengajak ngobrol Karim.
Karim bercerita, dia sangat suka sekolah lantaran bertemu banyak teman-temannya.
“Banyak teman kalau di sekolah, apalagi belajar aku paling suka,” ucap Karim sambil mengejarkan prakaryanya.
Karim mengaku bercita-cita menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).
Ia ingin menjadi tentara agar dapat membela negara dan banyak orang.
“Aku sering liat di televisi kalau tentara itu suka bantuin orang, makanya aku ingin menjadi tentara. Jadi aku bisa bermanfaat bagi orang lain,” ucap Karim.
Ia menyadari, untuk menjadi tentara, harus belajar yang rajin.
Karim pun mengaku tak takut pergi sendirian naik KRL dengan jarak 10 kilometer untuk bisa sekolah.
“Masak seorang tentara takut naik KRL sendirian. Lagian aku hafal jalan kok kak jadi tidak nyasar,” ucap dia.
Setelah lama berbincang-bincang dengan Karim, akhirnya prakarya Karim pun selesai dibuatnya.
Kemudian, ia menuliskan namanya di mahkota tersebut menggunakan spidol.
Setelah ia tuliskan namanya, mahkota yang ia buat itu pun langsung dikenakannya dan ditunjukkan ke neneknya.
Tak terasa, jam dinding menunjukkan pukul 12.00 WIB. Karim dan murid-murid lainnya pun bersiap-siap untuk pulang.
Sebelum pulang, para murid tampak membersihkan sampah-sampah sisa prakarya yang mereka buat.
“Ayok semuanya kita pulang, berdoa dulu ya sebelum pulang,” ucap guru yang mengenakan pakaian koko putih itu.
Selanjutnya, ia bersama sang nenek berjalan pulang menuju kontrakan barunya di kawasan Depok.
Kini, ia tak harus lagi menempuh jarak puluhan kilo untuk bersekolah. Karim kini tinggal di sebuah kontrakan yang berada di seberang sekolahnya.
Kontrakannya itu ia dapat dari Komunitas Indonesia Memberi agar Karim tak perlu jauh lagi apabila berangkat sekolah.
Tempat tinggal Karim bersamaan dengan kios toko dengan pintu rolling door di bagian depan dan samping.
Diana, neneknya Karim, mengatakan, kontrakan sekaligus warung yang diberikan itu akan ia gunakan untuk peluang usahanya.
"Terima kasih Komunitas Indonesia Memberi yang sudah bantu nenek dan Karim, jadi nenek bisa jualan kopi. Semua sudah disiapin, etalase, dagangan semua sudah. Saya cuma bawa baju aja kesini,” ucap dia.
Setelah mendapat sejumlah bantuan, Diana pun berharap sang cucu bisa lebih rajin sekolah lagi agar cita-citanya tercapai.
"Ya pokoknya yang penting Karim makin semangat sekolah, makin rajin juga agar cita-citanya jadi tentara bisa tercapai," ujar dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/05/02/20280841/mengikuti-karim-bocah-yang-viral-karena-semangatnya-bersekolah