Kondisi bayinya semakin parah setelah mendapat banyak kontak fisik dari orang-orang di sebuah pesta pernikahan.
Namun, kisah Arif mengenai bayinya mendapat respons yang tidak menyenangkan dari para netizen. Sebab, bukan empati yang didapat, melainkan bully atau cercaan dari para netizen.
Sebelum mengunggah curahan hatinya itu ke Instagram, sang ayah ini sudah menyadari konsekuensi apa yang akan diterimanya, salah satunya bully dari netizen. Namun, ia sadar bahwa yang dilakukannya hanyalah spontanitas karena rasa cintanya terhadap sang bayi.
Komentar pedas netizen
Hal itu benar terjadi, Arif banyak menerima komentar pedas dari para netizen setelah kisah bayinya viral di media sosial.
"Itu awalnya follower aku posting di Facebook, di Facebook habislah dimaki. Bilang, 'Anak kampung saja kuat' dan lain-lain," ujarnya saat dihubungi Kompas.com Kamis (16/5/2018) malam.
Dalam unggahan di Instagram, ia juga sempat mengakui dirinya yang begitu menggilai kebersihan. Hingga sangat sering mengelap bayinya menggunakan tisu basah, kapan pun ia masih dirasa kotor.
"Padahal, sudah dijelaskan tisu basah yang aku gunakan itu sangat aman, tanpa alkohol dan lain-lain, bukan tisu basah yang untuk membersihkan buang air besar," ucapnya.
Ada pula yang menyalahkannya karena sosoknya yang terlalu menjaga kebersihan sehingga bayi Ryu tidak memiliki sistem imun tinggi terhadap berbagai jenis virus.
"Ya mereka menyalahkan aku kalau aku terlalu bersih. 'Kalau sudah tahu begitu, kenapa diajak keluar, dikurung saja di kamar, dietalase kaca, diplastik, kalau perlu di-laminating, jadi enggak dipegang-pegang orang'," ujar Arif menirukan komentar netizen.
Di saat yang bersamaan terdapat sebuah akun Instagram yang secara khusus membahas kesehatan kulit yang membagikan informasi seputar eczema sebagaiamana diderita Ryu.
Akun tersebut menyebut salah satu penyebab eczema adalah daya tahan tubuh atau antibodi yang lemah. Selain itu, faktor genetik juga menjadi salah satu penyebab seseorang terkena eczema.
Unggahan itu menyebut, seseorang anak harus dibiasakan diperkenalkan atau bermain-main sesuatu yang kotor.
Informasi itu kemudian banyak dibenturkan dengan kebiasaan bersih yang diterapkan oleh orangtua Ryu.
Meski begitu, Arif tidak menyalahkan pendapat dokter tersebut.
"Aku enggak menyalahkan dokter itu. Dokter itu enggak salah, kalau mau antibodi kuat ya dilatih kotor, aku pun setuju. Tapi dilihat konteks umurnya berapa," ujarnya.
Dari sekian banyaknya respons yang datang, ia menyayangkan banyaknya respons negatif dan cenderung tidak sesuai konteks yang datang dari netizen.
Anaknya terkena eczema pada usia menginjak 6-7 bulan. Menurut Arif, usia itu masih sangat tidak memungkinkan sang anak dilatih untuk bermain kotor.
"Bayi 6 bulan bisa apa? Ini infant baby, lho, 6 bulan, bukan toddler 2-3 tahun, imun tubuhnya kan pasti beda," ujarnya.
Ia yang sudah mengetahui sang anak memiliki kulit sensitif, mengaku sudah mendapat informasi-informasi dari berbagai pihak medis tentang kondisi yang dialami anaknya.
"Kalau sudah ketahuan alergi malah enggak boleh sengaja dibiarkan kotor, dikasih pemicunya biar kebal, enggak seperti itu. Bisa fatal malah," kata dia.
Selain itu, ia juga menceritakan ada seorang dokter asal Singapura yang ahli dalam penanganan eczema yang menghubunginya.
"Kasih tahu, kalau dengan kontak fisik bisa terjadi eczema," katanya.
Itulah mengapa, ia merasa heran dengan orang-orang yang menyalahkan kebiasaan bersih dan larangan menyentuh bayi sembarangan, seperti yang ia ungkapkan dalam unggahan Instagramnya.
"Jadi orang-orang percaya bahwa (eczema) Ryu itu adalah ketololan bapaknya, bukan karena kondangan jadi pemicu eczema," tuturnya.
Ryu memiliki seorang adik berusia 3 bulan. Menurut Arif, apabila cara perawatan yang mereka lakukan salah dan menyebabkan anak eczema, kedua anaknya akan mengalami hal yang sama.
"Adiknya ada, Zio. Zio beda kulitnya lebih bagus. Jadi lucunya aku memperlakukan Ryu dan Zio sama, bersih, clean freak-lah yang aku tulis. Sedikit-sedikit lap. Kalau clean freak penyebab jadi eczema, lucu. Zio enggak begitu, hanya Ryu," ungkapnya.
Pada akhirnya, ia meminta masyarakat untuk memahami bahwa penyebab eczema tidak dapat disimpulkan dengan begitu saja. Ada banyak faktor yang membuat seorang anak mengalami gangguan kulit yang terasa gatal dan perih.
"Kita enggak bisa judge langsung karena tisu basah, karena genetik, karena kurang kotor, kurang imun, dan lain-lain. Enggak bisa semudah itu," ujarnya.
Menurut Arif, hal itu membuat pesan yang ingin ia sampaikan menjadi kabur dan justru menggiring opini dan disinformasi.
Ia pun menyampaikan maksud awal membagikan cerita Ryu. Semua itu tidak ada maksud untuk menyalahkan pihak tertentu, tetapi untuk meningkatkan ketegasan orangtua demi menjaga buah hatinya.
"Barulah kemarin ini aku share, dengan emosional aku share karena inget kejadian itu. Aku ketik semua, ceritakan, imbau orang-orang. 'Ayo kalian sebagai orangtua harus lebih aware, kalau kalian enggak berani tegur, nanti jadi kayak saya. Sudah telanjur baru menyesal'," ujarnya.
Ia pun mengimbau orangtua di luar sana untuk tidak perlu merasa sungkan atau takut disebut sombong ketika meminta orang lain tidak sembarangan memegang anaknya.
Semua itu untuk menjaga kondisi anak, apalagi jika sudah diketahui memiliki kondisi khusus, seperti Ryu.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/05/18/03230041/bayi-idap-eczema-karena-banyak-disentuh-sang-ayah-sayangkan-respons