Seusai menjenguk, Said menyinggung soal radikalisme di Indonesia yang dinilainya sudah dalam kategori darurat.
“Sudah darurat, sudah darurat (paham radikalisme),” ucap Said di RSPAD Gatot Subroto, Selasa.
“Harus ada segera payung hukum bagaimana bisa menindak yang dicurigai, harus bisa ditangkap sebelum berbuat. Jangan kaya maling ayam, sudah mencuri baru ditangkap,” kata Said.
Ia mengatakan, NU sudah melakukan berbagai upaya pencegahan agar masyarakat tidak menganut paham radikalisme.
Pihaknya rutin memberi arahan ataupun ceramah terkait ajaran Islam yang benar dan berakhlak.
“NU tugasnya kontraradikalisme dengan pengajaran taklim. Kalau deradikalisasi kan (tugasnya) BNPT. Sementara yang nangkep (tersangka teroris) Densus. Kami sebagai civil society tugasnya menyosialisasikan bagaimana ajaran Islam yang benar, beragama, berakhlak,” katanya.
“Yang namanya ceramah itu harus suatu positif yang menodong kita untuk takwa iman, berbudaya, berkemanusiaan. Tapi kalau ceramah caci-maki, bukan ceramah, tapi menjerumuskan, bukan memperingatkan,” kata Said.
Wiranto ditusuk saat tiba di Alun-alun Menes, Kabupaten Pandeglang, seusai menghadiri acara di Universitas Mathla'ul Anwar.
Menurut polisi, Wiranto menderita luka di tubuh bagian depan.
Polisi mengamankan dua pelaku yang terdiri dari satu perempuan dan satu laki-laki.
Keduanya berinisial SA dan FA. Polisi menyebut pelaku terpapar radikalisme ISIS dan tengah mendalami kaitannya dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/10/15/15104841/said-aqil-radikalisme-di-indonesia-sudah-darurat