Salin Artikel

Ketika Ciputra Menolak Duduk di Sofa Empuk...

JAKARTA, KOMPAS.com - "Saya mau duduk bila sofa empuk itu diganti kursi biasa. Bangku sekolah saja, lebih nyaman," ujar Ciputra, Chairman dan Founder Ciputra Group.

Hal itu diungkapkan Ciputra kepada panitia SMA Kanisius Jakarta saat diundang dalam acara Kanisius Education Fair pada September 2010, seperti dikutip dalam buku berjudul "Sisi Lain Ciputra: Reportase yang Belum Terungkap" yang ditulis Yery Vlorida Ariyanto.

Pernyataan yang dilontarkan oleh Ciputra itu membuat satu ruangan itu hening dan kaku. Tak ada yang menduga Ciputra yang akrab disapa Pak Ci meminta sesuatu di luar dugaan.

Sebab kala itu panitia sudah menyiapkan sofa yang nyaman nan empuk untuk diduduki pengusaha properti terkenal itu.

Keinginan Pak Ci itu akhirnya dipenuhi oleh panitia dengan menggantinya menggunakan kursi besi lipat tanpa alas empuk.

"Gini lebih sehat karena punggung saya tidak sakit. Enteng dibawa dan praktis, inilah gambaran entrepreneur," kata Pak Ci yang sedang menularkan virus entrepreneur-nya.

Penolakannya untuk duduk di sofa ini ternyata punya makna sendiri bagi Pak Ci. Menurut dia, duduk di sofa adalah simbol kemewahan.

Kemewahan itu nantinya membuat manusia malas mengerjakan aktivitas.

"Kalian siswa, masih muda. Kursi sofa empuk itu menyimbolkan kemewahan. Kalau sudah duduk di sofa, orang enggan beranjak, malah nanti tidur pulas," ucap Ciputra menyemangati siswa-siswa Kanisius.

Rupanya Pak Ci ingin menyemangati para siswa SMA Kanisius dengan simbol-simbol kesederhanaan. Sebelum menjadi pengusaha sukses, Pak Ci sudah melalui perjuangan yang tak mudah dan jauh dari kemewahan.

Awal mula perjuangan Ciputra

Saat menjadi pembicara di Kanisius, Ciputra memberi semangat kepada siswa-siswa di sana bagaimana meraih kesuksesan dengan berjuang. Pengusaha properti terkenal ini bercerita, bagaimana ia sedari kecil berjuang untuk menjadi orang sukses.

"Saya sukses karena sejak bayi pun sudah pegang kardus dagangan," ujar dia.

Tidak semua dilewati oleh Ciputra dengan mulus, ia mengatakan, selama ia hidup banyak tekanan yang dialaminya.

Ketika masih kecil, saat ia tinggal di Parigi, Sulawesi Selatan, Ciputra mengalami tekanan dari penjajah Belanda kemudian Jepang yang menguasai Indonesia kala itu.

Ia hanya hidup di ruko sederhana bersama kedua orangtuanya, Tjie Siem Poe dan Lie Eng Nio. Dia hidup dari hasil uang dagangan orangtuanya.

Ciputra pun kerap membantu orangtuanya berdagang sembako. Ia harus bangun pagi-pagi buta untuk membantu usaha dagang orangtuanya.

"Tangan saya ketika merangkak sudah memegang kardus dagangan. Bangun pagi mata melek sudah melihat terigu, telur, sembako untuk dijual. Pukul 06.00 WIB tugas saya membuka toko supaya pembeli datang," cerita Ciputra.

Karena perjuangannya saat itulah Ciputra belajar menjadi entrepreneur sejak kecil. Ia belajar bahwa menjadi pengusaha itu artinya juga harus lebih kreatif.

Di hadapan siswa Kanisius, ia menyarankan agar para siswa untuk mengeluarkan ide-ide kreatifnya untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses seperti dirinya.

"Idenya lebih maju, contohnya bisnis IT yang tengah digandrungi. Buktinya Facebook itu, yang telah merajai dunia maya. Buktinya Facebook itu, yang telah merajai dunia maya," kata Pak Ci.

Lebih lanjut, Pak Ci menjelaskan bahwa setiap zaman punya generasi sendiri. Setiap generasi itu punya tren di zamannya sendiri. Oleh karena itu, dia mendorong para siswa untuk menemukan formula paling tepat untuk dirinya sendiri.

"Apa yang saya lakukan saat masih muda belum tentu cocok dengan anak masa kini. Kalian temukan sendiri," tutur Ciputra mengingatkan.

Waktu telah berlalu setelah kejadian itu. Dini hari tadi, Pak Ci menghembuskan napas terakhirnya di Singapura.

"Telah meninggal dunia dengan tenang, Bapak Ir Ciputra, Chairman dan Founder Ciputra Group di Singapore pada tanggal 27 November 2019 pukul 01.05 waktu Singapore. Kami keluarga besar Ciputra Group mengucapkan turut berduka yang mendalam dan mendoakan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan menghadapi kedukaan ini," demikian pesan singkat dari Rina Ciputra Sastrawinata yang merupakan anak pertama Ciputra.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/11/27/15373541/ketika-ciputra-menolak-duduk-di-sofa-empuk

Terkini Lainnya

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Megapolitan
Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Megapolitan
Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Megapolitan
Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Megapolitan
3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

Megapolitan
Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Megapolitan
Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Megapolitan
BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

Megapolitan
Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Megapolitan
Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Megapolitan
Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Megapolitan
Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Megapolitan
Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Megapolitan
Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke