Sebab, wilayah PGP mulanya ialah rawa yang berperan sebagai daerah tangkapan air.
"Perumahan yang dibangun, apakah legal atau ilegal itu, menutup lahan yang tadinya menyerap sehingga tidak bisa lagi meyerap karena ditutup sama beton," ujar Ali ketika ditemui Kompas.com di Margahayu, Bekasi Timur, Jumat (10/1/2020).
Wilayah PGP tepat berdiri di tepi tanggul titik nol Kali Bekasi, hasil pertemuan Sungai Cileungsi-Cikeas.
Masuk ke Perumahan PGP, seseorang akan melintasi jalan menurun cukup panjang dari pertigaan Jalan Cipendawa Baru.
Ini membuktikan bahwa PGP dibangun di wilayah cekungan.
Ali dan sebagian warga PGP bahkan menyebut, PGP boleh jadi kini ada di bawah permukaan air Kali Bekasi yang makin tinggi akibat sedimentasi. Untuk melindunginya, dibangun tanggul yang terus diperkuat dan dipertinggi.
"PGP bukan tahun ini pertama kali banjir. Saya di sini sejak 1989, tahun 1993 sudah banjir pertama," ujar Oonk (52) warga RT 007 RW 008 ketika ditemui wartawan di kediamannya yang persis di depan tanggul Kali Bekasi, Kamis (9/1/2020).
Alih fungsi rawa
Ali mengatakan, sebagai kota rawa-rawa, Bekasi memang secara alamiah langganan banjir.
Tahun 1973-1984, Pemerintah Kabupaten Bekasi (saat itu Bekasi belum terbagi menjadi kota dan kabupaten seperti sekarang) merampungkan pembangunan kanal Cikarang-Bekasi-Laut (CBL) buat mengatasi masalah banjir itu.
"Setelah kanal CBL dibangun, air langsung surut, Bekasi bebas banjir. Karena CBL menyelesaikan banjir, pemerintah pede bebas banjir," kata Ali.
Merasa Bekasi tak akan banjir lagi sejak dibangunnya Kanal CBL, pemerintah pun membuka pintu lebar bagi pengusaha properti.
Pembangunan kompleks perumahan terjadi dengan skala besar.
"Persawahan tadinya setiap musim hujan tenggelam, langsung surut setelah ada Kanal CBL, termasuk di (wilayah yang kini) Kota Bekasi," ujar Ali.
"Dampak lanjutannya, rawa-rawa di Kota Bekasi seperti tidak berguna lagi karena air sungai langsung menggelontor ke CBL," imbuhnya.
Banyak wilayah rawa dan bantaran Kali Bekasi yang mulanya berperan sebagai daerah tangkapan air lenyap berganti perumahan.
Jejaknya masih dapat ditelusuri dari nama wilayah, seperti Rawapanjang, Rawalumbu, dan Rawatembaga yang kini sudah bukan rawa lagi.
"Tanah rawa di pinggir kali itu kan murah karena belum ada yang memiliki. Tanah negara," kata Ali soal alasan para pengembang properti menyasar tanah rawa-rawa.
Murah dan tak butuh gusur sana-sini, tanah kawasan rawa dengan sendirinya menjelma sasaran empuk para pebisnis properti buat mengeruk laba.
Perumahan elite
Pada saat yang sama, dekade 1980-1990, pembangunan kian merebak di Jakarta.
Ekspansi penduduk Jakarta ke Bekasi semakin nyata, menimbulkan permintaan yang tinggi akan kawasan perumahan.
"Pada saat bersamaan, di DKI pertumbuhan penduduk makin pesat. Ada kerja sama pembangunan Jabodetabek untuk mengurangi beban Jakarta, sehingga dibangunlah perumahan kaya Perumnas 1, 2 ,3," ujar Ali.
"Dibangun juga perumahan elite. Untuk mengurangi cost dikeruklah rawa. Anda bisa lihat, Kemang Pratama, Kemang Ifi, Pondok Gede Permai, Vila Nusa Indah, Pondok Mitra Lestari (dulu Kemang View). Komplek elite itu semua di pinggir kali," jelas Ali.
Entah logika macam mana yang bisa menjelaskan Perumahan Pondok Gede Permai, bisa berdiri di dekat pertemuan dua sungai besar tadi pada dekade 1980-an.
Padahal, ketika dibangun di kawasan seperti itu, otomatis Pondok Gede Permai jadi wilayah dengan kerentanan banjir jauh lebih tinggi ketimbang wilayah bekas rawa lainnya.
"Setelah PGP dibangun, air turun dengan material masuk ke Kali Bekasi, mengendap sehingga lumpur makin tinggi, kedalaman berkurang," kata Ali.
"Akhirnya jika hujan deras, tanpa kiriman dari Bogor pun, air berbalik masuk ke selokan warga," imbuhnya.
Berada di wilayah yang rentan banjir begitu, tanggul jadi andalan satu-satunya warga Pondok Gede Permai berlindung.
Mereka tak bisa berbuat banyak karena kediaman mereka memang menempati wilayah yang secara alamiah merupakan daerah tangkapan air.
Banjir Tahun Baru 2020 merendam Pondok Gede Permai hingga sepinggang orang dewasa di lantai 2 rumah warga.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/10/18261651/paling-parah-terdampak-banjir-perumahan-pondok-gede-permai-bekasi-mulanya