Keadaan ini mengganggu aktivitas belajar-mengajar. Para murid terpaksa belajar di kelas yang ubinnya bergelombang, bahkan sebagian keramiknya mengelupas menyisakan tanah merah.
Atapnya penuh lubang. Dinding-dinding serta sekat antarkelasnya jebol. Sejumlah jendela tak berkaca. Pintu kelas lapuk dan sulit digeser.
Kompas.com merangkum sejumlah fakta mengenai sekolah ini dan kerusakannya:
1. Siswa dipulangkan kala hujan
Kepala SDN Samudrajaya 04, Adi Siswanto berujar, pihaknya semakin sering memulangkan lebih cepat murid-muridnya sehubungan dengan datangnya musim hujan.
Soalnya, gedung sekolah tersebut dinilai amat rentan ambruk jika diterpa angin kencang. Plafon-plafonnya sudah berlubang, rangka atapnya rapuh.
"Kemarin itu (saat hujan) juga ada genteng yang jatuh. Kami instruksikan para guru supaya dikosongkan saja ruang kelasnya, daripada kena musibah (atap rubuh)," ujar Adi ditemui wartawan pada Senin (20/1/2020).
"Hampir semua (ruang kelas) bocor. Jadi kalau hujan sudah turun, kita langsung memulangkan anak-anak," ia menambahkan.
2. Ruangan bocor
Ali menjelaskan, hampir semua ruangan sekolah ini bocor ketika hujan melanda, termasuk perpustakaan.
Ruang perpustakaan malah sudah rusak, sehingga keberadaannya digabung di ruang guru.
Guru olahraga SDN Samudrajaya 04, Sayyidina Ali menjelaskan, hampir semua ruang kelas di sekolah ini bocor saat hujan.
"Di sini ada enam kelas, hampir semuanya bocor," ujar dia kepada wartawan, Senin.
3. Tak diperhatikan sejak rusak
Chelsea Al-Fahriyadi, salah satu murid kelas VI, menyatakan bahwa sekolahnya sudah rusak sejak ia mulai duduk di bangku kelas I SD.
Di atas kertas, itu berarti sekolah ini sudah rusak sejak 2014. Sayyidina Ali membenarkan hal itu.
Upaya permintaan perbaikan ke Pemerintah Kabupaten Bekasi sudah dilayangkan, namun tak kunjung ada jawaban.
"Kondisi hancur seperti ini sudah sekitar dari 2014. Kalau dari pemerintah daerah belum ada (perhatian) seperti yang bisa dilihat. Dari 2014, saya sudah mengajukan lewat kepala sekolah, kami ajukan ke dinas, tetapi sampai sekarang belum ada respons," Ali menjelaskan.
4. Sisa dana BOS hanya cukup buat beli cat
Pihak sekolah terpaksa menggantungkan nasib soal perbaikan sekolah pada pemerintah.
Pasalnya, sisa dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang ada tak cukup buat memperbaiki kerusakan sekolah yang demikian parah.
"Kalau untuk rehabilitasi berat kami memang enggak bisa, karena enggak sanggup," ujar Adi Siswanto.
Adi menjelaskan bahwa dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang digelontorkan oleh pemerintah hanya sebesar Rp 186 juta per tahun.
Anggaran ini dipakai untuk ragam pengeluaran, bukan hanya perbaikan sekolah.
"Sisa sedikit. Kalau buat pengecatan sama ganti pintu bisa kita buat tambal-tambalan. Biayanya enggak signifikan," ujar dia.
"Atau untuk beli genteng satu buah, ya, kami bisa. Cuma kalau buat rehabilitasi besar tidak memungkinkan," imbuh Adi.
5. Rehabilitasi total pertengahan tahun
Adi Siswanto menyebut bahwa sekolah tersebut rencananya direhabilitasi total pertengahan 2020 nanti.
"Konsultan Dinas PUPR (Kabupaten Bekasi) sudah datang survei. Cuma Januari ini baru penjajakan data dulu. Bulan-bulan Juni atau Juli baru pelaksanaan," tutur dia.
Ia menjelaskan, selama 5 tahun, SDN Samudrajaya 04 belum jadi sekolah yang diprioritaskan oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi buat dibenahi.
"(Pemerintah) melihat jumlah murid karena masih cukup ruang kelasnya, jadi belum jadi prioritas," jelas dia.
Hery Herlangga, Kepala Bidang SD Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi mengklaim, SDN Samudrajaya 04 akan jadi salah satu sekolah yang perbaikannya diprioritaskan tahun ini.
"SDN Samudrajaya 04 saat ini menjadi salah satu SDN prioritas yang akan dibangun secepatnya," kata Hery lewat aplikasi WhatsApp kepada Kompas.com, Senin petang.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/21/05450011/5-fakta-kerusakan-sdn-samudrajaya-04-bekasi