JAKARTA, KOMPAS.com - Terdapat sebuah rumah terpencil di tengah permukiman padat di kawasan Utan Panjang, Kemayoran, Jakarta Utara.
Rumah itu nampak biasa, diapit oleh rumah-rumah warga lainnya.
Saking rapatnya rumah-rumah warga, Anda harus melewati gang sempit berukuran satu meter yang tidak tembus sinar matahari.
Banyak kendaraan yang sulit melewati gang ini, sehingga harus berjalan kaki dari Jalan Hj Ung.
Rumah itu hanya dapat diakses sebuah pintu kayu di bagian belakang. Warna hijau tampak mendominasi dinding rumah bagian dalam maupun luar.
Tak ada pula orang yang mendiami rumah itu ketika Kompas.com berkunjung pada Kamis (27/2/2020).
Di dalamnya masih ada sisa-sisa jejak kegiatan warga setempat.
Terdapat dua meja pingpong yang di dalamnya. Papan tulis dengan coretan tertempel di dinding yang usang.
Padahal, rumah tersebut adalah tempat kelahiran salah satu seniman legendaris Betawi, Benyamin Sueb.
"Rumah ini biasa digunakan untuk pertemuan dan acara keagamaan oleh warga sekitar. Sebelum ditembok, rumah ini malah jadi tempat untuk pernikahan dan panggung musik," ujar Wahyudi, Ketua RT setempat yang juga keponakan Benyamin.
Wahyudi berujar, Benyamin tinggal di rumah itu sejak lahir hingga tahun 1979 bersama istrinya, Noni.
Lalu, Benyamin dan keluarga pindah dan menetap di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Wahyudi berkata, seniman kelahiran 5 Maret 1939 ini dikenal sebagai seniman multitalenta yang telah menghasilkan karya musik yang melegenda.
Ia menambahkan, bakat Benyamin sudah terlihat sejak kecil.
"Dulu saya diceritain sama keluarga, Benyamin ini emang udah berbakat main musik sejak kecil. Benyamin kecil dahulu suka nyanyi, nah bakatnya itu udah diketahui sama ibunya," tambah Wahyudi.
Selain itu, Benyamin kecil juga terkenal sosok yang aktif dan kreatif.
Benyamin kecil suka memukul panci dan baskom sambil bernyanyi berkeliling kampung.
Wahyudi menambahkan, sosok Benyamin kecil suka sekali berjoget-joget di atas meja sambil bernyanyi.
Tak hanya itu saja, Benyamin juga terkenal aktif menyanyi dan bermusik ketika masih bersekolah.
Pada tahun 1952 sampai 1955, Benyamin remaja melanjutkan sekolah di SMP Perguruan Sosial Indonesia (Pepsi) di Cikini.
Setelah lulus, ia meneruskan ke SMA Perguruan Taman Siswa Kemayoran.
“Waktu SMA juga pernah dia buat band sama temen-temennya dan dia emang cukup terkenal dengan bakat musiknya itu,” ujar Wahyudi.
Benyamin juga pernah menjadi kondektur bus di kawasan Kemayoran untuk mendapat uang jajan tambahan.
Benyamin Sueb juga terkenal sebagai sosok yang rendah hati dan memiliki jiwa sosial yang tinggi serta senang hidup bermasyarakat.
Wahyudi mengungkapkan, meskipun sudah terkenal dan sudah pindah rumah, tak jarang Benyamin sering datang ke rumah lamanya di Kemayoran dan nongkrong bersama warga sekitar.
“Meskipun dia sudah terkenal, Benyamin masih suka main ke Kemayoran untuk sekadar silaturami atau bertemu warga,” ujar Wahyudi
Benyamin Sueb tak hanya sekadar nama.
Dia adalah sosok yang berkharisma tinggi dan multi-talenta yang mampu membuat masyarakat Indonesia serta mancanegara mengenal Betawi dari segudang karyanya.
Selama karirnya, Benyamin telah menghasilkan lebih dari 75 album musik dan 53 judul film.
Sosoknya tersebut menjadikan Benyamin tak hanya disukai oleh masyarakat Betawi saja, tetapi juga masyarakat mancanegara.
"Banyak orang bule dari Belanda dan Australia yang datang ke sini karena penasaran dengan sosok Benyamin. Mereka suka sama musik dan penampilan Benyamin yang jenaka” tambah Wahyudi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/28/17352311/jejak-masa-kecil-benyamin-sueb-di-gang-sempit-kemayoran