Angka kasus positif Covid-19 dan kematian bertambah hari ke hari.
Pemerintah berulang kali meminta masyarakat untuk tetap berada di rumah, mengisolasi diri dari keramaian.
Sikap disiplin masyarakat diharapkan dapat memutus rantai penyebaran Covid-19 di Tanah Air.
Namun, tidak seluruh profesi bisa menjalankan imbauan tersebut. Sebagian pekerja harus tetap berhadapan langsung dengan masyarakat.
Pramugari dan Pramugara, salah satunya. Kekhawatiran tertular menghantui mereka selama menjalankan tugas.
Pratama, buka nama asli, misalnya. Pramugara salah satu maskapai Indonesia itu mengaku khawatir tiap berangkat kerja.
Meski jumlah penumpang sudah menurun dari biasanya, ia tetap harus terus berinteraksi dengan penumpang yang tidak diketahui kondisinya.
“Yang pasti kita menerapkan social distanting di pesawat sih. Jadi tiga bangku hanya diisi dua penumpang. Lalu kami juga yang terus memantau kondisi apakah ada gejala seperti Covid-19, nah ini berisiko,” ucap Pratama kepada Kompas.com, Rabu (1/4/2020).
Ia khawatir dengan pekerjaannya yang memiliki risiko tinggi, namun tak ada kebijakan pengurangan jam kerja. Ia tetap harus terbang ke beberapa kota di Indonesia.
“Kalau dibilang khawatir, ya pasti maunya juga di rumah saja. Tapi kan kalau pekerjaan saya tidak bisa dibawa ke rumah. Apalagi kan saya banyak tanggungan, cicilan dengan gaya hidup sekarang. Kalau enggak terbang, gak digaji, sayangnya tidak bisa bayar cicilan deh,” ujar Pratama.
Cemas
Tiap kali berada di pesawat, ia seolah menyerahkan kondisi tubuhnya ke semesta.
Pasalnya, ia tidak bisa memastikan semua penumpang benar-benar dalam kondisi sehat atau tidak menjadi pembawa Covid-19.
“Kita enggak tahu juga karena sebenarnya udah lewat pemeriksaan kesehatan, tapi bisa aja lolos seperti kasus waktu awal mula diumumkan kasus Covid-19 pertama kali di Indonesia,” kata dia.
Pratama merujuk pada warga negara Jepang yang masuk ke Indonesia dalam keadaan positif Covid-19.
Penularan terjadi di Jakarta. WN Jepang tersebut baru mengetahui positif Covid saat dirawat di Malaysia.
Bahkan, belakangan ini juga diperbincangkan adanya pasien positif Covid-19 di salah satu maskapai.
Meski khawatir, Pratama mencoba profesional melayani penumpang.
Rajin cuci tangan dan minum vitamin
Pratama mengaku khawatir tertular dan membawa virus tersebut ke rumah. Sementara ia tinggal bersama orang yang sudah lanjut usia.
“Sebenernya yang dikhawatirkan itu justru nenek saya di rumah sama ibu. Kalau saya bisa dibilang kuatlah, tapi takut malah saya nularin ke mereka. Semoga enggak ya Allah,” kata dia.
Pratama mengatakan, setiap penerbangan, ia selalu memakai masker dan rajin cuci tangan.
Ia juga meminum vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh.
“Ya emang enggak ada keterangan tertulis yang memperbolehkan pramugari atau pramugara pakai masker, tapi ada yang beberapa pakai seperti saya. Saya juga selalu cuci tangan setiap megang benda-benda yang emang saya liat berpotensi banyak dipegang orang,” ucap dia
Jika berhenti di suatu kota, Pratama hanya menghabiskan waktunya di hotel dengan beristirahat.
Ketika berada di rumah, Pratama pasti menjauh dari keluarganya. Ia benar-benar menerapkan imbauan pencegahan penyebaran Covid-19.
“Saya langsung masuk dari pintu belakang, terus mandi. Lalu bersihin seragam, pintu rumah dan koper pakai disinfektan,” ujar Pratama.
Pratama berharap agar Covid-19 segera hilang dari Indonesia dan semua kembali normal.
Dia juga berharap ada pengurangan jam kerja pramugara maupun pramugari agar tetap fit.
“Semoga badai ini bisa berlalu dan kita bisa menjalani hari-hari dengan normal. Ya kalau bisa diatur jamnya, jadi kan bisa menjaga daya tahan tubuh kita tetap fit di tengah kondisi begini,” tutur dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/04/02/06014371/kisah-pramugara-berjuang-di-tengah-pandemi-covid-19