Salin Artikel

Belum Sanggup Redam Penularan Covid-19, PSBB di Depok Dinilai Butuh Perbaikan Serius

DEPOK, KOMPAS.com - Hasil kajian lembaga kajian kebijakan publik, Urban Policy menyatakan bahwa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Depok butuh perbaikan serius agar dapat sesuai harapan menekan laju penularan Covid-19.

Hal itu disimpulkan setelah tim riset Urban Policy melakukan simulasi eksponensial untuk mengetahui efektivitas PSBB tahap I dan II di Kota Depok.

Simulasi eksponensial yang dimaksud berupa model perbandingan antara angka kasus Covid-19 Kota Depok dengan tiga level kebijakan, yaitu kategori penanganan lemah, moderat, dan ketat.

"Hasilnya, kebijakan penanganan Covid-19 di Kota Depok masuk kategori kebijakan moderat cenderung lemah," ujar Direktur Eksekutif Urban Policy, Nurfahmi Islami Kaffah melalui keterangannya kepada wartawan, Selasa (5/5/2020).

"Kelemahan PSBB Kota Depok terlihat dari perbandingan tren penambahan kasus positif di 6 hari pertama PSBB I dan II," imbuh dia.

Berdasarkan perhitungan Urban Policy, rata-rata terdapat 9,67 orang positif Covid-19 di Depok selama 6 hari pertama penerapan PSBB tahap I.

Pada enam hari pertama PSBB tahap II, angka itu hanya menurun tipis menjadi 9,16 pasien positif Covid-19 per hari.

Hal ini senada dengan pernyataan Wali Kota Depok Mohammad Idris beberapa waktu lalu yaitu kasus positif harian Covid-19 selama PSBB justru meningkat ketimbang sebelum PSBB.

Kemudian, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) per hari juga hanya turun sedikit, dari 27-28 pasien sebelum PSBB menjadi 26-27 pasien per hari saat PSBB.

Di samping itu, pada PSBB tahap I maupun II sama-sama tercatat lonjakan pasien positif Covid-19 secara signifikan, yakni 24 kasus pada PSBB tahap I dan 23 kasus pada PSBB tahap II.

Nurfahmi menyebutkan, situasi ini mengindikasikan kebijakan pemerintah selama PSBB di Depok belum berhasil menekan laju pertambahan kasus positif secara signifikan.

"Walaupun upaya Pemerintah Kota Depok dalam beberapa aspek penanganan dapat diapresiasi, namun spesifik mengenai kebijakan PSBB di Kota Depok ini memerlukan serangkaian perbaikan serius," ujar Nurfahmi.

Perbaikan serius itu guna mengantisipasi kemungkinan merebaknya kasus Covid-19 di Depok sewaktu-waktu secara cepat.

Urban Policy memprediksi, penambahan kasus positif Covid-19 di Kota Depok masih akan terus bertambah jika kebijakan penanganan tidak dievalusi dan diperketat.

Seiring dengan ditingkatkannya kemampuan tes Covid-19 di Depok, baik melalui rapid test (uji cepat) maupun PCR (sejenis uji laboratorium), jumlah kasus positif diprediksi juga akan ikut meningkat.

“Tren penambahan kasus positif di Depok setelah PSBB II ini memang cenderung landai, namun bukan berarti Depok sudah selesai melawan Covid-19," jelas Nurfahmi.

"Secara jumlah, masih sangat mungkin (kasus positif Covid-19) melonjak untuk beberapa waktu ke depan, sehingga Pemerintah Kota Depok perlu menyiapkan antisipasi jangka panjang untuk mewaspadai kemungkinan tersebut," tutup dia.

Sebagai informasi, data terbaru per Senin (4/5/2020), terdapat 311 kasus positif Covid-19 di Depok, 44 di antaranya dinyatakan sembuh, sementara 18 lainnya meninggal dunia.

Angka kematian itu belum menghitung kematian 54 suspect yang sejak 18 Maret 2020, tak kunjung dikonfirmasi positif atau negatif Covid-19 oleh Kementerian Kesehatan RI.

Selain itu, terdapat 792 pasien yang saat ini masih diawasi terkait kemungkinan terjangkit Covid-19 di Depok. Di luar itu, ada 1.842 ODP aktif serta 915 OTG aktif yang saat ini dipantau karena kemungkinan yang sama.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/05/05/14062231/belum-sanggup-redam-penularan-covid-19-psbb-di-depok-dinilai-butuh

Terkini Lainnya

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Megapolitan
Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Megapolitan
Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke