Menurut dia, program diskon berpeluang besar menimbulkan kerumunan yang bakal mempermudah penularan Covid-19.
"Sebetulnya bukan tidak boleh diskon, dipertimbangkan saja yang penting tidak ada kerumunan dan terkendali kapasitas malnya," kata Lienda kepada Kompas.com, Senin (22/6/2020).
Mal-mal di Depok telah dipersilakan untuk beroperasi kembali dengan syarat hanya dapat dikunjungi 50 persen dari kapasitas yang ada.
Pengelola mal juga wajib menerapkan protokol kesehatan terhadap pegawai dan pengunjung, mulai dari cek suhu tubuh hingga pembatasan jarak di berbagai tempat.
Namun, Lienda mengakui, tak mudah mengawasi protokol tersebut dilaksanakan atau belum.
Karena itu, selain program diskon, acara-acara lain yang berpotensi menimbulkan kerumunan juga ia sarankan agar dipertimbangkan ulang oleh pengelola mal.
"Saya melihat dari tiga protokol kesehatan yang ada, paling sulit untuk dilakukan adalah menjaga jarak. Kalau masker kelihatan, cuci tangan bisa diawasi. Jarak itu sulit. Orang lalai, lupa," ujar dia.
"Jadi bukan hanya diskon, tetapi juga mungkin event-event yang ramai dan mengundang kerumunan, misalnya menghadirkan artis-artis meskipun konser belum boleh. Itu harus diwaspadai. Jangan sampai nanti pengendaliannya sulit lalu terjadi kerumunan," kata dia.
Lienda mengeklaim bahwa berdasarkan pengamatan anggota Satpol PP di sejumlah mal di Depok selama ini, belum tampak ada kerumunan, termasuk di akhir pekan lalu.
"Tidak tahu kalau minggu depan. Sekarang sepertinya orang-orang masih segan," ujar dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/06/22/18023351/mal-di-depok-diminta-pikir-ulang-jika-ingin-adakan-program-diskon