Penyandang tunanetra bisa mengalami kecelakaan saat berjalan kaki keluar dari jalur khusus untuk mereka.
"Koalisi Pejalan Kaki melihat penjual kerupuk tunanetra itu sudah berjalan di trotoar sampai ke jalan raya," kata Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus saat dihubungi Kompas.com, Minggu (28/2/2021).
Alfred mengatakan, tunanetra seringkali harus berjalan kaki menjauh dari jalur prioritasnya, yakni yellow line atau guiding block.
Para tunanetra, lanjut dia, berjalan kaki hingga ke pinggir jalan raya tanpa tahu datangnya kendaraan dari arah mana.
"Kita sama saja sudah menyodorkan nyawa teman-teman disabilitas dengan kondisi begitu (trotoar yang diokupasi)," tambah Alfred.
Ia mempertanyakan hak pejalan kaki jika mengalami kecelakaan saat berjalan kaki.
Terlebih lagi jika pejalan kaki itu seorang penyandang disabilitas yang memiliki keterbatasan saat harus berjalan kaki di luar tempatnya.
"Ketika mentok, menabrak, dan celaka, siapa yang bisa klaim asuransi? Asuransi apa ketika mereka celaka ketika infrastruktur bikin mereka celaka?," tutur Alfred.
Menurut dia, urusan aksesibilitas bagi pejalan kaki adalah urusan yang mutlak dan tak bisa ditawar.
Pemerintah terkait dinilai seharusnya melakukan pengawasan terkait penggunaan trotoar.
Alfred pun menyebut trotoar Jalan RS Fatmawati-Blok M dan sebaliknya sebagai jalur tengkorak.
Sebutan itu muncul karena trotoar di sana kerap dirampas untuk digunakan sebagai lahan parkir dan tempat berjualan.
Berdasarkan pengamatan Koalisi Pejalan Kaki, penggunaan trotoar di Jalan RS Fatmawati-Blok M yang tak sesuai penggunaannya sudah berlangsung sejak lama.
Mobil-mobil dan motor disebutnya milik pengunjung gedung-gedung pertokoan di sepanjang Jalan RS Fatmawati dan pengemudi ojek online.
Sebelumnya, seorang penjual kerupuk tunanetra, Ridwan (40), menabrak truk saat berjalan kaki di trotoar kawasan Jalan Panglima Polim Raya, Pulo, Jakarta Selatan, pada Jumat (26/2/2021) siang.
Padahal, Ridwan sudah berjalan kaki di jalur khusus penyandang disabilitas, yaitu yellow line.
Ridwan kemudian terpaksa harus berjalan menjauh ke sisi depan truk yang parkir hingga mengokupasi yellow line.
“Sudah enggak heran kalau trotoar selalu dipakai. Kadang-kadang kan saya ngalah yang ke jalan bawah. Bingung juga kalau terlalu ke kanan, nanti keserempet motor dan mobil. Takut ketabrak saya,” kata Ridwan saat ditemui Kompas.com.
Ia pun tak heran jika perjalanannya kerap terganggu karena jalur kuningnya dirampas.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/03/01/05462761/trotoar-kerap-diokupasi-koalisi-pejalan-kaki-kita-sama-saja-sodorkan