Bambang (47), tetangga sebelah rumah pelaku mengatakan, keluarga ZA sudah tinggal cukup lama di Ciracas, Jakarta Timur.
"Dari sekitar tahun 1984 lah. Tapi ya gitu, keluarga Pak A (ayah pelaku) kebanyakan pada tertutup ya. Jarang komunikasi sama tetangga," tutur Bambang kepada Kompas.com, Rabu malam.
Bambang menyebut, rumah tersebut ditinggali oleh enam orang. Terdiri dari ayah, ibu beserta empat anaknya, termasuk ZA.
ZA diketahui merupakan anak bungsu.
ZA memiliki kakak tertua, namun tidak tinggal di rumah itu. Ia tinggal di Surabaya, Jawa Timur.
Meski demikian, Bambang menyebut, tidak seluruh anggota keluarga itu bersifat tertutup.
Kakak-kakak ZA disebut cukup ramah dan menjalin komunikasi baik dengan tetangga.
"Ya paling kakak-kakaknya doang yang jalin komunikasi sama tetangga-tetangga, lumayanlah bergaulnya. Bapak Ibu dan si ZA mah enggak," ujar Bambang.
Bambang tak menyangka atas aksi ZA di Mabes Polri.
"Sama sekali enggak nyangka. Tapi memang betul dari perawakannya, itu dia orangnya, benar," ujar Bambang.
Rumah ZA, Rabu petang, didatangi aparat kepolisian sebagai buntut dari aksi teror ZA di Mabes Polri.
Polisi memasang garis polisi di depan kediaman ZA. Polisi juga menginterogasi pihak keluarga di dalam rumah.
Hingga pukul 21.06 WIB, pemeriksaan masih berlangsung.
Sementara itu, orangtua ZA dikabarkan dibawa ke Rumah Sakit Polri Bhayangkara untuk melihat jasad anak bungsunya.
Kronologi
Kepala Polri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo menjelaskan, pelaku ZA berusia 25 tahun, masuk ke kompleks Mabes Polri lewat pintu belakang.
Pelaku kemudian berjalan ke arah pos penjaga di depan Mabes Polri.
Pelaku sempat bertanya di mana lokasi kantor pos lalu diarahkan oleh petugas.
Setelah dari kantor pos, pelaku kemudian kembali ke pos penjaga lalu menyerang polisi.
Menurut Kapolri, pelaku menembak sebanyak enam kali. Polisi kemudian menembak mati pelaku.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/03/31/21305491/keluarga-za-pelaku-penyerangan-mabes-polri-disebut-tertutup