Salin Artikel

Kisah Ratu Tisha, Masuk di Pusaran Sepak Bola Tanah Air hingga Dobrak Tradisi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Ratu Tisha Destria tidak asing bagi penikmat sepak bola Indonesia.

Lulusan program FIFA Master (badan sepak bola dunia) itu pernah menjabat sebagai Direktur Kompetisi dan Regulasi di Turnamen Torabika Soccer Championship (TSC) pada 2016 dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 2017-2020.

Selama berkecimpung di pusaran sepak bola Tanah Air, Ratu Tisha mencapai berbagai hal yang membuatnya diidolakan banyak pencinta sepak bola Indonesia.

Akan tetapi, ia menolak segala pujian yang dialamatkan kepadanya selama ini.

"Saya enggak bisa jadi Ratu Tisha yang sekarang kalau enggak ada kerja tim saya di manapun itu," katanya kepada Kompas.com, Rabu (21/4/2021).

Ratu Tisha saat ini menjabat sebagai Komisaris Independen di PT Electonic City Indonesia, Tbk.

Dia pribadi lebih ingin dikenal dengan pekerjaannya saat ini ketimbang kariernya di masa lalu.

"Live must go on. Saya bukan lagi di federasi sepak bola. Saya sudah jadi bagian keluarga Electronic City," ujar Tisha.

"Bersama Artha Graha Group, (saya ingin) berkontribusi untuk Indonesia," imbuhnya.

Dobrak tradisi

Setelah terlibat di manajemen sepak bola Tanah Air, Ratu Tisha masih berkutat pada manajemen kendati kini berbeda sektor.

"Saya akan terus lagi belajar di berbagai sektor dan akan tetap berkontribusi kepada industri olahraga Indonesia," ucapnya.

Tisha sejatinya tidak meninggalkan olahraga khususnya sepak bola. Saat ini, ia masih menjabat sebagai Wakil Presiden AFF (federasi sepak bola ASEAN) periode 2019-2023.

Yang jelas, karier Tisha sejauh ini bak mendobrak tradisi.

Sebagai perempuan, ia bisa memegang jabatan penting di sepak bola. Bahkan, Ratu Tisha merupakan Wakil Presiden AFF perempuan pertama sepanjang sejarah.

"Saat ini saya masih menjabat sebagai Vice President AFF dan di regional federation seluruh dunia, perempuan itu yang pertama ya saya," jelasnya.

Selain itu, posisi sebagai Komisaris Independen di Electronic City pada usia 35 tahun membuktikan umur dan gender bukan halangan untuk berprestasi.

Diakui Tisha, baik saat masih berkecimpung di manajemen sepak bola maupun saat ini perusahaan, tantangan yang ia hadapi pada dasarnya sama.

"Yang saya pelajari, setiap level itu tantangannya hampir sama. Saya mulai dari lokal, akhirnya ke nasional dan internasional. Managing people itu selalu jadi tantangan," papar Tisha.

"Bagi saya, segala sesuatu itu harus ada rohnya. Kita bisa bikin barang sebagus apapun atau produk atau service sebagus apapun, kalau rohnya tidak ada, manusianya tidak bisa berkembang, sosok roh yang menaungi itu tidak ada, barang itu enggak akan hidup," lanjutnya.

Kendati sehari-hari lebih banyak berkutat di pekerjaannya sebagai Komisaris Independen, Tisha mengaku tidak bisa meninggalkan sepak bola.

"Sebagai Vice President, station saya tetap di Indonesia. Jadi, saya aktif di Electronic City. Jadi, secara langsung dan tidak langsung, pastinya di manapun saya berada kontribusi terhadap sepak bola sudah menjadi kewajiban saya sebagai salah satu insan sepak bola," katanya.

Tisha mengaku sudah berkecimpung di sepak bola sejak 2001, baik sebagai relawan maupun profesional.

"Jadi, sepak bola sudah menjadi bagian dari hidup saya," terangnya.

Pentingnya ekosistem yang tepat dalam sepak bola wanita

Sebagai perempuan dalam industri olahraga khususnya sepak bola, Tisha punya mimpi untuk dapat berkontribusi bagi masyarakat sekitar dan membangun Indonesia bersaing di dunia internasional.

Ia pun menyoroti bahwa ada banyak sektor bagi perempuan di sepak bola, termasuk untuk menghidupkan sepak bola wanita.

"Sepak bola wanita dan wanita dalam sepak bola itu dua hal yang berbeda. Kalau kita ngomongin wanita di dalam sepak bola itu sepak bola wanita termasuk di dalamnya," ujar Tisha.

"Jadi wanita dalam sepak bola itu ada yang berfungsi sebagai sektor swasta seperti saya, ada pelatih, ada wasit, ada pemain. Ekosistemnya itu terbentuk," sambungnya.

Andai punya keleluasaan dalam mengembangkan sepak bola wanita di Indonesia, Tisha berpendapat bahwa ekosistem dan dasar dari sepak bola (grassroots) harus diatur terlebih dahulu.

"Menurut saya, pengembangan sepak bola wanita itu harus dikembangkan secara fundamental, tidak berbeda dengan yang pria karena basisnya adalah olahraga yang sama," tukas Tisha.

"Pada saat kita bicara pengembangan sepak bola wanita, ilmu dasarnya ya ilmu sepak bola. Jadi pengembangannya itu memang tailor-made terhadap gender sebagaimana cabang-cabang olahraga lain yang nomor putrinya sudah lebih dulu maju, seperti bulutangkis putri, voli putri, dan sebagainya," lanjutnya.

"Memang pengelolaannya pasti berbeda, tapi core-nya itu tetap sepak bola. Jadi, saya pengin ekosistem perempuan di dalam sepak bolanya yang juga musti dibenahi terlebih dahulu," sambung Tisha.

Ia meyakini, saat ekosistem telah terbangun, maka sepak bola wanita juga bisa terbangun.

"Banyak sekali kalau kita lihat di luar (negeri), pengembangan sepak bola wanita dimulai dulu dari pelatih pria. Lalu, mulai pemberdayaan guru-guru atau pelatih-pelatih wanita," kata Tisha.

"Dari sejak usia dini, mungkin 17-18 tahun, seharusnya sudah mulai ada putri yang mengambil lisensi kepelatihan D (paling dasar) untuk bisa mereka mengerti fundamental sepak bolanya dulu. Jadi, harus dimulai dari grassroots," pungkasnya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/04/21/20001441/kisah-ratu-tisha-masuk-di-pusaran-sepak-bola-tanah-air-hingga-dobrak

Terkini Lainnya

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Megapolitan
Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut   Investasi SDM Kunci Utama

Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut Investasi SDM Kunci Utama

Megapolitan
Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Megapolitan
Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Megapolitan
Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Megapolitan
Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke