Awal mula perkembangannya pun tak lepas dari peran Habib Ali Alhabsyi bin Abdurrahman Alhabsyi atau yang sering dikenal dengan nama Habib Ali Kwitang. Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam syiar agama Islam di Jakarta.
Pengelola Masjid Al-Riyadh, Ustaz Rofiq menerangkan, di lokasi inilah, Habib Ali mendidik murid-muridnya. Menurut Rofiq, banyak murid Habib Ali yang juga menjadi ulama terkenal dan berperan besar dalam berdakwah, seperti KH Abdullah Syafii, KH Tohir Rohili, dan banyak lainnya.
Rofiq menerangkan, pada awalnya, rumah ibadah ini bernama Khuwatul Ummah, sebab pada mulanya bangunan ini difungsikan sebagai tempat berkumpulnya umat Islam.
"Namanya Khuwatul Ummah. Jadi Khuwatul Ummah itu artinya tempat berkumpulnya umat," kata Rofiq.
Beberapa tahun berselang, namanya diubah menjadi Masjid Al-Riyadh yang berarti Taman Surga. Rofiq bercerita, masjid ini juga berperan dalam menyiarkan kabar Proklamasi Kemerdekaan RI.
Jika ditilik dari arsiteturnya, masjid ini tidak memiliki halaman luas seperti tempat ibadah bersejarah lainnya. Kendati demikian, tempat ibadah tersebut tetap mempunyai sejumlah keunikan.
Salah satunya dari sisi arsitektur. Masjid Al-Riyadh dirancang dengan arsitektur yang cukup megah. Dari luar, tampak masjid dicat dengan warna putih yang mendominasi.
Dari depan gerbang utama, tampak bedug yang masih digunakan sebagai penanda waktu sebelum adzan.
Bangunannya sendiri memiliki dua lantai. Lantai pertama dimanfaatkan sebagai tempat untuk shalat.
Selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid ini juga difungsikan sebagai tempat belajar atau madrasah di lantai. Lokasinya berada di lantai kedua yang berbentu seperti mezanin.
Namun untuk acara-acara tertentu, seperti shalat Idul Fitri, shalat Idul Adha, dan shalat Jumat, lantai kedua masjid juga digunakan untuk beribadah.
Keunikan lain dari masjid ini adalah mimbar kayu yang menjadi tempat khatib menyampaikan ceramah. Bagian luar mimbar terdapat ukiran dan beberapa anak tangga.
Selain itu, ketika memasuki masjid, jemaah juga akan disambut dengan pemandangan lampu gantung. Pada malam hari, ketika seluruh lampu dihidupkan, lampu gantung tersebut menjadi salah satu pemandangan menarik di dalam masjid.
Makam tersebut tak hanya digunakan sebagai lokasi persemayaman Habib Ali. Di dalamnya juga dimakamkan putra dari Habib Ali, Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi, dan istri putranya Syarifah Ni’mah, serta Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Ali Al Habsyi.
"Enggak pernah sepi dari ziarah, beliau memang luar biasa," tutur Rofiq.
Keberadaan makam ini menjadi daya tarik tersendiri bagi jemaah. Bahkan, para peziarah berdatangan dari berbagai wilayah di Tanah Air.
Tak hanya dikunjungi oleh para peziarah dan murid-muridnya, Rofiq menerangkan, lokasi persemayaman Habib Ali ini pun kerap didatangi para pejabat.
Rofiq menambahkan, saat Ramadhan, masjid ini menyelenggarakan acara layaknya tempat ibadah umat Islam lainnya.
Namun ada tradisi khusus yang masih dipertahankan oleh para pengurus masjid yakni Khotmil Quran atau khataman Al Quran saat shalat tarawih.
Agenda ini dilaksanakan pada malam ke-25 Ramadhan. Pada malam itu, biasanya banyak jemaah berdatangan dari berbagai wilayah di Indonesia.
Namun untuk tahun ini, Rofiq belum bisa memastikan apakah acara tersebut akan terselenggara, sebab masih dalam kondisi pandemi Covid-19.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/04/26/21484361/mengenang-habib-ali-di-masjid-al-riyadh-kwitang