Salin Artikel

Cerita Dokter Hadapi Lonjakan Covid-19: Kurang Tidur, Makan Tak Teratur, hingga Kurangi Jam Kerja karena Hamil

Dokter umum yang bertugas di IGD rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabodetabek itu masih berada di tempatnya bekerja. Padahal, ia hari itu bertugas sejak pagi.

"Gue shift pagi, jam 07.00-14.00, tapi prolong karena pasien banyak, baru kelar jam 15.30. Sekarang masih di RS, ada kerjaan lain," kata Rizal.

Sejak dua pekan lalu, jumlah pasien Covid-19 yang datang ke RS tempatnya bekerja tiba-tiba melonjak.

Tiap shift kerja tujuh jam, Rizal berujar, ada lebih dari lima pasien Covid-19 yang datang ke rumah sakit tempatnya bekerja. Padahal, dalam tempo empat bulan terakhir, paling hanya ada 2-3 pasien baru per shift, malah kadang tak ada pasien.

Gara-gara lonjakan pasien Covid-19 akhir-akhir inilah, Rizal dan rekan sejawatnya kerap lembur. Belum lagi ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.

Selain bertugas di IGD, Rizal adalah anggota peneliti penelitian Covid-19 multisenter, tim swab BNPB untuk karantina orang yang baru tiba dari luar negeri, dan punya setumpuk pekerjaan ilmiah macam bikin penelitian, dll.

Banyaknya pekerjaan, terlebih dengan adanya lonjakan kasus Covid-19 seperti saat ini, membuat Rizal tak punya banyak waktu untuk cukup tidur.

"Gue banyak kerjaan, tiap hari tidur kurang, makan enggak bisa dijaga," ujarnya.

"Jujur, gue udah enggak ngerti penjagaan diri gue gimana," kata Rizal saat ditanya cara menjaga kesehatan di tengah lonjakan kasus Covid-19 dan setumpuk pekerjaannya.

Rizal bercerita, dalam sehari, ia mengenakan pakaian hazmat berjam-jam, bahkan bisa sampai delapan jam. Itulah salah satu penyebab pola makannya tak teratur.

"Tadi gue pakai hazmat cuma dua jam, soalnya kan bisa ganti-gantian masuk. Pernah (pakai hazmat) delapan jam. Kadang kalau ribet, ya udah, gue terobos aja (pakai hazmat) sampai selesai shift. Iya, enggak makan minum (selama pakai hazmat)," tutur Rizal.

Meski harus bekerja lembur dan menghadapi segala risiko, seperti tingginya potensi tertular virus corona, Rizal mengaku senang bertugas di IGD.

"Sebenarnya gue senang-senang aja kerja di IGD, regardless risk of infection-nya ya, gue semangat aja kerja di IGD, banyak belajar," kata pria yang sebelumnya pernah terinfeksi virus corona itu.

Sementara itu, dokter di sebuah klinik swasta di Jakarta, Dea, memilih untuk mengurangi jam kerjanya di tengah lonjakan kasus Covid-19 saat ini. Sebab, ia sedang hamil.

Ia tak mau terinfeksi virus corona untuk kedua kali tatkala hamil anak pertamanya.

"Deg-degan, mana pas hamil ini aku pernah kena," kata Dea, kemarin.

Di klinik, ia bertugas mengambil sampel pasien yang terindikasi positif Covid-19. Oleh karena itu, ia tentu saja punya risiko tinggi tertular virus.

Terlebih lagi, jumlah pasien yang menjalani tes swab PCR di klinik tempatnya bekerja sekarang melonjak hingga dua kali lipat. Banyak di antaranya anak-anak.

"Yang kerasa banget itu peningkatan kasus anak. Sehari biasanya mentok periksa swab 60-an pasien, hari ini sampai 143 orang. (Hasilnya) 20-an positif, tiga di antaranya masih anak-anak," tutur Dea.

Selain mengurangi jam kerja, Dea berupaya maksimal menjaga kesehatannya dan si calon jabang bayi dengan menerapkan protokol kesehatan super ketat.

"Minum vitamin, kurang-kurangin ambil shift, pakai masker dobel, sering-sering ganti APD (alat pelindung diri), langsung mandi sebelum ngapa-ngapain," ucapnya.

Dea berharap bisa terus bekerja membantu pasien sambil tetap menjaga janinnya sampai waktu melahirkan tiba.

"Alhamdulillah sejauh ini adik bayi enggak ada yang aneh. Lagi deg-degan nungguin kelahiran dia. Semoga enggak kurang apa-apa dan sehat-sehat," ucap Dea.

Gusar lihat warga abaikan protokol kesehatan

Di tengah kondisi kasus Covid-19 yang terus melonjak, Rizal merasa gusar melihat banyak warga tetap mengabaikan protokol kesehatan.

Padahal, kata dia, penanganan pandemi butuh kerja sama dari masyarakat.

"Sesimpel pakai masker, enggak berkerumun, jaga jarak aja enggak mau, padahal enggak rugi, enggak ngeluarin effort besar. Kan bingung ya," ujar dia.

Disiplin menerapkan protokol kesehatan, kata Rizal, cukup efektif mencegah penularan virus corona.

Oleh karena itu, dia berharap semua warga melakukannya jika terpaksa harus keluar rumah untuk keperluan mendesak.

"Masker enggak bikin sesak napas, lama-lama juga biasa pakai masker, enggak bikin saturasi drop," tutur Rizal.

"As long as you put your mask on properly, even better if you wear face shield, it's okay," ucapnya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/06/24/09581041/cerita-dokter-hadapi-lonjakan-covid-19-kurang-tidur-makan-tak-teratur

Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke