JAKARTA, KOMPAS.com - "Ada obat kan? Suruh minum obat. Udah ada perubahan?" tanya Ketua RT 007 RW 005 Jatinegara Minem, saat mendistribusikan makanan kepada salah satu warga yang isolasi mandiri di rumah petak.
"Udah sih. Udah enggak demam," jawab warga tersebut.
"Udah enggak demam? Ya udah makan yang banyak deh," ucap Minem sambil pamit.
Demikian cuplikan video memperlihatkan aktivitas pengurus RT yang melayani warganya di salah satu daerah kumuh di Jakarta Timur, yakni RW 005 Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung.
Untuk diketahui, RW 005 Jatinegara menjadi salah satu dari 76 RW kumuh di DKI Jakarta. Sebanyak 76 RW itu ditata dengan konsep community action plan (CAP) pada 2020, kemudian satu tahun berikutnya akan ditata dengan program collaborative implementation plan (CIP) oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Permukimannya menyandang status sebagai daerah kumuh membuat warga-warga RW 005 Jatinegara merasa tak nyaman.
Belum selesai dengan urusan "gelar" RW kumuh tersebut, RW 005 Jatinegara kini menghadapi masalah baru, yakni pandemi Covid-19.
Ketua RW 005 Ahmad Saihu, pada 5 November 2020 lalu, mengatakan bahwa pandemi membuat program CAP tertunda.
Namun, kini masalah yang dihadapi lebih dari itu, yakni akses layanan kesehatan warga selama pandemi.
Sekretaris RW 005 Asit Faizal mengatakan, banyak warganya tidak mendapatkan fasilitas kesehatan sebagaimana mestinya saat terpapar Covid-19.
Asit prihatin melihat warganya terkonfirmasi positif dan harus isolasi mandiri di rumah karena rumah sakit sudah tidak mampu menampung.
"Terpaksa mereka isoman, sedangkan rumah atau kontrakan hanya berukuran 3x3 meter, dihuni empat anggota keluarga. Mereka juga kesulitan untuk mencari tempat isoman karena faktor keuangan," kata Asit kepada Kompas.com, Jumat (16/7/2021).
Asit mengatakan, Satgas Covid-19 tingkat RT/RW kerap berkoordinasi dengan puskesmas kelurahan untuk mencari solusi. Namun, lagi-lagi puskesmas tidak ada solusi untuk tempat isoman.
"Yang bisa dilakukan oleh pihak puskesmas adalah hanya memantau via telepon perihal perkembangan kesehatan mereka," lanjut Asit.
Pernah ada salah satu warga menjalani isoman di rumah dan membutuhkan oksigen. Hal itu dialami oleh Siti Mulyati, warga RT 007.
"Dia sesak napas. Kami bawa ke RS, semua penuh, terpaksa isoman. Bahkan tabung oksigen aja kami gantian. Cuma kalau slang ventilator ada masing-masing," kata Asit menceritakan.
"Kami pinjam (tabung oksigen) ke puskesmas juga nggak ada," lanjutnya.
Namun, kondisi Siti kini berangsur membaik.
"Alhamdulillah, sudah mendingan tapi masih dalam pengawasan tim satgas," terang Asit.
Asit mengatakan, pihaknya memberikan makanan gratis tiga kali sehari bagi warga RW 005 yang isoman di rumah.
Biaya makan itu swadaya masyarakat. Sebab, bantuan makanan dari Dinas Sosial tak rutin.
"Sampai sekarang baru bantuan dari Dinsos aja, itupun harus waiting list. Tiga hari lalu dapat bantuan dari Dinsos," kata Asit.
Asit mengatakan, kini ada 12 warga RW 005 yang menjalani isoman di kediaman masing-masing.
Ia berharap, bantuan makanan, obat-obatan, vitamin hingga fasilitas kesehatan mengalir ke warga-warga yang sedang isoman.
"Kami kesulitan. Kami dapat dari puskesmas itu cuma kadang-kadang dan tertentu saja, tidak semua yang isoman dapat vitamin," kata Asit.
"Kami alternatif kadang-kadang pakai air kelapa," lanjutnya.
Asit berharap, Pemprov DKI bisa mencari tempat alternatif untuk warga isoman yang tinggal di kawasan kumuh, misalnya dengan memfungsikan gedung-gedung sekolah yang saat ini belum digunakan.
"Akibat dampak PPKM darurat sekarang ini, masyarakat di kawasan RW kumuh sangat-sangat membutuhkan bantuan sembako untuk mereka bertahan hidup," kata Asit.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/16/20301521/sulitnya-akses-layanan-kesehatan-selama-pandemi-covid-19-di-salah-satu