Keduanya terinfeksi Covid-19 saat Ragunan ditutup sejak 22 Juni lalu akibat lonjakan kasus Covid-19 di Ibu Kota.
Dokter Hewan TMR, Ahmad Muchsin mengatakan, harimau sumatera juga menjalani tes swab PCR untuk mengetahui indikasi positif Covid-19 atau tidak.
Namun, teknik pengambilan swab PCR terhadap harimau sumatera berbeda dengan satwa jinak lainnya.
Menurut Muchsin, para petugas atau keeper wajib mengondisikan satwa agar dalam kondisi nyaman dan tak ada gangguan selama proses pengambilan sampel.
Keeper adalah orang-orang yang biasa merawat dan sudah tak asing bagi para harimau sumatera
"Dan hanya orang-orang tertentu atau orang yang dekat yang bisa mendekat dengan satwa tersebut sehingga untuk pengambilan sampel bisa tercapai," ujar Muchsin dalam rekaman suara yang diterima Kompas.com, Senin (2/8/2021) malam.
Proses pengambilan sampel kemudian dilakukan secara manual, tanpa pembiusan. Meskipun demikian, tingkat kewaspadaan tetap diutamakan karena harimau termasuk dalam kategori hewan buas.
"Alhamdulilah, kami menghindari pembiusan. Kalau masih bisa dilakukan dengan cara manual, kami lakukan secara manual," kata Muchsin.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, Suzi Marsitawati menjelaskan kronologi awal hingga kedua harimau tersebut terinfeksi Covid-19.
Menurut Suzi, Tino awalnya sakit dengan menunjukkan gejala klinis sesak napas, bersin, keluar lendir dari hidung, dan nafsu makan menurun.
Gejala tersebut dialami Tino pada 9 Juli 2021. Selang dua hari, Hari juga mengalami sakit dengan gejala yang sama seperti Tino. Oleh karena itu, pada 14 Juli, petugas melakukan tes swab kepada Tino dan Hari.
"Kemudian (sampelnya) dikirim ke laboratorium Pusat Studi Satwa Primata, IPB Bogor. Lalu, hasilnya keluar tanggal 15 Juli yang menyatakan bahwa kedua satwa tersebut terpapar Covid-19,” kata Suzi dalam siaran pers Pemprov DKI, Minggu (1/8/2021) dilansir dari Tribun Jakarta.
Setelah dinyatakan positif Covid-19, kedua harimau itu langsung diobati dan diisolasi. Pengobatan dilakukan dengan memberikan antibiotik, antihistamin, antiradang, dan multivitamin.
Setelah diobati selama 10-12 hari, kondisi kedua harimau itu sudah mulai membaik. Nafsu makan keduanya pun kembali normal dan aktif beraktivitas lagi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/08/03/06555821/bagaimana-teknik-swab-pcr-terhadap-harimau-ini-penjelasan-dokter-hewan