Salin Artikel

Monumen Perjuangan Senen, Simbol Pertempuran Pejuang Indonesia yang Sempat Lumutan Tak Terawat

JAKARTA, KOMPAS.com - Monumen bersejarah berdiri di kompleks Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat.

Saat pengguna kereta api (KA) atau masyarakat memasuki kawasan Plaza Stasiun Pasar Senen, monumen itu akan terlihat jelas. Namanya Monumen Tekad Merdeka atau Perjuangan Senen yang berdiri di sentral plaza stasiun itu.

Dinas Museum dan Pemugaran DKI Jakarta pada 2000 mencatat, Monumen Perjuangan Senen termasuk salah satu dari 21 monumen dan patung besar penting di Jakarta.

Monumen bergaya realis ini termasuk karya seni berlatar belakang sejarah di Ibu Kota, sama halnya dengan Monumen Nasional, Monumen Perjuangan Jatinegara ataupun Monumen Pembebasan Irian Barat.

Monumen Perjuangan Senen diresmikan oleh Wali Kota Jakarta Pusat A Munir pada 2 Mei 1981. Pematungnya Sadiman, Suhartono, dan Haryang Iskandar yang dibantu pelukis Suyono Palal.

Kawasan Senen dan sekitarnya pernah menjadi tempat peristiwa pertempuran pejuang Indonesia selama masa revolusi kemerdekaan, terutama setelah kapal-kapal perang sekuti mendarat di teluk Jakarta pada 29 September 1945.

Beberapa peristiwa itu di antaranya penyerangan rumah Mr. Roem di Jalan Kwitang, pertempuran di depan Hotel Taytung yang kemudian berlanjut di sekitar Bungur dan Tanah Tinggi.

Tak lupa pertempuran besar di Senen pada 13 Oktober 1945 yang mengakibatkan banyak pejuang Indonesia tertangkap dan pertempuran di Jalan Kramat Raya pada bulan yang sama.

Guna memvisualisasi rangkaian peristiwa itu semua, dibangunlah Monumen Perjuangan Senen.

Arti lambang dalam monumen

Laman Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI menyebutkan, Monumen Perjuangan Senen menggambarkan perjuangan masa revolusi fisik yang mendapatkan dukungan dari segenap unsur masyarakat, entah itu rakyat, pemuda serta anak-anak.

Untuk melambangkan itu, dipatungkan dalam bentuk beberapa orang atau unsur, mengelilingi arah mata angin.

Unsur pertama, seorang pemuda berpeci, tangan kanan memegang pistol dan tangan kiri memapah seorang pemuda yang luka terkena tembakan serta membawa bambu runcing dan golok.

Unsur kedua, seorang pemuda bertopi baret dengan selendang melilit di leher, berdiri tegak sambil memegang pedang. Di bawah patung ini terdapat tulisan,"Jajaran generasi 45. Mempunyai kedudukan. Tersendiri dalam jalannya. Sejarah bangsa karena selalu mendukung idejuga mencetuskan proklamasi."

Unsur ketiga adalah pemuda berikat kepala memegang bedil dan di pinggangnya melilit serangkaian peluru. Di bawah patung ini terdapat tulisan,"Tuhan jika aku gugur dan kau takdirkan aku hidup kembali sekali lagi, aku akan korbankan jiwaku untuk nusa dan bangsa."

Kemudian unsur keempat atau terakhir, seorang gadis berkepang dua dengan tas tergantung di pundaknya, menuntun seorang anak laki-laki dengan kaki telanjang.

Sempat terlupakan

Monumen Perjuangan Senen sempat terlupakan karena pernah tersembunyi di antara lapak pedagang asongan di seputaran stasiun.

Bahkan, Tribun Jakarta pada 24 Februari 2018 melaporkan, monumen sempat tidak terawat. Lumut menempel di sisi kanan atas monumen.

Beberapa keramik mulai terlihat retak dan sudah tidak merekat pada dinding monumen.

Namun, seiring dengan penataan stasiun pada pertengahan 2020, Monumen Perjuangan Senen kembali hadir dengan tampilan yang lebih baik dan terawat.

Posisi monumen pas di depan Stasiun Pasar Senen, atau pintu akses masuk penumpang ke stasiun. Di sekitar monumen juga ada Halte Transjakarta.

Monumen Perjuangan Senen tampak cukup besar setelah penataan stasiun sehingga mudah terlihat dari jalan raya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/08/17/07313611/monumen-perjuangan-senen-simbol-pertempuran-pejuang-indonesia-yang-sempat

Terkini Lainnya

Panca Darmansyah Didakwa Pembunuhan Berencana Terhadap 4 Anak Kandungnya

Panca Darmansyah Didakwa Pembunuhan Berencana Terhadap 4 Anak Kandungnya

Megapolitan
Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak Terancam Dipenjara 5 Tahun

Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak Terancam Dipenjara 5 Tahun

Megapolitan
'Lebih Baik KPR daripada Gaji Dipotong untuk Tapera, Enggak Budget Wise'

"Lebih Baik KPR daripada Gaji Dipotong untuk Tapera, Enggak Budget Wise"

Megapolitan
Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Megapolitan
Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Megapolitan
Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Megapolitan
Satu Tahun Dagang Sabu, Pria di Koja Terancam 20 Tahun Penjara

Satu Tahun Dagang Sabu, Pria di Koja Terancam 20 Tahun Penjara

Megapolitan
Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Megapolitan
Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Megapolitan
Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Megapolitan
Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: 'Don't Worry'

Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: "Don't Worry"

Megapolitan
DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

Megapolitan
Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Megapolitan
Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke