JAKARTA, KOMPAS.com - Warga di Kampung Baru Kubur Koja, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara sudah berbulan-bulan mengalami air mati.
Selain mati, apabila air keluar pun hasilnya berbau busuk.
"Airnya enggak pernah keluar, sekalinya keluar bau bangkai. Masa airnya bau bangkai. Bingung saya juga," ujar In Nyo warga di RT 07, RW 15 saat ditemui di lokasi, Kamis (6/1/2022).
Dia mengatakan, banyak pekerjaan rumah tangganya yang terbengkalai akibat krisis air tersebut.
Apalagi, di rumahnya juga sedang ada orang yang sakit.
"Saya enggak mandi-mandi. Kesel saya. Kami enggak ada air tapi bayar terus," kata dia.
Selain berbau, ujar dia, air tersebut juga menghitam dan tak layak pakai jika sewaktu-waktu mengalir.
Kemudian, apabila menyala, itu pun terjadi pada jam-jam tertentu yang bahkan tak bisa ditentukan.
Sebagai solusi, dia dan tetangganya pun harus membeli air galon atau air pikul dari pedagang air keliling untuk memenuhi kebutuhan mereka.
"Jadi harus beli segalon Rp 6.000, sedangkan tagihan bayar terus tapi airnya enggak ada," kata dia.
Diketahui, pasokan air di kampung tersebut berasal dari perusahaan PAM Lyonase Jaya (Palyja).
Warga lainnya, Emil, mengatakan bahwa dirinya sudah sering melaporkan hal tersebut kepada Palyja.
Namun, yang datang bukannya petugas perbaikan tetapi hanya petugas survei saja.
"Saya sudah sering laporan cuma yang datang survei doang. Kami sudah berbulan-bulan (krisis air) di sini," ujar dia.
Emil mengatakan, petugas yang datang survei pun selalu terlihat kebingungan karena harus mengecek pipa.
Akhirnya yang mereka katakan adalah akan menyampaikannya kepada pihak terkait.
"Laporan lagi, datang lagi orang survei," ucap dia.
Selain RT 07, terdapat beberapa RT lainnya yang mengalami hal serupa, yakni RT 05, RT 04, dan RT 06.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/01/06/15520761/kampung-baru-kubur-koja-krisis-air-warga-sekalinya-keluar-bau-bangkai