JAKARTA, KOMPAS.com - Bencana banjir sudah menjadi masalah klasik di Ibu Kota. Setiap pemimpin Jakarta berganti, program baru pun bermunculan untuk menangani banjir. Beberapa program lama yang sudah baik ikut dipertahankan.
Di era kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan, program penanganan banjir yang dilakukan terdiri dari pembangunan sumur resapan, perbaikan sistem polder, pengerukan sungai dan waduk, hingga penggunaan pompa air.
Namun, program-program tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan dalam mengurangi banjir Jakarta. Pada pertengahan Januari 2022, hujan deras yang mengguyur Jakarta mengakibatkan genangan terjadi di 102 rukun tetangga (RT).
Anies sebut banjir karena intensitas hujan tinggi
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melalui akun Instagram-nya @aniesbaswedan mengatakan, banjir pada Selasa (18/1/2022) di Jakarta terjadi karena intensitas hujan yang tinggi, mencapai 204 milimeter.
Pengamat perkotaan Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengungkapkan, curah hujan yang tinggi memang menjadi salah satu penyebab banjir.
Namun, ketika musim hujan tiba, seharusnya Pemerintah Provinsi (Pemprov DKI) sudah mengambil tindakan untuk meminimalkan banjir.
"Minimal satu, kita tau di mana titik-titik paling rawan. Titik paling rawan artinya titik paling punya potensi akan sering kebanjiran. Nah itulah yang penting, karena selama ini kita hanya menganggap satu sampai dua titik saja," ujar Yayat saat dihubungi, Minggu (30/1/2022).
Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI Perjuangan Gilbert Simanjuntak mengungkapkan, banjir adalah masalah berulang di Jakarta. Pemerintah seharusnya melakukan persiapan matang sebelum menghadapi musim hujan.
Sayangnya, upaya penanganan banjir di Jakarta bahkan menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, ucap Gilbert.
"Dibanding tahun lalu upaya Pemprov DKI untuk membersihkan sungai dan saluran air tidak terlihat, kemungkinan karena mereka terlalu fokus pada sumur resapan yang mereka bikin yang ternyata gagal," kata Gilbert.
Upaya Pemprov DKI cegah banjir masih minim
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, Pemprov DKI gencar melakukan pengerukan sungai dan waduk serta memperbaiki sistem polder tiap musim hujan melanda.
"Sekarang kita membuat waduk situ embung polder, insya Allah di tahun 2022 akan banyak sekali program-program yang kita buat seperti waduk polder dan perbaikan," kata Riza, Senin (24/1/2022).
Founder dan Direktur Rujak Center for Urban Studies Elisa Sutanudjaja mengatakan, kedua program itu saja tidak cukup untuk mengendalikan banjir Jakarta.
"Ya tidak akan cukup. Karena di saat bersamaan kan ada pembangunan. Bangunan bisa kontribusi run off baru," ujar Elisa saat dihubungi, Minggu (30/1/2022).
Senada dengan itu, Yayat Supriatna mengatakan, masyarakat perlu diajak bicara untuk menentukan solusi terbaik atas banjir di Jakarta.
"Mau polder mau waduk itu tak pernah ada jawaban. Jadi satu-satunya cara adalah bicara pada masyarakat," ujarnya.
"Mau buat polder, minta aspirasi masyarakat, di mana dipetakan, bersedia tidak, butuhnya dan luasnya berapa," terangnya.
Normalisasi mandek, sumur resapan tak efektif
Selain itu, proyek normalisasi sungai yang dicanangkan Pemprov DKI untuk menangani banjir belum berjalan maksimal.
Sebagai informasi, proyek normalisasi kali Ciliwung terhenti sejak masa kepemimpinan Anies Baswedan.
Proyek pengendalian banjir tersebut hingga kini belum jelas nasibnya karena kendala pembebasan lahan pinggiran kali.
Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Ida Mahmudah mengatakan, Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Anies kurang melakukan komunikasi dengan masyarakat di bantaran kali.
Itulah sebabnya proses pembebasan lahan normalisasi tidak berjalan sama sekali.
Ketua Fraksi PDI-P DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono mengatakan, normalisasi sungai untuk pengendalian banjir harus dilakukan secara maksimal.
"Perbaikan sungai itu harus dilakukan secara komprehensif dan secara continue, tidak sepotong-sepotong. Jadi satu kesatuan," kata Gembong saat dihubungi, Minggu (30/1/2022).
Sementara itu, sumur resapan yang berada di Jalan Kamboja, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan, disebut tak menyelesaikan masalah banjir.
Toto, seorang penghuni rumah kontrakan yang terletak di kawasan Jalan Kamboja, mengatakan bahwa banjir tetap melanda kawasan rumahnya.
"Kalau dari pantauan saya ini tidak efektif. Kalau disebut menangani banjir, tapi masih banjir di sini," ujar Toto saat ditemui di lokasi, Kamis (20/1/2022).
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/02/01/19292061/penanganan-banjir-jakarta-era-anies-normalisasi-mandek-hingga-sumur