Salin Artikel

Ketika Panci Penyok Jadi Harta Karun di Tengah Puing Kebakaran Rumah di Kemanggisan...

JAKARTA, KOMPAS.com - Kegiatan Nurhayati (57) pagi ini masih sama seperti kemarin. Ia terbangun di antara puluhan manusia malang yang harus kehilangan harta bendanya pada Kamis (24/3/2022) malam.

Langkah-langkah pertamanya keluar dari tenda pengungsian itu terasa berat. Matanya mengarah tepat ke seberang Kali Inspeksi Grogol, Kemanggisan, Jakarta Barat.

Sebuah mushala berdiri tegap di sana. Namun, bukan itu yang ia lihat. Ia sedang melihat rumahnya yang berada di balik mushala.

Rumah itu tak terlihat. Bukan karena tertutup bangunan mushala, tetapi rumah yang sudah ditempatinya selama 40 tahun tersebut kini nyaris rata dengan tanah.

Berjalan puluhan langkah, Nurhayati pun tiba di garis polisi. Batas yang kemarin tak dibolehkan untuk dilintasi.

Menuruni beberapa anak tangga itu pun rasanya semakin berat.

Namun, mencari celah pijakan di antara puing-puing kebakaran saat ini, tidak lebih sulit dari mencari jalan keluar di malam itu.

"Api tiba-tiba membakar semuanya. Saat pertama melihat api, saya pikir masih sempat selamatkan barang-barang. Tapi kata suami dan anak, ikhlaskan. Nyawa harus yang pertama," kenang Nurhayati dengan pahit.

Kini, ia berencana menegok harta benda yang ia tinggalkan malam itu.

Langkahnya terhenti di depan sebuah bangunan yang hangus terbakar.

Puing-puing itu masih bisa ia kenali sebagai rumahnya. Dibandingkan 22 rumah lainnya yang hampir rata dengan tanah, sedikit tembok batako terlihat masih menandai rumahnya.

Lahan itu ia kontrak, tetapi bangunan itu dibangunnya sendiri. Ia merasa sangat mengenali setiap inchi bangunan itu.

Namun yang paling mudah dikenalinya, sebuah kotak besi yang terlihat di bagian depannya. Seakan memberi tanda bahwa ini lah tujuannya.

Kotak itu terlihat seperti sebuah oven atau alat panggang yang ia punya. Kata Nurhayati, oven itu salah satu dari tiga oven yang ia punya.

Ia tak banyak berbicara banyak. Dengan tatapan lara, langkah pertama Nurhayati masuk ke rumahnya pun dilakukan dengan hati-hati.

Ia melihat satu persatu benda-benda yang sudah gosong dan hancur.

Perlahan-lahan tangannya menggapai beberapa benda. Beberapa panci dan penggorengan yang sedikit penyok pun dijamahnya.

Bagi orang lain yang melihat, benda-benda itu mungkin hanya puing dan rongsok. Namun bagi Nurhayati, itu harta yang bisa ia pertahankan kembali.

Sebab, bersama alat masak itu, ia berjuang mencari nafkah. Ia merupakan seorang juru masak di bisnis katering sederhananya.

"Saya masak, buka katering. Saya biasa jual kue, kacang, dan makanan-makanan lain. Ini alat-alat masak saya," kata Nurhayati.

Sebelum kebakaran terjadi, ia tengah menyiapkan pesanan 250 kue nastar yang dipesan secara dadakan oleh pelanggan.

Pesanan itu dipersiapkan untuk lebaran. Ia memang terbiasa kebanjiran pesanan menjelang Ramadhan.

Jika pesanan itu tidak mendadak, kata dia, biasanya ia sudah menyelesaikan pesanan-pesanan tersebut.

"Saya baru mau bikin pesanan itu. Sekarang habis semua, bahan-bahan makanan berkilo-kilo (kilogram) itu habis semua," ungkap Nurhayati.

Ia menyebutkan, setidaknya ia harus merelakan harta bendanya yang ditaksir senilai Rp 15 juta.

"Sedih rasanya, tapi bersyukur karena masih dikasih selamat, anak dan kekuarga sehat," kata Nurhayati sembari melangkah ke luar rumah.

Selayaknya doa yang tak putus ia panjatkan, ia percaya, Tuhan akan membawa keluarga ke jalan terbaik setelah musibah ini.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/03/26/13111981/ketika-panci-penyok-jadi-harta-karun-di-tengah-puing-kebakaran-rumah-di

Terkini Lainnya

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Megapolitan
Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Megapolitan
Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke