Salin Artikel

M Taufik: Prabowo Kalah Pilpres di 21 Provinsi, Masa Saya Doang yang Dipecat?

JAKARTA, KOMPAS.com - Politikus senior Mohammad Taufik mempertanyakan alasan pemecatan dirinya dari Partai Gerindra.

Ia menilai alasan yang disampaikan oleh Mahkamah Kehormatan Partai terkesan mengada-ada.

Salah satu alasan Taufik dipecat lantaran dinilai gagal memenangkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di DKI Jakarta dalam Pemilihan Presiden 2019 kemarin.

Saat pilpres 2019 berlangsung, Taufik masih menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) DKI Jakarta. 

Namun Taufik menilai alasan itu tak masuk akal lantaran Pilpres 2019 berskala nasional dan Prabowo tak hanya kalah di DKI Jakarta.

"Saya minta maaf kalau apa yang saya lakukan tidak sesuai dengan ekspektasi kawan itu (gagal memenangkan Prabowo). Masa karena Pilpres kalah, cuma saya doang (yang dipecat)?," ujarnya dilansir dari Tribun Jakarta, Rabu (8/6/2022).

Sebagai informasi, Prabowo yang saat Pilpres 2019 berpasangan dengan Sandiaga Uno hanya menang di 13 provinsi, yakni Bengkulu, Kalimantan Selatan, Maluku Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Sumatera Barat, Banten, Aceh, NTB, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Riau.

Sementara itu, lawannya yakni Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul di 21 provinsi yakni Gorontalo, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Bali, Sulawesi Barat, Yogyakarta, Kalimantan Timur, Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, NTT, Jawa Tengah, Kepulauan Riau, Papua Barat, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Maluku dan Papua.

"Mesti rasional dong. Masa karena Pilpres kalah, terus cuma saya doang (yang dipecat)," sambung Taufik.

Gerindra juga menyebut alasan pemecatan itu karena Taufik dianggap tak loyal.

Lagi-lagi, Taufik pun mempertanyakan alasan ini dan menyebutnya terlalu mengada-ada.

"Makanya mesti ditanya ke mereka ukuran loyalitas itu apa. Baru sekarang saya tahu, saya tadi lagi santai aja, tiba-tiba ada berita dipecat," ujarnya.

Taufik menegaskan ia selalu loyal sejak bergabung bersama Gerindra pada 2008 lalu.

Ia pun sempat menjabat sebagai Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta.

Di bawah kepemimpinan Taufik, kursi Gerindra di DPRD DKI Jakarta meroket dari awalnya hanya 6 kursi di 2009 meningkat jadi 16 kursi di 2014.

Pada pemilu 2019, perolehan suara Gerindra di DPRD DKI pun meningkat lagi menjadi 19 kursi.

Tak hanya itu, Taufik juga menjadi aktor di balik kesuksesan duet Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok pada Pilkada DKI 2012 lalu.

Kemudian, pada Pilkada 2017 lalu Taufik juga berhasil mengantarkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menuju kursi DKI satu.

"Kalau itu masih belum juga dianggap sempurna, ya memang kesempurnaan bukan milik manusia," kata dia.

Terakhir, Taufik juga dipecat lantaran dianggap tak bisa menyediakan kantor tetap bagi DPD Gerindra DKI. Ia lagi-lagi menilai alasan pemecatan itu tak masuk akal.

Sebab, target utama suatu partai adalah perolehan suara dan kursi, bukan kantor tetap. 

"Ini bukan soal enggak adil, ini berarti mengada-ada argumennya. Partai targetnya apa? Kan targetnya kursi di DPRD, targetnya kekuasaan. Gubernur dua kali juga menanti, Wagub juga dapat," kata dia.

Karena Dukung Anies?

Sebelum dipecat dari keanggotaan partai, Taufik lebih dulu dicopot dari jabatan Ketua DPD Gerindra DKI dan juga Wakil Ketua DPRD DKI. 

Taufik pun pernah menyampaikan kecurigaan bahwa pencopotannya itu dikarenakan dukungannya kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam pemilihan presiden 2024. 

Di sisi lain, Partai Gerindra masih ingin mendukung Prabowo untuk maju kembali pada pilpres mendatang. 

Sikap politik Taufik yang bertentangan dengan partai itu pernah disampaikannya secara terbuka saat menghadiri acara pelantikan Ketua Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Februari 2022.

Taufik dalam pidatonya sempat menyatakan mendoakan supaya Anies Baswedan bisa menjadi presiden.

"Itu dia presiden," kata Taufik sambil menunjuk ke arah Anies yang turut hadir dalam acara tersebut.

"Boleh kita doakan presiden ke depan datangnya dari KAHMI," sambung Taufik.

Setelah peristiwa itu, posisi Taufik di Gerindra terus digoyang.

Taufik pun sempat menyampaikan niatan untuk pindah ke partai lain karena ia merasa tidak nyaman terhadap beberapa orang di partai Gerindra.

"Di sudut lain ada sikap yang buat saya enggak nyaman. Kalau saya duduk terus di situ sayanya enggak nyaman sayanya enggak produktif. Sayang dong. Ngapain. Jadi beban malah nanti," kata Taufik dikutip dari acara Gaspol! yang disiarkan di YouTube Kompas.com, Selasa (31/5/2022).

Setelah keluar dari Gerindra, Taufik berencana untuk pindah ke partai yang dinilai memiliki aliran nasionalis, seperti Partai Nasdem.

Salah satu alasannya karena Nasdem memiliki arah untuk mendukung Anies maju pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang.

"Kebetulan saya melihatnya dekat nih untuk di 2024 ke Anies. Ini agak sejalan dengan pikiran saya. Saya tadi mendoakan Anies," ujarnya.

Namun sebelum resmi hengkang dari Gerindra, M Taufik lebih dulu dipecat dari keanggotaan partai berdasarkan.

Pemecatan itu berdasarkan hasil sidang Mahkamah Kehormatan Partai (MKP) Gerindra, Selasa (7/6/2022).

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul "Dinilai Gerindra Tak Loyal hingga Ada Kasus Korupsi, M Taufik: Argumennya Mengada-ada"

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/06/08/08492161/m-taufik-prabowo-kalah-pilpres-di-21-provinsi-masa-saya-doang-yang

Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

Megapolitan
Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Megapolitan
Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Megapolitan
Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke