JAKARTA, KOMPAS.com - Kampung yang berkonsep rumah susun (rusun) bernama Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung di Jalan Kavling DPR, Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur, diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Kamis (25/8/2022).
Rusun itu diperuntukkan bagi warga Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, yang rumahnya digusur karena proyek normalisasi Kali Ciliwung pada 2016 lalu.
"Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung, pada hari ini, Kamis, 25 Agustus 2022, secara resmi dinyatakan digunakan," kata Anies, dalam sambutannya ketika meresmikan kampung susun tersebut, Kamis kemarin.
"Kami tidak kebanjiran lagi..."
Perwakilan eks warga Bukit Duri, Hadi Santoso (45), bersyukur bisa menempati hunian yang layak itu.
"Kami berjuang sejak 2016 ya. Ini tahun 2022 ya, akhirnya terlaksana mimpi kami," ujar Hadi saat berbincang dengan Anies.
Anies lantas bertanya rumah milik Hadi di Bukit Duri yang tergusur.
"Waktu itu ukuran rumahnya berapa?" tanya Anies kepada Hadi.
"Ukuran rumahnya waktu itu 5×10 meter. Kemudian kena normalisasi. Terus kami ngontrak di Bukit Duri juga. Sekarang sudah di sini," jawab Hadi.
"Bagaimana rasanya (sekarang)?" tanya Anies lagi.
"Bagus, sangat puas. Kami bahagia, tidak terkena banjir lagi. (Hunian) yang sangat layak untuk kami," kata Hadi.
Anies mengatakan, Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung berbeda dengan rusun pada umumnya. Sebab, ada mezzanine di dalam hunian tersebut.
"Ini mezzanine-nya, jadi tempat istirahat di atas. Ruang produktif di bawah," ujar Anies saat meninjau salah satu hunian.
Selain itu, bangunan hunian itu lebih tinggi dibanding rusun pada umumnya.
"Biasanya ukuran 36 meter persegi, tetapi tingginya tidak dimasukkan. Sekarang tingginya harus ada," kata Anies.
"Jadi konsep rumah 6x6 meter persegi itu sudah harus diganti 6×6 meter, tingginya 4,5 meter. Jadi 6x6x5. Ini jendelanya juga banyak," ujar dia.
Dalam hunian itu, terdapat satu ruang bersama, satu kamar mandi, satu ruang tamu, satu kamar tidur, serta mezzanine yang bisa digunakan untuk beristirahat. Ukuran ruangan 6x6 meter.
Akan ditempati 71 keluarga
Sebanyak 71 keluarga eks gusuran Bukit Duri akan menempati kampung susun tersebut.
Tokoh masyarakat Sandyawan Sumardi mengatakan, ada 75 unit yang tersedia. Namun, yang akan ditempati hanya 71 unit.
"Nanti yang tinggal di sini 71 keluarga. Unitnya 75, yang tiga unit itu dijadikan satu, dijadikan sanggar. Yang satu ruang koperasi," ujar Sandyawan saat ditemui di lokasi.
Sementara itu, Hadi Santoso mengatakan bahwa per keluarga untuk sementara waktu hanya dikenakan iuran kebersihan dan keamanan.
"Nanti bayar ke bendahara. Yang pasti untuk keamanan dan kebersihan itu tidak sampai Rp 200.000. Untuk sementara itu saja," kata Hadi.
Selain itu, Hadi mengatakan bahwa warga eks Bukit Duri akan menandatangani kesepakatan tinggal di rusun untuk lima tahun pertama.
"Awalnya untuk lima tahun. Terus nanti diperpanjang. Kami juga belum tahu detailnya," kata Hadi.
Monumen patung kucing berdiri di depan bangunan kampung susun tersebut.
Di bagian bawah monumen itu tertulis "Monumen Kemanusiaan: 28 September 2016 di Kawasan Bukit Duri, seekor kucing bernama Libi menyaksikan betapa manusia menggusur tanah dan gubuk milik sesama manusia secara sempurna melanggar hukum, hak asasi manusia, agenda Pembangunan Berkelanjutan, UUD 1945 serta sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab".
Sandyawan Sumardi menjelaskan makna di balik monumen itu. Ia mengatakan, monumen tersebut dibangun untuk mengenang momen penggusuran di Bukit Duri.
"Patung kucing ini gagasan, karena waktu pas penggusuran, saya melihat di atas sanggar Ciliwung yang dihancurkan itu, ada satu ekor kucing bernama Libi milik anak-anak sanggar," ujar Sandyawan.
Kucing itu, berdasarkan penuturan Sandyawan, melompat-lompat dalam 'terkaman' backhoe yang menghancurkan pucuk dari sanggar tersebut.
"Di antara debu-debu kucing itu terlempar. Kami menduga, kucing itu akan segera mati," kata Sandyawan.
Namun, keesokan harinya, anak-anak sanggar melaporkan bahwa kucing itu sedang duduk di lokasi sanggar yang sudah hancur.
"Dan yang terjadi adalah, setiap pukul 15.00 WIB, kucing itu selalu tidur di lokasi atau reruntuhan itu," ujar Sandyawan melanjutkan ceritanya.
Alhasil, Libi dijadikan simbol perjuangan warga Bukit Duri yang tergusur akibat dalih pembangunan.
"Ini kami jadikan simbol perjuangan, kesetiaan, dan persistensi warga yang rindu sekali akan tempat tinggal yang manusiawi, yang penuh gotong royong," kata Sandyawan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/08/26/06040411/kampung-susun-cakung-rumah-baru-warga-yang-digusur-dan-sosok-libi-sebagai