Menurut salah satu siswa, Iqbal (13), sore itu tiba-tiba banjir datang dengan cepat. Air yang tumpah seperti banjir bah itu datang dari sisi belakang sekolah.
Dalam waktu singkat, air telah menyapu para siswa yang berada di lapangan.
"Saya lagi cuci muka, ada suara roboh. Saya bingung, pas saya menengok, anak-anak enggak ada, pada kebawa arus air yang datang dari belakang panggung," kata Iqbal di rumah duka salah satu korban di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (7/10/2022).
Para siswa kemudian diinstruksikan naik ke lantai dua bangunan sekolah.
Saat itulah, Iqbal menyadari bahwa derasnya air juga merobohkan tembok panggung di halaman sekolah. Tembok tersebut menimpa sejumlah teman-temannya yang sedang bermain di sana.
Menyadari temannya kesakitan, Iqbal dan beberapa guru serta siswa lain langsung menghampiri panggung untuk menyelamatkan siswa yang tertimpa tembok.
Menurut Iqbal, untuk mencapai panggung, mereka harus melawan derasnya air yang masih terus tumpah dari luar sekolah.
Mereka juga harus pandai berpijak dan menghindari puing-puing tembok dan kayu yang terbawa arus banjir.
"Semuanya ngelawan arus air. Saya juga harus narik-narikin mereka supaya bisa sampai panggung. Mereka pada kebawa arus, pada berpegangan. Buat naik ke panggung saja susah. Saya juga takut terjatuh ke arus," kenang Iqbal.
Saat tengah berusaha mengangkat puing yang menimpa teman-temannya, Iqbal terpaksa menyelamatkan diri lantaran air semakin tinggi hingga mencapai permukaan panggung.
Alwi, salah satu guru, menceritakan saat itu air tumpah seperti tanggul jebol, langsung mendobrak pintu ruang guru dari sisi belakang.
"Tiba-tiba pintu sisi belakang ruangan itu jebol oleh air. Air datang besar dan tiba-tiba seperti air bah, kayak waduk jebol," kata Alwi di Jagakarsa, Jumat.
Alwi menyebutkan, perabotan hingga peralatan di ruangan seketika mengambang dan berputar. Banjir yang sebelumnya hanya setinggi lutut, naik drastis mencapai pinggangnya.
"Banjir yang tadinya selutut, dalam waktu sekejap sudah sepinggang kami. Saat itu di dalam ada sekitar 8-9 orang guru. Kami terjebak di dalam karena semua pintu yang dari kaca itu tidak bisa terbuka," ungkap Alwi.
Menyadari mereka terjebak tanpa bisa membuka pintu, Alwi pun memecahkan jendela yang terbuat dari kaca.
"Lalu saya pikir, kalau begini terus bisa tenggelam karena air deras masuk ke dalam. Lalu saya pecahin kaca, alhamdulillah keluar, lalu kami menyelamatkan diri ke tempat tinggi," ungkap Alwi.
Diberitakan sebelumnya, tembok MTsN 19 di Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, roboh pada saat hujan deras melanda sebagian besar wilayah Ibu Kota, Kamis (6/10/2022) sore.
Tembok yang menjadi pembatas antara area sekolah dengan permukiman warga itu roboh akibat banjir yang menggenangi kawasan tersebut.
Tembok yang terdorong arus banjir menimpa sejumlah anak yang sedang bermain hujan di baliknya. Tiga siswa tewas di tempat kejadian.
Ketiganya bernama Dicka Safa Ghifari (13), Muh. Adnan Efendi (13), dan Dendis Al Latif (13).
Sementara itu, tiga orang mengalami luka-luka, yakni bernama Adisya Daffa Alluti (13) dan Nabila Ika Fatimah (15), dan Nirjirah Desnauli (14).
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/10/08/05300051/kesaksian-siswa-melihat-kengerian-banjir-menjebol-tembok-mtsn-19-teman