JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah warga di Jalan Masjid Al Makmur, Kelurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, tampak sibuk di depan rumah, Senin (10/10/2022) pagi.
Satu warga dan lainnya memegang perkakas mulai dari ember, pengki, hingga sapu lidi. Mereka membersihkan rumah dari lumpur dan sampah setelah direndam banjir.
Tampak sejumlah personel gabungan mulai dari petugas pemadam kebakaran, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU).
"Iya habis bersih-bersih rumah. Sudah selesai istirahat dulu," kata Vani, salah satu warga sekitar saat berbincang dengan tetangga, Senin.
Saat itu, Kompas.com mencoba mendekati Vani. Dia menceritakan kronologi banjir yang terjadi di dua RT berbeda yakni RT 005 RW 08 dan RT 17 RW 07.
Ketinggian air banjir saat itu mencapai 40 sentimeter hingga 3 meter. Tanpa tanda-tanda dengan turun hujan deras, air seketika meluap pada Senin sekitar pukul 02.00 WIB.
"Pukul 02.30 WIB saya ke kontrakan. Itu air sudah setinggi dada saya, sampai mau mendekat lagi ke kontrakan sudah tidak berani," sambung Vani.
Air itu meluap dari sisi tepi kiri Kali Ciliwung yang jaraknya beberapa meter dengan permukiman warga.
Tampak tidak ada dinding atau turab yang membatasi antara Kali Ciliwung dan permukiman warga.
Terlihat hanya dinding bangunan belakang rumah warga yang hanya menjadi pembatas antara Kali Ciliwung dan permukiman warga.
"Itu Kali Ciliwung. Memang lokasi kali dekat banget sama sini (perumahan warga)," kata Vani.
Tetap bekerja meski tahu banjir akan datang
Sebelum banjir 300 sentimeter merendam permukiman, sejumlah warga telah mendapat peringatan oleh ketua RT.
Warga diminta antisipasi untuk mengangkut barang berharga karena situasi bendungan Katulampa, Bogor, Jawa Barat telah siaga satu.
"Cuma kasur yang saya bawa ke atas. Habis itu saya dagang sayur. Kalau saya jam 12 malam kan dagang sayur, selesai jam 6 pagi," ucap Vani.
Menurut Vani, ini merupakan banjir kesekian kali sejak dua bulan terkahir tepatnya sejak pertengahan Agustus 2022.
Sepanjang dua bulan terakhir, banjir terparah terjadi pada Senin dini hari ini. Kenaikan air pada banjir hari Senin ini disebut begitu cepat hingga masuk ke dalam permukiman warga.
"Kalau sebelum-sebelumnya tidak parah. Cuma baru hari ini yang parah, di dalam rumah saja sudah tinggi, gimana di depan rumah," kata Vani.
Kesibukan warga untuk membersihkan rumah bukan saja dialami oleh Vani, tapi juga pemilik tempat tinggal lain di Jalan Masjid Al Makmur.
Tak tahu program penanganan banjir
Warga lain itu ditemui saat membersihkan pelataran rumah bersama personel pemadam kebakaran.
Pria yang menggunakan kaos Partai Nasional Demokrat (Nasdem) menyebut bahwa banjir merupakan yang kesekian.
"Sudah bolak balik ini. Iya (kesekian kali). Kalau besarnya kesekian kali ini" kata seorang warga tersebut.
Namun ia mengaku tak mengetahui mengenai program yang sudah dilakukan pemerintah baik pengerukan lumpur hingga sumur resapan sebagai penanganan banjir.
"Tidak tahu saya bang itu," kata pria tersebut seiring berjalan cepat.
Tak jauh dari tempat pria tersebut, terdapat warga yang bernama Muhammad Yakub yang sedang istirahat selesai membersihkan rumah dari lumpur dan sampah.
Ia mengungkapkan bahwa lima tahun terakhir ini belum ada sentuhan program pemerintah sebagai penanganan banjir yang terjadi di lokasi puluhan tahun.
"Sudah sering dari tahun 1996 di sini banjir. Dulu ada (program pemerintah buat mengatasi banjir) pas jaman Gubernur Ahok. Pas jaman Anies tidak ada," kata Yakub.
Yakub berharap meski banjir diyakini tak dapat diselesaikan sepenuhnya, namun program pemerintah diharapkan dapat mengurangi ketinggian air saat banjir.
"Banjir si banjir udah pasti, karena memang dari dulu sudah banjir. Tapi paling (Kali Ciliwung) dikeruk aja biar tidak makin parah banjirnya," ucap Yakub.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/10/10/16580721/ketika-warga-sudah-bersahabat-dengan-banjir-tetap-dagang-sayur-meski-tahu