JAKARTA, KOMPAS.com - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sawah Besar meneliti obat parasetamol sirup yang diduga menyebabkan balita asal Sawah Besar, Jakarta Pusat, meninggal dunia akibat gangguan ginjal akut misterius.
Direktur RSUD Sawah Besar Herni Lestyaningsih belum dapat memastikan sepenuhnya apakah balita bernama Muhammad Khalid (4) meninggal dunia akibat mengidap gangguan ginjal akut misterius setelah mengonsumsi obat parasetamol yang diberikan oleh Puskesmas Mangga Besar.
"Kami koordinasi dengan puskesmas, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, terkait obat yang dikonsumsi anak Khalid ini sedang dalam pemeriksaan dan sampai saat ini belum keluar (hasilnya)," ujar Herni saat dikonfirmasi, Rabu (26/10/2022).
Herni mengatakan terdapat infeksi pada ginjal Khalid.
Sebab, saat diperiksa oleh dokter di RSUD Sawah Besar, Khalid sudah susah untuk buang air kecil dan kreatinin tinggi.
"Sebenarnya pasien ini memang ada tanda-tanda ke arah sana (gangguan ginjal akut misterius) karena datang sudah dengan keadaan susah berkemih, fungsi ginjalnya juga tinggi," ungkap dia.
Adapun, Khalid menghembuskan nafas terakhirnya pada Selasa (18/10/2022), diduga akibat mengidap gangguan ginjal akut misterius.
Amir Hamzah, ayah dari Khalid menjelaskan, mulanya putra keempatnya itu mengalami demam tinggi yang tak kunjung mereda pada 14 Oktober 2022.
Khawatir putra bungsunya belum lekas membaik, lantas Amir membawa Khalid ke Puskemas Mangga Besar untuk mendapatkan perawatan oleh dokter.
"Di sana diperiksa sama dokter dan suhunya sangat tinggi 39 derajat celsius, lalu dikasih obat mendapatkan resep. Obatnya parasetamol sebanyak dua botol," ujar Amir saat ditemui di kediamannya, Rabu.
Dokter menganjurkan kepada Amir untuk datang kembali ke puskesmas jika selama tiga hari demam Khalid belum juga turun.
Akhirnya Amir membawa putranya ke puskesmas pada tanggal 16 Oktober 2022. Hasil pemeriksaan lab di sana, tidak ditemukan masalah apapun pada tubuh Khalid.
"Dokter bilang cuma ada kenaikan leukositnya sedikit, lalu dikasih obat lagi antibiotik (saat) pulang," ucap Amir.
Keesokan harinya, tanggal 17 Oktober 2022, sebelum minum obat di pagi hari, Khalid sempat diberikan sarapan bubur.
Amir juga memberikan obat parasetamol yang telah diresepkan dokter di puskesmas.
"Enggak lama minum obat itu, anak saya sesak nafas terus berkelanjutan sampai siang hari. Habis itu saya tidak kasih lagi (obat parasetamol) dan sebelum waktu (shalat) Ashar anak saya tidur sepemikiran saya," kata Amir.
Setelah dirasa cukup tenang karena Khalid tertidur, sore menjelang malam, Amir memutuskan membawa putranya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sawah Besar untuk diperiksa kembali oleh dokter.
Namun nahas, saat diperiksa, dokter menjelaskan kepada Amir bahwa anaknya tersebut sudah dalam keadaan koma.
"Saya bilang 'saya tidak tahu dok, saya pikir anak saya tidur' saya kan nggak tahu apa-apa," ucap dia.
Dengan sigap, dokter di RSUD Sawah Besar langsung memberikan tindakan pertama dengan diberikan infus.
"Dokter bilang 'anak bapak ini kondisinya sudah paling buruk dan kemungkinan besarnya bisa meninggal'," ucap Amir.
"Ini harus dirujuk ke ruang ICU anak, dan ruang ICU anak (di RSUD Sawah Besar) itu penuh jadi saya harus menunggu mendapatkan kamar ruang ICU anak itu," sambung dia.
Belum sempat ditangani di ICU, Khalid dinyatakan meninggal dunia oleh dokter sekitar pukul 01.30 WIB.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/10/26/20114981/rsud-sawah-besar-periksa-obat-yang-dikonsumsi-balita-hingga-meninggal