DEPOK, KOMPAS.com - Sejumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Kota Depok menjadi sorotan beberapa waktu terakhir.
Bahkan, ada kekerasan yang sampai menghilangkan nyawa seorang anak.
Kompas.com merangkum kasus KDRT yang terjadi di wilayah Kota Depok sebagai berikut:
1. Ayah bantai Istri dan anak di Jatijajar
Seorang pria bernaman Rizky Noviyandi Achmad (31) tega membantai anggota keluarganya di kediamannya, RT 003 RW 008 Kelurahan Jatijajar, Kecamatan Tapos, Depok pada Selasa (1/11/2022).
Akibatnya, seorang anak perempuan meninggal dan istrinya mengalami luka-luka yang cukup serius.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Depok, AKBP Yogen Heroes Baruno mengatakan berdasarkan keterangan saksi, pembunuhan itu diawali pertikaian.
Saat saksi yang tinggal di rumah itu menelusuri sumber suara, dia melihat pelaku tengah menyerang anak dan istrinya secara membabi buta menggunakan parang.
"Awalnya saksi yang ada di lantai dua rumah ini mendengar suara teriakan dari korban, kemudian saksi turun ke bawah menolong korban. Namun, karena pelaku saat itu sedang membabi buta, jadi saksi tidak berani turun," ujar Yogen.
Saksi baru menolong korban usai pelaku sudah tak berada di dalam rumah. Korban dibawa ke rumah sakit.
Berdasarkan pemeriksaan terbaru, Rizky mengaku kesal karena istrinya yang berinisial NI (31) menanyakan masalah utang di bank pada Selasa (1/11/2022) sekitar pukul 02.00 WIB.
Rizky dan NI kemudian cekcok. Pelaku dan istrinya memang sering cekcok karena pelaku sering pulang pagi. Sang istri juga meminta cerai.
Setelah cekcok itu, pelaku keluar mencari makan dan melaksanakan shalat subuh di masjid.
Sepulang dari masjid, pelaku melihat istrinya sedang mengemas barang-barang untuk bergegas pergi ke rumah pamannya.
"Selesai shalat subuh (pelaku) kembali ke rumah dan melihat istrinya sedang berkemas dan anaknya sudah rapi menggunakan seragam sekolah," ujar Yogen.
Amarah pelaku kemudian memuncak. Dia mengambil senjata tajam lalu membacok istri dan anak sulungnya.
Anak sulungnya, KPC (11), mengalami luka bacokan di sekujur tubuh dan meninggal karena kehabisan darah, sedangkan istrinya kritis.
2. Pedagang yoghurt ditusuk suami di Sawangan
Empat hari kemudian atau tepatnya pada Jumat (4/11/2022), kasus KDRT kembali terjadi di kawasan Bedahan, Sawangan, Depok kembali terjadi.
Kali ini, korbannya seorang wanita berinisial DY (27) yang saat itu tengah berjualan yoghurt, ditabrak dan ditusuk oleh suaminya, F (29) di Jalan Saenan, Bedahan, Sawangan, Depok.
DY menduga tindakan KDRT yang dilakukan oleh suaminya dipicu karena masalah pengasuhan anak mereka yang berusia 4 tahun.
"Dia ngebahas anak saya, 'Gua enggak terima ya lu ambil anak gua, lu sudah hancurin hidup gua'," ujar DY menirukan pernyataan pelaku.
Sebagai informasi, korban dan pelaku sudah pisah ranjang sejak Januari 2022. Sang anak mulanya diasuh secara bergantian, lalu diasuh pelaku selama empat bulan, dan kini diasuh oleh korban.
Sebelum menyinggung masalah anak, pelaku terlebih dahulu menabrak DY dari arah berlawanan di Jalan Saenan.
Akibatnya, DY mengalami luka lecet di bagian tangan dan kakinya lantaran terjatuh dari motornya.
"Saya sudah berdarah di sini (jari tangan), bekas jatuh kaki luka semuanya," ujar dia.
Tak lama kemudian, DY meminta pertolongan warga di lokasi kejadian. Namun, F langsung mengecoh warga yang hendak menolong DY.
Kepada warga, F menyebut DY merupakan istrinya dan akan mengantarnya ke dokter untuk berobat.
"Diberhentikan orang yang mau nolong, tapi sama dia (pelaku) dibilang, 'Enggak kenapa-kenapa bang, saya suaminya. Saya yang bawa dia ke dokter, saya yang ngajak dia berobat,'" ujar DY.
Dalam situasi tersebut, DY mengaku hendak melarikan diri dari perangkap suaminya lantaran tak ada warga yang menolong. Terlebih, dia mengalami luka lecet setelah ditabrak F.
"Saking enggak ada yang nolongin, saya takut sama dia, saya sudah panik. Pikiran saya mau pulang, kabur naik di motor. Enggak lama, saya belum nyalain (motor), langsung ditusuk," ujar dia.
3. Suami tonjok istri di depan anak di Cinere
Kemudian pada Sabtu (5/11/2022), suami berinisial MS menonj terhadap istrinya berinisial S terjadi di Jalan Pangkalan Jati, Cinere, Depok, pada Sabtu (5/11/2022).
Aksi KDRT itu sempat menghebohkan warga lantaran dilakukan di muka umum. Bahkan, warga sempat mengabadikan aksi kekerasan melalui ponselnya, lalu videonya viral di media sosial.
Dalam rekaman video itu memperlihatkan seorang pria, beberapa kali menonjok seorang wanita di depan anak kecil yany merupakan anak mereka.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Depok, AKBP Yogen Heroes Baruno mengatakan, MS emosi dan tak dapat mengontrol dirinya saat sang istri menolak untuk menyelesaikan masalah utang mereka.
Saat itu, pelaku awalnya mengajak korban bertemu untuk membahas masalah utang yang harus dibayarkan di salah satu bank.
Namun, korban enggan menuruti kemauan pelaku sehingga terjadi percekcokan di jalan tersebut.
"(Korban) dijemput di kosan, pelaku berbicara masalah utang dan mengajak makan dulu kepada korban tapi korban tidak berkenan karena utamanya untuk membahas masalah utang yang harus segera dibayar," kata Yogen saat konferensi pers di Mapolrestro Depok, Senin (7/11/2022).
Dalam percekcokan itu, kemudian pelaku membanting motornya dan langsung menonjok wajah korban sebanyak tiga kali.
Sang istri yang sedang menggandeng anaknya pun terdorong mundur ke tembok. Sedangkan sang anak menangis histeris.
"Pelaku kemudian membanting motor di jalan tersebut, lalu menurunkan korban dan anaknya, karena memang masih emosi pelaku melakukan pemukulan tiga kali ke arah wajah korban," ujar Yogen.
MS pun telah ditangkap dan ditahan Kepolisian Sektor Cinere pada Minggu (6/11/2022).
Penjelasan kriminolog
Kriminolog Unversitas Budi Luhur Lucky Nurhadiyanto mengatakan, secara umum, tindakan KDRT dapat diuraikan dalam dua aspek, yakni masalah internal containment yang terkikis dan external containment.
Menurut Lucky, masalah internal containment yang terkikis dimaksudkan karena rendahnya kontrol diri, bersikap implusif, dan adanya asumsi relasi pernikahan yang bersifat transaksional.
Hal itu menyebabkan seorang pelaku kerap kali melakukan kekerasan lantaran tak dapat berpikir panjang.
"Sehingga pelaku sering kali ringan tangan dan berpikir pendek saat melakukan aksi kekerasan terhadap pasangannya," kata Lucky saat dihubungi, Selasa (9/11/2022) malam.
Kemudian, dikatakan Lucky, aspek external containment artinya melemahnya batasan sosial berupa tekanan pekerjaan, subkultur budaya patriarki atau disfungsi peran anggota keluarga.
Hal itu menimbulkan tindakan KDRT terhadap anggota keluarga, bahkan pelaku bisa melampiaskan kepada anaknya.
"Muaranya seringkali, perempuan dan dalam beberapa kasus bahkan anak menjadi 'target' pelampiasan karena dipandang lemah, tidak memberikan perlawanan hingga ketidakmampuan untuk membela diri," ujar dia.
Berkaca dalam tiga kasus KDRT tersebut, Lucky menilai para pelaku KDRT itu memiliki tekanan di pekerjaan, kejenuhan rutunitas dan pencapaian target ekonomi lantaran memiliki keterbatasan.
Sebab, kondisi masyarakat baru pulih dari pandemi Covid-19 sehingga aspek kompetisi di bidang ekonomi jadi meningkat. Namun, peluang atau kesempatannya cenderung menyempit.
"Di sisi lain pelaku tidak memiliki keleluasaan untuk menunjukkan eksistensi power-nya di lingkungan pekerjaan, akhirnya seringkali anggota keluarga yang menjadi pelampiasan," imbuh dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/11/09/09493741/dalam-sepekan-3-kasus-kdrt-di-depok-jadi-sorotan-bukti-lemahnya-kontrol