Salin Artikel

Warga Jakarta Ogah Naik Angkot Konvensional, Dianggap Tak Aman dan Harganya "Nembak"

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian warga Jakarta cenderung tidak memilih angkutan kota atau angkot konvensional untuk bepergian sehari-hari.

Ada beragam alasan yang membuat sebagian warga enggan naik angkot, mulai dari dianggap tidak aman dan nyaman, hingga soal kelakuan sopirnya yang kerap mematok harga tinggi.

Fadhila (17), siswi SMA yang sedang menunggu angkot di samping pasar Palmerah, Jakarta Barat, pada Selasa (8/11/2022) mengatakan, ia selalu memilih angkot JakLingko untuk berangkat dan pulang sekolah.

Angkot Jaklingko adalah angkot yang dioperasikan oleh Pemprov DKI Jakarta.

Meski harus menunggu cukup lama, ia tetap memilih angkot JakLingko sebagai tumpangannya.

Ia menilai angkot JakLingko lebih bersih dan nyaman dibandingkan angkot konvensional.

Selain itu, ia pernah punya pengalaman menjadi korban kejahatan ketika dulu naik angkot konvensional sehingga kapok.

"(Angkot) JakLingko lebih aman. Aku rasa karena ada CCTV (kamera pengawas) yang mengawasi seisi angkot, jadi orang tidak bisa berbuat jahat," ujarnya, dilansir dari Kompas.id.

Karena itu, Fadhila pun rela menunggu angkot berkode Jak 14 dengan rute Tanah Abang-Meruya selama 40 menit.

Padahal, selama menunggu itu, ada 16 angkot konvensional M11 yang melayani rute yang sama melintas.

Hal sama juga dilakukan karyawati bernama Idha (27).

Dia selalu menunggu angkot JakLinko berkode Jak11 dengan rute Tanah Abang-Kebayoran Lama di halte JakLingko dekat stasiun Tanah Abang.

Ia bisa menunggu 30 menit hingga satu jam untuk mendapatkan kesempatan naik angkot Jak11.

Padahal, angkot konvensional dengan rute yang sama (berkode M09) selalu kosong.

Tetapi, Idha tetap memilih angkot JakLingko dengan alasan memiliki tarif yang lebih pasti dibandingkan dengan angkot konvensional.

Tarif angkot JakLingko di semua rute saat ini masih gratis.

Sedangkan, tarif angkot konvensional per rute rata-rata Rp 6.000 hingga Rp 10.000. Padahal, anjuran dari Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ), tarif angkot konvensional adalah Rp 6.000.

"Pernah saya naik angkot biasa (M09) tapi turun di daerah Grogol Utara, dimintai Rp 10.000. Padahal, itu cuma dekat, tetap saja dimintai harga penuh. Kalau JakLingko, mau saya naik bolak-balik, rute mana pun, tetap gratis. Makanya, saya akan naik angkot biasa kalau kepepet saja," ujar Idha.

Pendapatan sopir angkot menurun

Banyaknya warga yang enggan menaiki angkot konvensional membuat pendapatan sopir angkot terus menurun. 

Sarjad, sopir angkot 03A jurusan Roxy-Karet, mengakui bahwa pendapatannya menurun akhir-akhir ini. 

Penurunan omzet ia rasakan usai pemerintah menaikkan harga BBM, yang berujung pada naiknya tarif angkot.

Seharian menyetir angkot keliling Ibu Kota, uang yang didapat Sarjad tak seberapa.

"Kemarin kalau enggak salah dapat Rp 28.000 (pendapatan bersih), imbas penumpang pada naik ojek online," kata Sarjad saat ditemui di kawasan Roxy, Selasa (25/10/2022).

Sarjad sendiri merupakan sopir angkot tembak sehingga ia harus menyetorkan uang sebesar Rp 150.000 per hari kepada pemilik angkot.

Namun, dalam mencari rezeki tak selalu berjalan mulus.

Terkadang pendapatan Sarjad tak memenuhi target untuk setoran ke pemilik angkot sehingga ia rela menunda untuk makan siang agar memenuhi tanggung jawabnya sebagai sopir tembak.

"(Kalau belum Rp 150.000) saya sering enggak kesedia buat makan siang," katanya.

Sebagian berita ini telah tayang di Kompas.id dengan judul "Sebagian Warga Enggan Gunakan Angkot Konvensional"

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/11/09/16171851/warga-jakarta-ogah-naik-angkot-konvensional-dianggap-tak-aman-dan

Terkini Lainnya

NIK KTP Bakal Dijadikan Nomor SIM Mulai 2025, Korlantas Polri: Agar Jadi Satu Data dan Memudahkan

NIK KTP Bakal Dijadikan Nomor SIM Mulai 2025, Korlantas Polri: Agar Jadi Satu Data dan Memudahkan

Megapolitan
8 Tempat Makan dengan Playground di Jakarta

8 Tempat Makan dengan Playground di Jakarta

Megapolitan
Pegi Bantah Jadi Otak Pembunuhan, Kuasa Hukum Keluarga Vina: Itu Hak Dia untuk Berbicara

Pegi Bantah Jadi Otak Pembunuhan, Kuasa Hukum Keluarga Vina: Itu Hak Dia untuk Berbicara

Megapolitan
Polisi Tangkap Pria Paruh Baya Pemerkosa Anak Disabilitas di Kemayoran

Polisi Tangkap Pria Paruh Baya Pemerkosa Anak Disabilitas di Kemayoran

Megapolitan
Pengamat: Jika Ahok Diperintahkan PDI-P Maju Pilkada Sumut, Suka Tak Suka Harus Nurut

Pengamat: Jika Ahok Diperintahkan PDI-P Maju Pilkada Sumut, Suka Tak Suka Harus Nurut

Megapolitan
Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Dalam Toren Air di Pondok Aren

Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Dalam Toren Air di Pondok Aren

Megapolitan
Polisi Dalami Keterlibatan Caleg PKS yang Bisnis Sabu di Aceh dengan Fredy Pratama

Polisi Dalami Keterlibatan Caleg PKS yang Bisnis Sabu di Aceh dengan Fredy Pratama

Megapolitan
Temui Komnas HAM, Kuasa Hukum Sebut Keluarga Vina Trauma Berat

Temui Komnas HAM, Kuasa Hukum Sebut Keluarga Vina Trauma Berat

Megapolitan
NIK KTP Bakal Jadi Nomor SIM Mulai 2025

NIK KTP Bakal Jadi Nomor SIM Mulai 2025

Megapolitan
Polisi Buru Penyuplai Sabu untuk Caleg PKS di Aceh

Polisi Buru Penyuplai Sabu untuk Caleg PKS di Aceh

Megapolitan
Tiang Keropos di Cilodong Depok Sudah Bertahun-tahun, Warga Belum Melapor

Tiang Keropos di Cilodong Depok Sudah Bertahun-tahun, Warga Belum Melapor

Megapolitan
Polri Berencana Luncurkan SIM C2 Tahun Depan

Polri Berencana Luncurkan SIM C2 Tahun Depan

Megapolitan
Caleg PKS Terjerat Kasus Narkoba di Aceh, Kabur dan Tinggalkan Istri yang Hamil

Caleg PKS Terjerat Kasus Narkoba di Aceh, Kabur dan Tinggalkan Istri yang Hamil

Megapolitan
'Call Center' Posko PPDB Tak Bisa Dihubungi, Disdik DKI: Mohon Maaf, Jelek Menurut Saya

"Call Center" Posko PPDB Tak Bisa Dihubungi, Disdik DKI: Mohon Maaf, Jelek Menurut Saya

Megapolitan
Polisi: Ada Oknum Pengacara yang Pakai Pelat Palsu DPR

Polisi: Ada Oknum Pengacara yang Pakai Pelat Palsu DPR

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke