Salin Artikel

Saat Polisi Minta Ibunda Korban Kekerasan Anak Kombes Tak Saksikan Olah TKP…

JAKARTA, KOMPAS.com - Yusna, ibunda dari MFB (16) yang diduga menjadi korban penganiayaan oleh anak komisaris besar (kombes) mengatakan ada indikasi polisi menyepelekan kasus ini.

Ia mengantongi sejumlah alasan yang mendukung kecurigaan tersebut.

Salah satunya adalah barang bukti hasil visum yang tak kunjung keluar dari Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan, meski sudah lima hari.

Kedua, polisi bias dalam memilih saksi yang diperiksa terkait kasus dugaan penganiayaan oleh anak kombes ini.

“Yang dipanggil semua itu saksi yang pro pelaku. Orang yang diintimidasi sama Pak Kombes itu,” ujar Yusna kepada Kompas.com, Jumat (18/11/2022).

Tak sampai di situ, Yusna juga menduga polisi berbohong telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) pada Jumat pagi.

Ia mengaku ada di TKP pada Jumat pagi, tetapi tidak ada olah TKP yang dimaksud. Ia bahkan diminta oleh polisi untuk tidak datang menyaksikan olah TKP.

“(Polisi) malah telepon ke sana tadi jam 10 bilang kalau bisa Ibu enggak usah ikut (olah TKP) karena ini sebentar dan baru sore dilaksanakan,” beber Yusna.

Namun, menurut Yusna, di kesempatan berbeda Polres Metro Jakarta Selatan yang menangani kasus itu mengklaim telah melakukan olah TKP.

“Kenapa tiba-tiba sudah dilayangkan katanya sudah olah TKP tadi pagi? Saya ketemu (pihak kepolisian) jam 11 katanya belum”.


Kronologi penganiayaan

Yusna sebelumnya membuat laporan kepolisian terkait dugaan tindakan kekerasan itu. Menurut Yusna, anaknya dianiaya RC karena dituduh menyembunyikan topi.

"Tiba-tiba anak saya pulang ke rumah, terus dia lapor kalau dia dipukul sama salah satu anak petinggi polisi. Tempat kejadiannya itu di PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian),” kata Yusna di Mapolda Metro Jaya, Selasa (15/11/2022).

MFB dan RC sama-sama mengikuti bimbingan akademi kepolisian (Akpol) di PTIK. Kejadian pemukulan sendiri terjadi pada Sabtu lalu dan disaksikan pelatih di PTIK.

Namun, sang pelatih tidak berbuat apa-apa untuk melerai. Akibat penganiayaan itu, MFB mengalami sejumlah luka memar dan bahkan trauma.

Berdasarkan pengakuan MFB kepada ibunya, pelaku merupakan anak perwira menengah Polri yang menjabat sebagai Inspektur Pengawas Daerah di sebuah Polda.

"Anak saya bilang, dia (RC) anak kombes, Bu. Pelatih aja takut sama dia karena di mana-mana dia bikin masalah selalu bawa-bawa nama anak kombes," ucap Yusna.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/11/18/18285321/saat-polisi-minta-ibunda-korban-kekerasan-anak-kombes-tak-saksikan-olah

Terkini Lainnya

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan 'Treadmill' untuk Calon Jemaah Haji

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan "Treadmill" untuk Calon Jemaah Haji

Megapolitan
Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Megapolitan
Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Megapolitan
Resahnya Arya Naik JakLingko, Dapat Sopir Ugal-ugalan yang Tengah Diteror 'Debt Collector'

Resahnya Arya Naik JakLingko, Dapat Sopir Ugal-ugalan yang Tengah Diteror "Debt Collector"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke