Salin Artikel

Nasib Pesisir Utara Jakarta yang Kini Bergantung pada Tanggul Laut

JAKARTA, KOMPAS.com - Jakarta tenggelam agaknya bukan menjadi isapan jempol belaka. Pasalnya, sejumlah wilayah di pesisir utara Jakarta membuktikan bahwa naiknya level air laut dan turunnya permukaan tanah telah terjadi.

Di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, misalnya, daratan sudah lebih rendah dibanding dengan permukaan air laut.

Kompas.com, Senin (28/11/2022), menelusuri wilayah pesisir utara Jakarta itu. Ditemani teriknya sinar matahari menjelang siang, perjalanan dimulai saat memasuki Pelabuhan Nizam Zachman, Muara Baru.

Terdapat tanggul beton dengan tinggi kira-kira dua meter dari sisi daratan. Tanggul membentang memisahkan daratan dan perairan laut.

Jika berjalan di sisi daratan, seolah tidak terjadi apa-apa. Hanya terdengar suara debur ombak yang menghantam tanggul beton.

Namun, saat mengintip ke arah laut dari balik tanggul, akan sangat terlihat jelas bahwa permukaan air laut lebih tinggi dibandingkan daratan. Selisih tingginya bahkan sudah mencapai 1,5 meter.

Artinya, apabila tidak ada tanggul, wilayah daratan utara Jakarta sudah pasti tenggelam.

Genangan air laut di kawasan Muara Baru

Kendati dipisahkan tanggul, bukan berarti sisi daratan kering seluruhnya. Terdapat beberapa genangan yang cukup luas. Warga setempat mengatakan bahwa genangan tersebut berasal dari air laut yang melimpas ke daratan ketika air pasang.

"Ya namanya air kan selubang jarum saja bisa lewat. Kan itu ada yang bocor-bocor dari situ," ungkap Beda salah satu warga bernama (56) saat ditemui Kompas.com di kawasan tanggul Muara Baru, Senin.

Meski tak sampai merendam hunian semipermanen di sana, air laut setinggi 5-10 sentimeter tampak menggenangi area depan rumah mereka.

Aliran air laut yang menggenangi perumahan warga cukup mengganggu aktivitas, baik saat menjemur pakaian, maupun mengurusi ternak. Sebab, warga harus bolak-balik melintasi genangan tersebut.

Retaknya tanggul laut raksasa Muara Baru

Keretakan sisi tanggul disinyalir menjadi penyebab seringnya air laut melimpas ke daratan saat pasang. Dua retakan tersebut berjarak kira-kira 10 meter dari seberang rumah semi permanen milik warga setempat.

Pantauan Kompas.com di lokasi, rembesan air dari arah tanggul laut Muara Baru itu menggenang di depan bedeng-bedeng.

"Kalau air laut lagi pasang, tinggi airnya se-mata kaki aja, enggak sampai masuk rumah. Paling air laut di depan rumah begitu saja," ujar Beda saat ditemui Kompas.com di kawasan tanggul Muara Baru, Senin.

Menurut perempuan yang sudah menempati bedeng selama 10 tahun di Muara Baru itu, setiap hari, air laut mengaliri hunian warga. Akan tetapi, ia mengaku pernah mengalami ketinggian air mencapai lutut orang dewasa atau sekitar 50 sentimeter.

"Kalau hujan gede sekali dan laut pasang, air bisa sampai ketinggian sekitar 50 sentimeter," tutur Beda.

Bukan hanya retak, tanggul ini juga memiliki lubang sana-sini. Ironisnya, lubang tersebut hanya ditutupi conblock seadanya. Terlihat pula sampah-sampah yang menumpuk di sekitar tanggul.

 

Sebuah masjid menjadi saksi bisu bagaimana wilayah Ibu Kota perlahan tenggelam. Masjid bernama Wal Adhuna itu, berada di balik tanggul yang tinggi. Untuk dapat melihat bangunan, Anda perlu memanjat tembok tanggul dengan pijakan seadanya.

Bangunan masjid tampak sangat rapuh, tembok-tembok penuh coretan dan bagian bawahnya menghitam akibat ditumbuhi lumut. Seng pada atap pun sudah hancur. Berbagai jenis sampah yang terbawa arus ombak, ikut tersangkut di sisi-sisi Masjid Wal Adhuna.

Anak-anak sekitar kawasan pelabuhan juga bermain di tepi laut, tak jauh dari lokasi masjid itu berada.

Peristiwa tenggelamnya Masjid Wal Adhuna turut disaksikan Ale, salah satu warga Muara Baru.

"Awalnya masid itu daratan, jadi air laut itu ombaknya meluap tiba-tiba, jadi masjidnya tenggelem," kata Ale.

Kala itu, lanjut Ale, luapan air laut melimpas dari ujung Pelabuhan Sunda Kelapa hingga wilayah RT 15 RW 17, Muara Baru.

Kini, bangunan masjid itu tidak tampak lagi bila dilihat dari wilayah daratan. Hanya ada sisa-sisa kubah masjid yang terlihat mencuat di balik tanggul laut Muara Baru.

Tanggul yang sering jebol

Sebelum tanggul ditinggikan seperti sekarang, permukiman warga ikut terendam saat tanggul jebol beberapa tahun silam. Hal itu diungkapkan warga lain bernama Tarsini (60). Menurut Tarsini, deretan rumah semipermanen yang berada di kawasan Muara Baru ikut terendam air laut saat itu.

"Dulu iya jebol terus, sekarang enggak pas tanggul udah ditinggiin," ucap Tarsini.

Tarsini berujar, tiap kali tanggul jebol, air laut akan membanjiri daratan.

Akibatnya, bedeng-bedeng yang berada sangat dekat dari pesisir laut terendam air hingga setinggi 120 sentimeter.

"Jadi pernah jebolnya dari arah Kampung Gedong Kompa. Terus tanggulnya yang tadinya pendek jebol, tapi itu udah lama," jelas Tarsini.

"Rumah tenggelem cuma bagian depan doang, kalau di sini saya tenggelemnya sekitar sepinggang, kalau di depan se-dada tinggi airnya," lanjutnya lagi.

Adapun dikutip dari akun Instagram @sobatair.jkt yang dikelola oleh Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, permukaan daratan di pesisir Jakarta memang sudah lebih rendah dibandingkan perairan.

Penyebabnya adalah peningkatan volume air laut akibat dari mencairnya es di kutub sebagai dampak pemanasan global. Selain itu, permukaan tanah semakin turun akibat penggunaan air tanah yang masif.

Hasil penelitian ITB dan SDA Jakarta tahun 2021 mengatakan bahwa sekitar 18-20 persen wilayah Jakarta sudah berada di permukaan laut. Angka itu dipastikan terus bertambah.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/11/29/08531951/nasib-pesisir-utara-jakarta-yang-kini-bergantung-pada-tanggul-laut

Terkini Lainnya

Pria 50 Tahun Diiming-imingi Rp 1,8 Juta untuk Edarkan Narkoba di Jaksel

Pria 50 Tahun Diiming-imingi Rp 1,8 Juta untuk Edarkan Narkoba di Jaksel

Megapolitan
Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Megapolitan
KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

Megapolitan
Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Megapolitan
Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Megapolitan
Hanya Raih 4 Kursi DPRD, PKB Kota Bogor Buka Pintu Koalisi

Hanya Raih 4 Kursi DPRD, PKB Kota Bogor Buka Pintu Koalisi

Megapolitan
Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Megapolitan
Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Megapolitan
Truk Trailer Terbalik di Clincing akibat Pengemudinya Kurang Konsentrasi

Truk Trailer Terbalik di Clincing akibat Pengemudinya Kurang Konsentrasi

Megapolitan
Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...

Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke