Kebakaran ini disebut disebabkan oleh petir yang menyambar meteran listrik.
Sekitar 53 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 230 jiwa diungsikan ke beberapa lokasi, seperti gedung karang taruna setempat, masjid SMPN 3 Jakarta, hingga mengungsi ke rumah kerabat masing-masing.
Para warga yang menjadi korban kebakaran disebut telah menerima bantuan dari berbagai instansi.
Meteran listrik tersambar petir
Warga sekaligus saksi mata, Siti Nafisah (53), menyebutkan bahwa kebakaran ini bermula saat hujan deras disertai angin kencang terjadi sekitar pukul 15.00 WIB.
Karena kondisi cuaca itu, Siti bersama suaminya lalu mengecek kontrakan miliknya yang berada persis di belakang rumah mereka.
"Kami keluar ke belakang, ke kontrakan-kontrakan, takut ada yang bocor karena angin kencang semua pada terbang," sebut Siti saat ditemui di Jalan Manggarai Utara II, Minggu (18/12/2022).
Saat hendak mengecek kontrakan, Siti melihat petir menyambar meteran listrik. Suara sambaran yang kencang membuatnya mengucap istigfar.
"Pas saya lagi di belakang, petir nyamber kilometer, itu yang listrik (meteran listrik). Saya kan kaget, langsung astaghfirullahaladzim," tutur Siti.
Saat itu, Siti mencium bau hangus. Ia langsung mengecek kondisi rumahnya. Siti mengaku melihat asap ketika berada di lantai dua rumahnya.
Namun, saat itu belum ada kobaran api yang muncul.
Saat turun ke lantai satu rumahnya, Siti melihat asap itu muncul dari arah belakang kediamannya.
Ia tak sempat membawa barang berharga miliknya, termasuk dua sepeda motor yang terparkir di dekat rumahnya.
Sementara itu, pada kesempatan terpisah, Ketua RT 011 RW 001 Kelurahan Manggarai Warsono menuturkan, kebakaran di wilayahnya terjadi karena korsleting.
Kebakaran mulanya hanya melanda satu rumah. Karena angin kencang, kebakaran merembet ke rumah lainnya.
Berbeda dengan yang disampaikan Siti, Warsono menyebutkan petir menyambar antena televisi di rumah salah satu warga di sana.
"Awalnya itu nyamber antena televisi. Jadi fatalnya di situ, dari petir. Suaranya meleduk begitu, duarr, suaranya besar," tutur Warsono.
Diah bercerita, pada akhir pekan, dia sejatinya jarang berada di rumah kontrakannya tersebut.
Di kontrakan berukuran 3x3 meter, Sabtu lalu, Diah menghabiskan waktu bersama putra bungsunya yang berusia 14 tahun.
Diah mengaku, usai shalat ashar, putra bungsunya meminta pergi dari kontrakan itu.
"Anakku sempat ngomong memang, 'Mah, pindah Bekasi yuk, kayaknya suasananya enggak enak. Hawanya Jakarta sudah panas'," ucap Diah menirukan perkataan sang anak.
Tidak begitu lama, suara sambaran petir terdengar hingga kontrakannya yang berada di lantai dua.
Dalam hitungan detik, tetangga-tetangga Diah berteriak bahwa kebakaran telah terjadi.
Ia tidak langsung keluar dari kontrakannya. Saat itu juga, Diah memikirkan barang yang bisa dibawa. Dia lalu meraih surat-surat berharga yang terletak di sebuah tas.
Karena api menyambar dengan cepat, ia tidak kepikiran untuk menyelamatkan barang-barang lainnya.
Diah menuturkan, barang-barangnya yang terbakar berupa perabotan, barang dapur, dan pakaian.
Surat-surat berharga yang dibawa adalah ijazah sekolah Diah dan anak-anaknya.
"Yang selamat cuma surat-surat penting, sudah enggak ada lagi sisanya," ucap Diah.
Minggu kemarin, Diah bersama putra bungsunya mengungsi di tempat pengungsian.
Merasa ikhlas dan sabar
Meski kediamannya hangus, Diah mengaku merasa bersyukur bisa beristirahat di tempat pengungsian.
Bersama anak bungsunya, Diah merasa nyaman tidur di tempat pengungsian yang berada di gedung karang taruna setempat.
Ibu tiga anak ini menilai, musibah yang menimpanya merupakan perjalanan hidup yang sebenarnya.
Diah pun mengaku tak bisa menuntut siapa pun atas kehilangan barang-barang berharganya. Sebab, menurut dia, semua barang miliknya adalah milik Allah.
"Enggak bisa nuntut juga karena semua punya Allah. Sekalipun itu hilangnya karena manusia, tetap enggak bisa," ucap dia.
"Kalau manusia (yang menghilangkan), kita bisa sakit hati, tapi tetap tidak bisa. Allah mengizinkan itu diambil oleh orang. Tapi, kalau hilangnya kebakaran atau kebanjiran, itu sudah kehendak Allah," lanjut dia.
Menurut Diah, ada dua hal penting yang dapat diambil hikmahnya dari musibah ini, yakni kesabaran dan keikhlasan.
Ia meyakini bahwa barang-barangnya yang hangus terbakar bakal tergantikan.
"Yang penting satu, kesabaran dan keikhlasan, yakin kok Allah akan menggantikan," kata Diah.
Bantuan telah dikirimkan
Sementara itu, Ketua RW 001 Kelurahan Manggarai Prihatin Budi Santoso menuturkan, sejumlah instansi pemerintah telah mengirimkan bantuan untuk korban kebakaran itu.
Menurut Prihatin, selain instansi pemerintah, warga sekitar yang tak terdampak juga memberikan bantuan.
"Bantuan alhamdulillah dari TNI, BPBD (DKI Jakarta), Baznas, Kementerian Sosial (Kemensos), semua turun," tutur Prihatin di Kantor Sekretariat RW 001 Manggarai.
Prihatin menyatakan, Kemensos memberikan bantuan berupa makanan sebanyak tiga kali sehari. Menurut Prihatin, ada 250 boks setiap pengiriman.
Kemudian, BPBD DKI Jakarta disebut telah mengirimkan alas tidur dan seperangkat alat mandi seperti handuk dan sabun.
"Kalau baju dan celana yang layak pakai rata-rata dari warga sekitar saja," kata Prihatin.
Dalam kesempatan itu, Prihatin mengaku belum mengetahui hingga kapan bantuan bakal dikirimkan.
Namun, setahu dia, tanggap darurat pengiriman bantuan berlangsung selama tujuh hari sejak peristiwa terjadi.
Bantuan anak belum tersalurkan
Di satu sisi, bantuan khusus anak sekolah yang menjadi korban kebakaran belum tersalurkan hingga Minggu kemarin.
BPBD DKI Jakarta, kata Prihatin, telah meminta perangkat RW untuk mendata jumlah anak-anak yang masih sekolah, mulai dari SD hingga SMA.
Pendataan dilakukan agar mereka yang terdampak peristiwa kebakaran di Jalan Manggarai Utara II ini dapat segera diberi bantuan khusus.
Ia mengakui bahwa beberapa warga yang menjadi korban kebakaran memang masih memiliki anak-anak yang berusia sekolah.
Menurut Prihatin, jumlah anak yang bersekolah diperkirakan sekitar 25 orang.
"Usia sekolah ada. SD ada, SMP ada, SMA ada. Jumlahnya enggak banyak, (sekitar) 20-25 siswa," tutur dia.
Sementara itu, Prihatin mengaku ada juga korban yang berusia lanjut (lanjut usia/lansia).
Namun, menurut dia, tidak ada kebutuhan khusus yang diperlukan para korban lansia. Sebab, jumlah mereka yang tergolong sedikit.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/12/19/06054171/ketika-petir-menyambar-meteran-listrik-puluhan-rumah-di-manggarai-hangus
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.