JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat tengah digemparkan oleh keberadaan rumah mewah yang dibiarkan terbengkalai di di Kompleks PLN di Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
Hal yang menggemparkan masyarakat adalah rumah tersebut masih dihuni oleh pemiliknya, yakni Eny Sukaesi (58) bersama anak laki-lakinya Pulung Mustika Bima (23) atau Tiko.
Selama 12 tahun terakhir, Tiko mesti merawat ibunya yang mengalami depresi. Eny diduga mengalami depresi sejak ditinggal oleh suaminya pada 2010.
Mereka berdua tinggal bersama di rumah mewah itu tanpa akses listrik dan air bersih. Untuk kebutuhan mandi, kakus, dan memasak, mereka menadah air hujan.
Saat ini, Tim Reaksi Cepat Pelayanan, Pengawasan, dan Pengendalian Sosial (P3S) Suku Dinas Sosial Kota Jaktim telah mengevakuasi Eny ke Rumah Sakit Jiwa Duren Sawit.
Evakuasi dilakukan pada Jumat (30/12/2022) pada pukul 16.30 lewat proses yang cukup alot karena baik Eny dan Tiko sempat menolak untuk dievakuasi.
Kerap pakai baju kantoran
Kader RW 002 Kelurahan Jatinegara, Ani menceritakan keseharian Eny Sukaesi (58), penghuni rumah mewah yang terbengkalai di Cakung, Jakarta Timur.
Ani mengatakan Eny biasa memakai baju kantoran saat keluar rumah. "Dia selalu bawa tas. Bajunya selalu rapi kayak orang kantoran, dan pakai sepatu tinggi," kata Ani
Eny nyaris selalu keluar dari rumah menggunakan baju kantoran, bahkan untuk sekadar membeli obat nyamuk maupun meminta air bersih ke rumah tetangga.
Untuk mendapatkan uang, lanjut Ani, Eny dan Tiko masih menjual daun salam dan buah melinjo ke warung-warung setempat.
Minta dipanggil dengan gelar
Lurah Jatinegara Slamet Sihabudin menambahkan, warga setempat juga tidak boleh memanggil Eny hanya dengan namanya.
Ia mengungkapkan, Eny harus dipanggil lengkap dengan gelar pendidikannya yakni doktoranda (Dra)
"Harus (dipanggil) Ibu Dra. Eny. Harus disebut gelarnya kalau manggil. Kalo enggak disebut, kurang berkenan. Tadinya kan dia orang berada," ujar Slamet.
Berdasarkan penuturan Slamet, Eny mulai mengalami depresi sejak ditinggal oleh Suaminya yang merupakan ayah kandung dari Tiko, Susanto.
Susanto diketahui meninggalkan keluarganya untuk pulang ke kampung halaman di Jawa Timur pada 2010. Slamet tak menjelaskan secara terperinci apa alasan Susanto meninggalkan keluarganya.
Sepeninggal sang suami, Eny mulai mengalami gangguan kejiawaan. Sehari-hari, ia hanya dirawat oleh Tiko yang sampai mengorbankan diri untuk tidak mengenyam pendidikan.
Lama kelamaan, keduanya tidak mampu membiayai hidup di rumah itu. Rumah itu pun dibiarkan begitu saja tanpa dialiri listrik dan air.
"Airnya itu ada nadah dari air hujan. Tapi juga ada air dari tetangga sih untuk sehari-hari," ujar Slamet.
Rumah juga dibiarkan tak terawat sehingga terkesan seperti rumah angker bila dipandang dari luar.
Menolak bantuan
Menurut pengakuan Slamet, warga setempat yang ingin memberi bantuan secara finansial untuk menyambung hidup kerap mendapatkan penolakan dari Eny.
"Dia selalu bilang masih punya tabungan. Jadi bantuan-bantuan yang dari tetangga itu seolah enggak perlu," jelas Slamet.
Bahkan, Slamet dan Ketua RT 06/RW 02 Kelurahan Jatinegara, Noves Haristedja, sempat ditolak ketika ingin melakukan pendataan agar Eny dan Tiko mendapat bantuan.
"Bilang enggak perlu bantuan dan tamu. Maksud saya mau pendataan karena di sini perlu bantuan, tapi lagi-lagi ditolak," kata Slamet.
Bantuan dalam bentuk pembersihan rumah pun ditolak oleh Eny. Walhasil, hingga sebelum Eny dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Duren Sawit, kondisi rumah Eny dan Tiko tampak tak terurus seperti terbengkalai.
"Walau mau bantu untuk bersihin rumah enggak dibolehin. Itu masalahnya. Tiko mau bersihin harus izin, tapi tetap enggak dibolehin," kata Slamet.
(Penulis: Nabila Ramadhian | Editor: Jessi Carina, Ihsanuddin)
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/01/05/21434471/fakta-keseharian-pemilik-rumah-mewah-di-cakung-minta-dipanggil-dengan