Salin Artikel

Dear Bu Anggota DPR, Begini Loh "Chaos"-nya Situasi KRL Saat Jam Pulang Kerja

JAKARTA, KOMPAS.com - Baru-baru ini, viral sebuah video yang merekam pernyataan anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Evita Nursanty.

Dalam video itu, Evita terlihat sedang menyampaikan pandangannya terkait rencana impor gerbong kereta bekas dari Jepang untuk digunakan sebagai tambahan armada KRL Jabodetabek.

Dalam rapat yang dengan PT KAI, PT KCI, dan PT INKA pada Senin (27/3/2023) itu, Evita tegas menolak rencana impor gerbong kereta bekas dari Jepang.

Sebab, ia menilai, moda transportasi KRL hanya ramai saat momen tertentu seperti lebaran dan tahun baru. 

"Sekarang apakah kita chaos? Kalau kita tidak impor ini barang apakah kita chaos?" ungkap Evita, seperti dikutip dari tayangan di YouTube TV Parlemen, Senin.

"Kita kan biasanya chaos itu di tahun baru, kita biasanya chaos itu kan di Lebaran, ini kan sudah lewat semua ke-chaos-an kita. Apakah ini suatu urgensi kalau kita tidak impor chaos? Nah, itu juga menjadi pertanyaan bagi saya," sambungnya.

Warganet yang kebanyakan adalah pengguna sehari-hari KRL Jabodetabek pun ramai-ramai mengkritik pernyataan Evita itu. 

Mereka menilai Evita tidak paham persoalan karena pada kenyataannya KRL selalu dipadati penumpang setiap harinya, terutama saat jam berangkat dan pulang kerja.

Kompas.com pun mengunjungi Stasiun Tanah Abang, pada Selasa (28/3/2023) pukul 17.00 WIB, untuk menggambarkan sepadat apa penumpang KRL pada jam-jam sibuk. 

Stasiun Tanah Abang merupakan salah satu stasiun terpadat, karena menjadi tempat untuk transit.

Di pintu masuk stasiun, sudah tampak keramaian penumpang yang akan memasuki area dalam.

Penumpang dapat menggunakan eskalator naik, maupun tangga manual yang disediakan oleh PT KCI.

Kompas.com lalu mencoba menumpangi KRL jurusan Tanah Abang-Rangkas Bitung untuk menuju Stasiun Palmerah yang letaknya tak jauh dari Gedung DPR/MPR.

Terlihat penumpang KRL sudah memadati gerbong kereta. Di rangkaian ke enam, misalnya, meski sudah penuh, penumpang tetap memaksa masuk.

Dengan susah payah mereka mencoba untuk mencari sedikit ruang untuk bernapas.

Saking padatnya di dalam kereta di jam sibuk ini, penumpang tak harus berpegangan agar tidak terjatuh.

Mereka saling berdempetan dengan memunggungi satu sama lain.

Beberapa di antaranya memilih bersandar di pintu-pintu gerbong kereta. Untuk bergerak ganti posisi terasa sulit.

Meski telah dilengkapi dengan AC, nyatanya banyak penumpang yang merasa kepanasan.

Bahkan, ada penumpang yang sampai melepas masker lantaran kondisi yang sangat pengap di dalam kereta.

Salah satu penumpang bernama Nure (22) turut merasakan sulitnya menumpangi KRL di kala jam pulang kerja.

“Kalau misalnya jam berangkat kerja, dan jam pulang kerja padatnya bukan main. Orang kan enggak mau ketinggalan kereta, jadi maksa masuk,” kata Nure saat ditemui di dalam KRL tujuan Tanah Abang-Rangkasbitung, Selasa sore.

Apalagi, lanjut dia, waktu untuk menunggu dari satu kereta ke kereta yang lain cukup lama.

Akibatnya, penumpang berebut untuk menumpangi KRL yang terlebih dahulu datang.

“Mau enggak mau penumpang rebutan naik kereta yang pertama,” sebut Nure.

Melihat kondisi di atas, Nure menilai, penambahan jumlah KRL justru penting bagi penumpang.

Oleh karena itu, ia sangat menyayangkan pernyataan anggota DPR yang menolak impor gerbong kereta dan menyebut KRL hanya chaos saat lebaran dan tahun baru.

"Entah itu dia salah ngomong maksudnya kereta jarak jauh atau KRL. Kalau memang pendapatnya dia bilang KRL, jujur, dari saya kalau mau ditambahin KRL-nya," jelas Nure.

Selain itu, dia juga berharap agar pihak terkait dapat menambah waktu keberangkatan. Minimal, ujar Nure, setiap lima menit sekali tersedia kereta yang siap mengangkut penumpang.

"Toh pemerintah minta masyarakat beralih ke transportasi umum. Jadi harus didukung dong," imbuh dia.

Perempuan yang bekerja sebagai karyawan swasta di bilangan Palmerah, Jakarta Barat ini harus menempuh jarak selama sekitar dua jam dengan menggunakan KRL dari Stasiun Bogor.

Bila KRL yang ingin ditumpanginya telat datang, maka Nure terancam terlambat datang ke kantor

“Semoga kereta bisa ditambah lagi. Selain itu juga kalau bisa aturan harus transit di Stasiun Manggarai, untuk menuju arah Tanah Abang dihapus karena kan kami sebagai pekerja juga capek ya kalau harus transit berkali-kali,” papar Nure.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/03/28/19263891/dear-bu-anggota-dpr-begini-loh-chaos-nya-situasi-krl-saat-jam-pulang

Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke