Tahun lalu, Khanza didiagnosis mengidap stunting usai dibawa untuk imunisasi di posyandu RT 003 RW 07 Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Pada saat itu, perasaannya bercampur aduk saat sang anak dinyatakan stunting. Bahkan, ia sampai menangis.
"Reaksinya ya sedih dan khawatir. Sempat enggak percaya juga Khanza dinyatakan stunting," ungkap dia ketika ditemui di kediamannya, RT 009 RW 07 Pondok Kelapa, Selasa (11/4/2023).
Miftah sebenarnya sudah mencurigai kondisi anaknya yang berbeda dari anak-anak sepantarannya.
Sebab, mata Khanza tampak sipit dan sayu. Tinggi dan berat badannya pun tidak tampak seperti anak-anak lainnya. Pergelangan tangan Khanza juga kecil.
"Saya ngerasa ngenes banget karena ya Allah cuma kerasa tulang aja (pergelangan tangannya), enggak ada dagingnya. Mukanya kelihatan beda, rambutnya tipis banget, enggak kayak anak-anak lain," ujar Miftah.
Berat badan Khanza pun tidak pernah naik meski ia lahap makan. Melihat kondisi itu, Miftah memutuskan untuk memeriksakan keadaan Khanza usai mengikuti giat imunisasi.
"Saya sudah tahu dari dulu, tapi biar yang lebih jelasnya dari posyandu aja. Akhirnya tahun lalu ke posyandu untuk cek Khanza stunting apa enggak. Di situ baru tahu kalau Khanza benar stunting," ucap dia.
Sempat berjuang sendiri tangani stunting
Miftah awalnya tidak melapor ke pihak terkait soal kecurigaannya terhadap sang anak yang diduga stunting. Pada saat itu, Miftah berupaya menangani kondisi kesehatan anaknya seorang diri.
"Coba tangani dulu sendiri pakai makanan yang bergizi, pengin tahu dulu berat badannya meningkat apa enggak," jelas Miftah.
"Saya berupaya kasih makanan bergizi secara teratur. Buah-buahan, ikan, vitamin, dan lain-lain. Biarin orangtua enggak makan, yang penting Khanza makan," imbuh dia.
Lantaran tidak tampak perubahan pada kondisi Khanza, ditambah lagi sang anak sempat sakit-sakitan akibat anemia, Miftah memutuskan untuk melapor ke posyandu RT 003 RW 07.
Miftah melapor sekaligus mengikuti giat imunisasi untuk Khanza. Saat diperiksa, berat badan Khanza saat itu sembilan kilogram.
Setelah pemeriksaan lainnya dilakukan, pihak posyandu memberi tahu bahwa Khanza termasuk golongan stunting.
Lahap makan tapi tetap stunting
Miftah mengatakan, kebiasaan makan Khanza sebelum dan sesudah didiagnosis tidak berubah. Khanza tetap lahap menyantap apa pun yang diberikan.
"Lahap alhamdulillah. Suka makanan apa aja, enggak pilih-pilih," kata Miftah.
Khanza juga menyukai sayur-sayuran. Meski bukan pemilih, Khanza tetap memiliki beberapa makanan favorit, yakni daging, ikan, dan tauge.
"Hampir setiap hari, ada tiga jenis makanan itu yang dimakan Khanza," ucap Miftah sambil tertawa.
Meski lahap makan, Khanza tetap dinyatakan stunting. Miftah menjelaskan, hal ini karena asupan gizi anaknya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan agar Khanza tumbuh dengan sehat.
Sebab, porsi makannya selama ini ternyata belum sesuai kebutuhan tubuh Khanza.
Selain itu, Khanza sempat sakit akibat anemia saat mereka masih mengontrak di Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Kecamatan Jatinegara, beberapa tahun lalu.
Kondisi ini sempat membuat Khanza belum bisa belajar berjalan. Miftah sudah membawanya ke puskesmas untuk penanganan lebih lanjut.
"Katanya, coba Khanza disuruh makan buah bit. Saya kasih dan alhamdulillah kondisinya membaik meski bertahap. Dulu sempat sampai kejang (saat sakit). Saya enggak tahu kenapa Khanza kena anemia," kata Miftah.
Walau kondisi Khanza membaik, kata Miftah, penyakit anemia ini memengaruhi pertumbuhan Khanza.
"Khanza enggak ada penyakit apa-apa, sudah dicek ke dokter. Emang karena kena anemia itu. Kata dokter, anemia bikin pertumbuhan anak berkurang. Katanya ngaruh ke penyerapan gizi di badannya Khanza," terang Miftah.
"Katanya (stunting) lebih karena anemia sama asupan gizinya masih kurang walaupun Khanza lahap makan daging dan ikan dari usia dua tahun," sambung dia.
Berutang demi anak
Miftah mengungkapkan, keluarga besarnya sudah mengetahui bahwa Khanza mengidap stunting.
Akan tetapi, sejak anaknya menderita anemia beberapa tahun lalu dan dinyatakan stunting pada 2022, tidak ada satu orang pun yang membantunya.
"Enggak ada yang bantuin sama sekali, saya ke sana kemari waktu Khanza anemia, didiemin. Saya sedihnya begitu," kata Miftah.
Miftah melanjutkan, guna memenuhi kebutuhan nutrisi anak keduanya itu, Miftah sampai rela berutang ke sejumlah orang.
"Sampai sekarang, masih enggak ada yang bantu. Kakak kandung pengeluarannya banyak, tapi masih bantu seikhlas dan semampunya," jelas Miftah.
"Sepupu dan saudara lainnya enggak ada yang bantu sama sekali. Cuma kakak kandung saya, bantu sebisanya karena anaknya banyak, tapi bantuan sedikit aja sudah alhamdulillah," sambung dia.
Keadaan Khanza mulai membaik
Sejak penanganan stunting dilakukan, kondisi Khanza mulai membaik. Bahkan, Khanza termasuk anak yang aktif dalam kesehariannya.
"Sehari-hari main sama abang dan adiknya di luar, memang anaknya aktif," ujar Miftah.
Sehari-hari, berbagai permainan dilakukan oleh Khanza dan kakaknya, di antaranya menyusun sejumlah korek api hingga membentuk sebuah pola di tanah depan kontrakannya dan bermain lato-lato.
Sementara itu, saat berada di dalam rumah, Khanza senang bermain dengan adiknya yang masih bayi.
Biasanya, di sela-sela bermain, Khanza juga mengemil setiap selesai menyantap hidangan penuh protein berdasarkan anjuran posyandu.
Miftah mengatakan, Khanza tidak memiliki teman. Jadi, ia hanya berinteraksi dengan kakak dan adiknya saja setiap hari.
"Anak-anak kecil yang sepantaran Khanza cuma satu orang, itu juga jarang keluar. Jadi sehari-hari cuma main sama abang dan adiknya gitu," terang dia.
Sebelum dan saat dinyatakan stunting, berat badan Khanza sekitar sembilan kilogram. Setelah ditangani, saat ini berat badan Khanza 11,10 kilogram.
Terkadang, berat badang Khanza turun ke angka 11,05 kilogram dan paling rendah 10 kilogram.
"Berat badannya jangan sampai kayak dulu karena saya sempat trauma sampai nangis. Di usianya harusnya berat minimalnya itu 12 kilogram," ujar Miftah.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/04/13/07394941/perjuangan-miftah-bebaskan-sang-anak-dari-stunting-sampai-berutang-demi