Salin Artikel

Kontradiksi Penanganan Perkara Penganiayaan D: Mandeknya Proses Hukum Mario, tapi Ngebut Saat Sidang AG

JAKARTA, KOMPAS.com - Proses hukum kasus yang menjerat anak eks pejabat Direktorat Jenderal Perpajakan (DJP), Mario Dandy Satrio (20), terkesan berbelit-belit.

Sudah tiga bulan sejak kejadian, penyidikan penganiayaan yang melibatkan Mario bersama dua temannya dan Shane Lukas Rotua (19) belum juga sampai ke meja hijau.

Kondisi ini kontradiktif dengan perkara yang menjerat AG (15). Dalam kasus yang sama, AG sudah berjalan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan jauh lebih awal.

Bahkan, AG telah divonis 3,5 tahun penjara karena dianggap terbukti ikut merencanakan penganiayaan D pada Februari lalu. Hukuman itu diperkuat oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.

Dalih Polda Metro Jaya

Panjangnya proses penyidikan ini diakui oleh Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya. Keterlibatan lintas profesi disebut jadi penyebab perkara penganiayaan D (17) pada Februari lalu masih diam di tempat.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko menjelaskan, penyelesaian perkara memakan waktu yang panjang karena penyidik menerapkan metode scientific crime investigation (SCI).

"Kami sampaikan dalam pelaksanaan ini cukup memakan waktu yang sangat panjang dengan adanya kolaborasi interprofesi, melibatkan semua profesi tentunya. Metode ini dilakukan secara SCI," ujar Trunoyudo, Jumat (19/5/2023).

Kepolisian masih berkutat pada proses pelengkapan berkas perkara tersangka Mario Dandy dan Shane Lukas (19), serta menunggu hasil penelitian jaksa penuntut umum (JPU).

Menanti perkembangan jaksa

Trunoyudo berujar, penyidik sudah melengkapi seluruh berkas. Selebihnya, kata dia, sudah menjadi ranah JPU untuk mempelajari kembali apa yang menjadi syarat formil dan materiil.

"Penyidik dalam hal ini masih menunggu bagaimana perkembangan penelitian tersebut. Tentu harapannya dalam waktu yang tidak lama bisa memenuhi syarat formil dan materil apa yang diminta JPU," sambung dia.

Sementara itu, Kepala Seksi Penerangan Hukum Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta Ade Sofyan mengatakan, berkas perkara Mario Dandy dan Shane Lukas masih diteliti oleh jaksa.

Menurut dia, jaksa memiliki waktu 14 hari untuk meneliti berkas perkara sejak dilimpahkan penyidik kepolisian pada 10 Mei 2023. Artinya, jaksa punya waktu hingga 24 Mei mendatang.

Ngebutnya perkara AG

Berbanding terbalik. Proses hukum yang menjerat AG justru terbilang ngebut. Tak sampai tiga bulan. AG sudah divonis oleh majelis hakim.

Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta sempat berdalih cepatnya proses hukum AG dilakukan karena statusnya sebagai anak yang berkonflik dengan hukum.

Bahkan kuasa hukum AG, Mangatta Toding Allo, tidak menyangka sidang putusan banding atas vonis 3,5 tahun penjara yang dijatuhkan ke kliennya digelar tak sampai 24 jam setelah masuknya berkas.

Ia pun tidak berekspektasi bahwa sidang akan langsung digelar kurang dari 24 jam. Apalagi memori banding yang diserahkan Mangatta terhadap vonis AG berjumlah lebih dari 83 halaman.

"Kami kaget tentang hal ini, tiba-tiba sudah ada jadwal putusan atas banding di Pengadilan Tinggi (PT) DKI," ucap Mangatta, Kamis(27/4/2023).

Pengadilan Tinggi DKI dianggap terlalu tergesa-gesa dalam membuat putusan banding atas terdakwa AG. Buntutnya, salah seorang kuasa hukum D, Mellisa Anggraini akan melaporkan hakim PT DKI ke Komisi Yudisial (KY).

Tudingan bahwa hakim PT DKI tidak serius menangani putusan banding ada argumentasinya. Mellisa mengungkapkan, memori banding dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) baru masuk, Rabu, 26 April 2023, sekitar pukul 15.00 WIB.

Selain itu, informasi terkait putusan utuh yang diberikan JPU juga baru masuk di tanggal yang sama. Namun, rupanya PT DKI langsung menggelar sidang banding keesokan harinya, yaitu pada hari Kamis.

Saat itu, masa tahanan AG sendiri masih panjang, yakni hingga 11 Mei 2023. Jadi, kuasa hukum menilai sebenarnya tidak ada alasan bagi hakim PT DKI terburu-buru menggelar sidang putusan banding.

Kronologi penganiayaan

Seorang anak berinisial D (17) dianiaya Mario Dandy Satrio pada 20 Februari 2023 di Kompleks Green Permata, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Mario marah karena mendengar kabar dari saksi bernama Amanda yang menyebut AG (15), kekasihnya, mendapat perlakuan tidak baik dari korban.

Mario lalu menceritakan hal itu kepada temannya, Shane Lukas (19). Kemudian, Shane memprovokasi Mario sehingga Mario menganiaya korban sampai koma.

Shane dan AG ada di TKP saat penganiayaan berlangsung. Shane juga merekam penganiayaan yang dilakukan Mario.

Atas perbuatannya, ketiganya ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana penganiayaan berat yang direncanakan. AG juga sudah divonis dalam kasus penganiayaan tersebut.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/05/22/06480661/kontradiksi-penanganan-perkara-penganiayaan-d-mandeknya-proses-hukum

Terkini Lainnya

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana: Perpisahan di Luar Kota Disepakati Guru dan Siswa

Yayasan SMK Lingga Kencana: Perpisahan di Luar Kota Disepakati Guru dan Siswa

Megapolitan
Tawuran Pecah di Gang Bahari Jakut, 1 Korban Jarinya Nyaris Putus

Tawuran Pecah di Gang Bahari Jakut, 1 Korban Jarinya Nyaris Putus

Megapolitan
Dharma Pongrekun Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen ke KPU Jakarta

Dharma Pongrekun Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen ke KPU Jakarta

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Megapolitan
Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Megapolitan
Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta 'Napak Reformasi' Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta "Napak Reformasi" Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Megapolitan
Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Megapolitan
Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke