JAKARTA, KOMPAS.com - Nama instansi Tentara Nasional Indonesia (TNI) belakangan banyak disorot masyarakat publik, termasuk di media sosial.
Instansi angkatan bersenjata negara ini beberapa kali diberitakan bersikap arogan saat menghadapi warga sipil. Tak jarang mereka mengintimidasi dengan membawa nama besar TNI.
Padahal, Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana Muda Julius Widjojono sudah menegaskan kepada seluruh prajurit TNI agar tidak ada lagi yang bersikap arogan.
"Sesuai instruksi Panglima TNI, agar prajurit TNI tidak arogan dan menyakiti hati rakyat," ujar Julius, Selasa (25/4/2023).
Salah satu bentuk intimidasi itu turut dirasakan Pendeta Ellyson Lase di Desa Mangunjaya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Ia dibentak oleh ketua RW yang juga mengaku bagian dari TNI.
Ketua RW itu diduga membentak dan mengintimidasi Ellyson soal aktivitas umat Kristen di Rumah Doa Fajar Pengharapan di Perumahan Graha Prima Baru, Blok S2, Tambun, Bekasi, pada Mei lalu.
Ellysonmengaku tidak mengetahui alasan ketua RW ikut menolak keberadaan rumah doa. Ellyson bahkan sempat dibentak ketika bertemu dan diintimidasi pada bulan Mei lalu.
"Saya juga sampaikan ke ketua RW waktu itu, 'Bapak juga masih aktif sebagai anggota TNI yang melekat di diri Bapak. Walaupun ketua RW, begitukah seorang TNI'," ucap Ellyson, Senin (19/6/2023) malam.
"Dia kemudian gebrak meja, dia tunjuk saya. Dia marah dan bilang, 'Ini wilayah saya. Saya yang berkuasa. Ikuti aturan saya. Jangan buat aturan sendiri'," sambung dia menirukan ucapan Ketua RW itu.
Tak hanyaEllyson, nyataya beberapa orang lainnya juga terintimidasi saat berhadapan dengan TNI ini. Bahkan, ada pula yang harus sampai kehilangan nyawa. Berikut rangkumannya.
Bentak pendeta di Tambun
Ellyson dan istrinya mengaku dibentak saat ditanya soal kegiatan yang dilakukan di rumah doa. Padahal, saat itu Ellyson sudah menjelaskan aktivitas dia dan jemaatnya di rumah doa tersebut.
Penjelasan Ellyson tidak digubris. Pihak RT dan RW tetap ingin aktivitas di rumah doa dihentikan. Namun, pendeta tetap menolak permintaan itu.
Setelah Mei, intimidasi kembali terjadi pada Minggu (18/6/2023) pagi sekitar pukul 10.00 WIB. Umat digeruduk puluhan warga yang menolak aktivitas mereka.
Lagi-lagi ketua RT ingin aktivitas di rumah doa dihentikan. Pendeta kemudian menanyakan dasar yang mengharuskan rumah doa ditutup, tetapi ketua RT hanya bungkam.
Ellyson yakin kegiatan yang baru dimulai beberapa bulan lalu itu tidak melanggar ketentuan apa pun karena sudah melapor kepada Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bekasi.
Keroyok pengemudi mobil di Jakarta Selatan
Seseorang bernama Rifkho (25) dikeroyok oleh sekelompok anggota TNI di Jakarta Selatan pada Minggu (18/6/2023) dini hari pukul 02.15 WIB.
Lebih dari lima orang anggota TNI itu menghajarnya di perempatan Jalan Prapanca Raya yang bersilangan dengan Jalan Kemang Raya.
"Mereka juga mengancam akan memanggil pasukan satu kompi untuk membunuh saya," tutur Rifkho, saat dikonfirmasi, Senin (19/6/2023).
Rifkho menjelaskan, kejadian itu berawal ketika mobil yang dikemudikannya tak memberi jalan pada anggota TNI yang memotong laju mobil untuk mengarah ke Jalan Kemang Raya.
"Padahal pada perempatan tersebut ada rambu yang melarang belok kanan (ke arah Jalan Kemang Raya) dan putar arah," ucap dia.
Rifkho sebelumnya tak mengetahui siapa pengeroyoknya itu. Ia mengetahui identitas para pelaku usai mengecek salah satu pelat nomor kendaraan yang digunakan.
Tikam pengamen di Pasar Senen
Seorang pengamen berinisial D harus kehilangan nyawanya usai ditikam oleh anggota TNI di Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Kamis (8/6/2023).
Insiden itu bermula dari kemarahan seorang Prajurit Satu (Pratu) berinisial J (27) bersama teman-temannya untuk pesta minuman keras. Ia marah lantaran D menagih uang sewa sound system yang dipinjam J.
Pratu J beralasan ingin mengambil uang terlebih dahulu ke ATM. Korban mengikuti rombongan pelaku dari arah belakang. Di perjalanan, D menyalip rombongan pelaku yang tak kunjung mampir ke ATM.
Pratu J dan korban pun akhirnya cekcok hingga berujung penusukan. Usai menusuk D, Pratu J bersama rekan-rekannya langsung kabur meninggalkan korban di lokasi kejadian.
Tabrak lari pasutri di Bekasi
Prajurit Dua (Prada) kabur usai menabrak pasangan suami istri lansia yakni Sonder Simbolon (72) dan Tiurmaida (65) hingga tewas di Jalan Raya Kampung Sawah, Pondok Melati, Kota Bekasi, Kamis (4/5/2023).
Mobil Nissan X-Trail yang dikemudikan Prada MW melaju dalam kecepatan 70 kilometer per jam saat kecelakaan terjadi dan menyebabkan kedua korban langsung tewas di lokasi seusai ditabrak.
Prada MW beralasan bisa menabrak pasangan lansia itu karena mengemudi dalam kondisi mengantuk. Adapun alasan MW kabur adalah karena ketakutan.
Prajurit Kepala (Praka) ANG, TNI Angkatan Udara (AU) tertangkap kamera tengah menendang sepeda motor seorang ibu bernama Sri Dewi Kemuning (21), di wilayah Jatiwarna, Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin (24/4/2023).
Dalam video yang beredar, Praka ANG menendang Sri hingga hampir terjatuh. Padahal, saat itu Sri sudah oleng dan tengah membonceng anak kecil.
Video arogansi Praka ANG pun beredar dengan cepat di media sosial. Tak lama kemudian, pihak TNI bergerak dan menangkap Praka ANG.
Mobil dinas TNI Angkatan Darat terlibat kecelakaan dengan kendaraan lain di flyover Pancoran arah Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (12/3/2023).
Kendaraan dinas seorang pejabat Komando Daerah Militer Jayakarta atau Kodam Jaya itu menabrak mobil Honda HR-V dari belakang hingga ringsek.
Sang sopir mobil dinas TNI disebut tak menyanggupi biaya ganti rugi yang diminta pengendara Honda HR-V untuk memperbaiki kerusakan kendaraannya.
Setelah kejadian itu, Pomdam Jaya memeriksa Pratu Kevin sekaligus memanggil pihak korban D untuk membuat laporan.
Keduanya kemudian dimediasi dan sepakat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara kekeluargaan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/06/20/17314641/tak-hanya-bentak-pendeta-rumah-doa-di-tambun-ini-sederet-arogansi-anggota