JAKARTA, KOMPAS.com - Kuasa hukum anak AG (15), Mangatta Toding Allo, menyayangkan sikap jaksa penuntut umum (JPU) dan majelis hakim yang menolak permintaannya untuk tak menghadirkan sang klien secara langsung di dalam ruang sidang.
Mangatta mengatakan, kehadiran AG secara langsung di dalam ruang sidang pada kasus penganiayaan D (17) dengan terdakwa Mario Dandy Satriyo (20) dan Shane Lukas (19), hari ini, Selasa (27/6/2023), bakal membuat psikisnya semakin memburuk.
"Kami berangkat dari kepentingan terbaik bagi anak sebagaimana Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) amanatkan, AG sudah cukup berat hukumannya, dengan hadir langsung ke pengadilan tentu akan semakin mempengaruhi psikisnya," ujar dia saat dikonfirmasi.
Padahal, Mangatta mengaku telah mengajukan permohonan kesaksian secara daring sejak satu pekan lalu.
Namun, permohonan itu diabaikan dan tak mendapat respons dari JPU maupun Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan.
"Klien kami hari ini akan kooperatif hadir memenuhi panggilan. Namun sayangnya, permohonan kami untuk anak AG memberi kesaksian melalui daring atau online masih diabaikan oleh JPU maupun Yang Mulia Hakim Pemeriksa," tutur dia.
Mangatta juga tak mengetahui alasan spesifik mengapa sang klien akhirnya tetap harus dihadirkan secara langsung di dalam sidang.
Sebab, surat yang dikirim memang tak mendapat balasan dari seluruh pihak.
"Baik JPU maupun Majelis Hakim telah kami surati sejak minggu lalu. Untuk alasan AG tetap dibawa ke Pengadilan kami tidak diberitahukan," tutup dia.
Adapun AG akan menjadi saksi mahkota dalam persidangan Mario dan Shane.
Berdasarkan informasi dari laman Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) PN Jakarta Selatan, sidang dengan agenda pemeriksaan saksi akan dimulai pukul 10.35 WIB.
Untuk diketahui, AG merupakan mantan pacar Mario Dandy Satriyo. Mario adalah anak pejabat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan RI, Rafael Alun Trisambodo.
Mario menganiaya korban D pada 20 Februari 2023 di Kompleks Green Permata, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Mario marah karena mendengar kabar dari saksi bernama Amanda (19) yang menyebut AG yang dulu merupakan kekasihnya mendapat perlakuan tidak baik dari korban. Mario lalu menceritakan hal itu kepada temannya, Shane Lukas.
Kemudian, Shane memprovokasi Mario sehingga Mario menganiaya korban sampai koma. Shane dan AG ada di TKP saat penganiayaan berlangsung. Shane juga merekam penganiayaan yang dilakukan Mario.
Kini, Shane dan Mario sudah ditetapkan sebagai terdakwa dan ditahan di ruang Lembaga Pemasyarakatan (LP) Salemba, Jakarta Pusat.
Menurut jaksa, Mario Dandy telah melakukan perbuatan sebagaimana diatur dalam Pasal 355 KUHP Ayat 1 juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP subsider 353 ayat 2 KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP atau ke-2 Pasal 76 C juncto Pasal 50 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP.
Sementara itu, Shane juga didakwa dengan dakwaan serupa. Ia didakwa melakukan penganiayaan berat terencana terhadap D bersama Mario Dandy dan anak AG.
Shane didakwa Pasal 353 ayat (2) KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP subsider 355 KUHP Ayat 1 juncto Pasal 56 ayat (2) KUHP atau ke-2 Pasal 76 C juncto Pasal 80 ayat (2) UU RI No 35 Tahun 2014 tentang perubahan UU No 23 tahun 2022 tentang Perlindungan Anak.
Khusus AG, hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan telah memvonis AG dengan hukuman penjara 3,5 tahun. Hakim menyebut, AG terbukti bersalah karena turut serta melakukan penganiayaan berat dengan perencanaan terlebih dahulu terhadap D.
Putusan ini kemudian diperkuat oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dan keputusan Mahkamah Agung yang menolak kasasi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/06/27/09484161/ag-bakal-hadir-beri-kesaksian-kuasa-hukum-akan-pengaruhi-psikisnya