Salin Artikel

Kesedihan Ngadenin, Akses Rumahnya Ditutup Tembok Hotel dan Dibuat Sakit Hati Pemilik Hotel

Usai akses rumahnya ditutup tembok setinggi 15 meter, sikap yang tak menyenangkan didapat Ngadenin dari pemilik hotel.

Hal tersebut membuat Ngadenin merasa sakit hati, tetapi tak bisa berbuat apa-apa lantaran ia kalah "power" dengan pemilik hotel.

Setiap kali Ngadenin bertanya mengenai nasib rumahnya yang terkurung tembok hotel, pihak manajemen hotel selalu menjawabnya dengan kata-kata yang menyakitkan hati.

"Kalau nanya mengenai itu (nasib rumahnya yang terkurung, pemilik hotel) malah jawab lebih keras," ujar Ngadenin saat dijumpai Kompas.com, Senin (10/7/2023).

Suatu ketika Ngadenin bertanya kepada manajemen hotel soal bagaimana cara dirinya pulang ke rumah apabila aksesnya ditutup tembok hotel.

Namun, jawaban yang diberikan pihak hotel justru melukai hati Ngadenin.

"Saya pernah nanya, bagaimana, 'Pak Haji, kalau saya pulang ke rumah?' Dijawabnya, 'Ya harus beli helikopter dulu'. Sakit (hati) saya digituin sebenarnya," jelasnya.

Ngadenin yang berprofesi sebagai pedagang sate sudah kehilangan hasrat untuk melawan pihak hotel.

Dia memilih pasrah dan menjalani hidup dengan segala kesulitannya. Termasuk, harus menyusuri got penuh lumpur, beling, serta kawat tajam untuk bisa menuju ke rumahnya sendiri.

Sempat numpang tidur di rumah saudara

Karena akses menuju rumahnya tertutup tembok hotel, Ngadenin sempat menumpang tidur di rumah saudara.

Ngadenin memiliki lima orang anak yang belum menikah. Namun, karena akses rumah telah ditutup, kelima anak Ngadenin hidup terpisah.

"Anak-anak tidak mau tinggal di sini atau di warung, sekarang ngekos, tadinya itu menumpang karena merasa di sini sudah tidak nyaman, jadi menumpang ke saudara," kata Ngadenin.

Tidur di warung

Sudah tiga tahun akses jalan rumah Ngadenin ditutup. Lama kelamaan, Ngadenin dan istrinya, Nur (55), lelah setiap kali pulang ke rumah melewati saluran air.

Akhirnya, Ngadenin memilih tidur di warung sate yang terletak tidak jauh dari rumahnya.

Sedihnya, ia harus berpisah dengan kelima anaknya yang memilih untuk menyewa kos karena tak cukup tinggal di warung.

"Akhirnya sekarang pisah-pisah, ada yang di Depok ada di Blok M dan ada yang di Ciputat, yang mondar-mandir (pulang ke warung) satu (anak bontot)," kata Ngadenin.

Keadaan yang dialami Ngadenin saat ini membuatnya begitu merasa sedih. Sebab, sudah tiga tahun dirinya tidak bisa lengkap berkumpul dengan keluarga karena rumahnya rusak.

"Kami sudah tiga tahun merasa lelah, mau nempatin rumah kok lewatnya harus got dan rumah ini itu kalau ditempatin sudah terlalu rusak," kata dia.

"Sebenarnya kerugiannya itu batinnya sedih terus, lahirnya ya begini keadaannya," sambungnya.

Sebagai informasi, Ngadenin dan keluarga tinggal di pinggir jalan raya sejak 1999 atau 24 tahun. Bagian depan, dibuat untuk berdagang sate dan tongseng.

Sementara rumahnya Ngadenin berada di bagian belakang, menyatu dengan warungnya.

Namun selang beberapa lama kemudian, tetangga Ngadenin menjual lahannya ke pengusaha hotel.

Ngadenin lalu diancam pihak hotel apabila tidak menjual lahannya. Ia akhirnya memilih nyerah.

"Saya ditakut-takuti kalau enggak mau jual ke dia (pemilik hotel), nanti saya ditakut-takuti akan dikurung, ditutup (akses jalan) akhirnya saya nyerah," tutur Ngadenin.

"Ditawar harganya sangat sangat rendah, tidak sesuai kalau buat beli rumah pengganti enggak dapet, setengah saja enggak dapat," tambah dia.

Karena dibeli dengan harga yang tidak sebanding, Ngadenin akhirnya terpaksa membeli rumah yang masih berada di kawasan tersebut dan warung sate Ngadenin juga dipindah.

Rumah baru Ngadenin inilah yang kemudian dikurung bangunan hotel. Para pemilik lahan sekitar rumah Ngadenin telah menjual tanah ke pihak hotel.

Hal itu membuat Ngadenin tidak memiliki akses keluar-masuk rumahnya sendiri.

(Penulis: Firda Janati | Editor: Jessi Carina, Irfan Maullana).

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/11/10332551/kesedihan-ngadenin-akses-rumahnya-ditutup-tembok-hotel-dan-dibuat-sakit

Terkini Lainnya

Cerita Fransiskus Asal Flores, Rela Cuti Kuliah demi Jadi Taruna STIP

Cerita Fransiskus Asal Flores, Rela Cuti Kuliah demi Jadi Taruna STIP

Megapolitan
Pemprov DKI Larang 'Study Tour', Korbankan Pengalaman Anak

Pemprov DKI Larang "Study Tour", Korbankan Pengalaman Anak

Megapolitan
PSI Buka Penjaringan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Pilkada DKI Jakarta

PSI Buka Penjaringan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Pilkada DKI Jakarta

Megapolitan
Sebelum Penerimaan Dimoratorium, Catar STIP Sudah Bayar Rp 2 Juta untuk Seleksi Masuk

Sebelum Penerimaan Dimoratorium, Catar STIP Sudah Bayar Rp 2 Juta untuk Seleksi Masuk

Megapolitan
Harapan Baru Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris Turun Tangan dan Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Harapan Baru Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris Turun Tangan dan Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana | Miliaran Hasil Parkir Mengalir ke Ormas dan Oknum Aparat

[POPULER JABODETABEK] Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana | Miliaran Hasil Parkir Mengalir ke Ormas dan Oknum Aparat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 17 Mei 2024 dan Besok: Siang ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 17 Mei 2024 dan Besok: Siang ini Cerah Berawan

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Megapolitan
Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Megapolitan
Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Megapolitan
Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Megapolitan
Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Megapolitan
Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Megapolitan
Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke