Hal ini dinyatakan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) DKI Jakarta, menanggapi penolakan warga kolong tol untuk direlokasi ke rusun.
"Menurut saya, rusun ini adalah rumah yang layak huni, (jika) dibandingkan dengan kondisi rumah yang dihuni (warga kolong tol) saat ini," ujar Pelaksana Tugas Kepala DPRKP DKI Jakarta Retno Sulistyaningrum melalui sambungan telepon, Minggu (16/7/2023).
Ia menyebutkan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI berkewajiban menyediakan rumah yang layak huni.
Karena itu, DPRKP DKI bakal terus menyosialisasikan rumah yang tergolong layak huni kepada warga kolong Tol Cawang-Tomang-Pluit Kilometer 17 agar mereka mau direlokasi ke rusun.
"Pemprov DKI akan menyediakan rumah yang layak huni. Kami berkewajiban atau berhak menyediakan itu," sebut Retno.
"Kalau warga masih menolak, berarti upaya kami harus melakukan sosialisasi atau pembinaan," lanjut dia.
Ia menegaskan, sosialisasi serta pembinaan kepada warga kolong tol bakal melibatkan wali kota, camat, serta lurah.
Retno pun berharap, usai direlokasi, warga kolong Tol Cawang-Tomang-Pluit Kilometer 17 memiliki kehidupan yang lebih baik.
"Pastinya harapannya, (usai direlokasi) di rusun, secara sosial dan secara ekonomi bertahap akan selalu meningkat," tutur dia.
Diberitakan sebelumnya, rencana Pemprov DKI Jakarta merelokasi permukiman di kolong Jalan Tol Cawang-Tomang-Pluit Kilometer 17 tak direspons dengan baik oleh sebagian warga.
Kasmini (54), misalnya, khawatir kesulitan mengais rezeki bila dipindahkan ke rusun.
“Kalau seandainya kami dipindahkan, terus suami saya nyari makannya dari mana?,” kata Kasmini saat ditemui Kompas.com di kolong Tol Cawang-Tomang-Pluit, Rabu (12/7/2023).
Ibu satu anak ini menyebutkan, suaminya sehari-hari bekerja sebagai kuli panggul di pasar kawasan Jelambar. Lokasi pasar ini tak jauh dari hunian mereka di kolong jalan tol.
Selain itu, suami Kasmini juga mencari pundi-pundi rupiah dengan menjual kembali barang rongsokan dan bekas kemasan minuman.
Sementara itu, rusun yang disiapkan untuk warga kolong tol hingga kini belum diketahui dan boleh jadi berjarak cukup jauh dari pasar kawasan Jelambar.
Adapun Kasmini dan suaminya memilih menempati hunian tak laik di kolong jalan tol itu lantaran tak memiliki biaya untuk mengontrak.
“Karena saya enggak mampu bayar, apalagi anak saya sekolah. Saya enggak mampu bayar kontrakan,” ucap Kasmini.
Selama empat bulan ke belakang, perempuan asal Purwodadi, Jawa Tengah, ini makan, mandi, dan tidur di rumah sempitnya.
Meski begitu, Kasmini mengaku tetap bertahan agar bisa mengirit pengeluaran.
Sebab, ia hanya perlu mengeluarkan uang Rp 50.000 per bulan untuk membayar kebersihan di permukiman tersebut.
“Kalau di sana, di rusun, biar bagus tapi kan enggak ada penghasilan. Sumber pemasukan kami kan dari kuli panggul suami saya,” tutur Kasmini.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/16/16024051/warga-kolong-tol-tolak-direlokasi-pemprov-dki-rusun-layak-huni