Namun, keberadaan eceng gondok di sebuah perairan tawar dianggap berdampak negatif sehingga membuat tanaman tersebut sering disingkirkan, seperti yang saat ini terjadi di Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.
Lantas, apa alasan eceng gondok perlu dibersihkan dari sebuah waduk, sungai, danau, dan perairan tawar lainnya?
Dilansir dari Antara, eceng gondok dipandang dalam dua sisi, yakni positif dan negatif.
Sisi positif
Keberadaan eceng gondok yang mengapung memiliki akar yang langsung ke air sehingga menyerap sumber-sumber pertumbuhan.
Air yang kotor justru menjadi potensi yang baik bagi eceng gondok untuk tumbuh.
Oleh sebab itu, tanaman ini dipandang memiliki kemampuan menyerap polutan dan bahan-bahan kimia dari limbah industri, perkantoran, dan rumah tangga yang larut di perairan atau dalam aliran air.
Pada intinya, eceng gondok memberikan solusi untuk mengatasi pencemaran air.
Menurut Kris Setyanto dan Warniningsih dalam jurnal Pemanfaatan Eceng Gondok untuk Membersihkan Kualitas Air Sungai Sungai Gadjahwong Yogyakarta (2011), dalam waktu 3,6 hari eceng gondok dapat menyerap 50 persen limbah organik dari air.
Selain limbah organik, tanaman eceng gondok juga dapat menyerap kandungan logam berat dalam air yang membahayakan makhluk hidup, di antaranya logam krom, tembaga, kopernisium, merkuri, dan juga kadmium.
Jadi, eceng gondok memberikan solusi pembersihan air yang tercemar untuk kembali bersih. Penggunaan eceng gondok untuk membersihkan air terbilang mudah, murah, dan tidak memerlukan waktu yang lama.
Sisi negatif
Pertumbuhan eceng gondok yang begitu cepat menyebabkan genangan atau wilayah perairan menjadi cepat tertutup.
Oleh sebab itu, eceng gondok kadang dipandang sebagai tanaman pengganggu atau gulma.
Tanaman ini juga dipandang mengganggu aliran air dan mengakibatkan pendangkalan karena seluruh batang eceng gondok yang busuk nantinya akan mengendap di dasar air.
Namun, jika eceng gondok dikatakan mengganggu aliran air, itu sebenarnya karena komposisi air yang mengalir sering disertai sampah.
Sampah yang mengalir, termasuk plastik "menabrak" tumbuhan eceng gondok sehingga aliran air jadi tersendat.
Karena itu, tersendatnya aliran air sebenarnya bukan semata-mata karena eceng gondok, tetapi karena adanya sampah.
Hal ini karena sifat eceng gondok yang mengapung dan mampu mengadaptasi ketinggian air.
Kendati demikian, pertumbuhan eceng gondok yang cepat mengakibatkan permukaan air tertutup sehingga menghalangi sinar matahari menjangkau dasar perairan.
Hal itu mengakibatkan kandungan oksigen di air yang ditumbuhi eceng gondok dinilai tidak memadai untuk pertumbuhan ikan. Sebaliknya, kondisi itu memacu pertumbuhan nyamuk.
Sementara itu, pendangkalan yang terjadi diakibatkan batang-batang eceng gondok yang busuk dan surutnya air akibat penyerapan yang cepat untuk pertumbuhan tanaman ini.
(Penulis: Sri Muryono (Antara), Silmi Nurul Utami | Editor: Ruslan Burhani (Antara) Serafica Gischa).
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/20/16180591/alasan-eceng-gondok-kerap-dibersihkan-dari-waduk-danau-sungai-dan