Kasus DBD di Jakbar itu tinggi setara dengan empat kota lain yakni Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang.
"Sesuai SK Menkes perluasan di 5 kota dengan angka kasus DBD yang cukup tinggi," ucap Ngabila saat dihubungi, Senin (27/11/2023).
Implementasi penyebaran nyamuk wolbachia di Indonesia sebelumnya disebut telah berhasil menekan kasus DBD di Yogyakarta pada 2014.
Keberhasilan itu menjadi salah satu alasan penyebaran nyamuk tersebut dilakukan kembali untuk menekan kasus DBD, termasuk di DKI Jakarta.
"Jakarta Barat masih proses sosialisasi kepada warga bersama kader, RT, RW tokoh masyarakat agar implementasi berjalan," kata Ngabila.
"Bandung sudah mulai (menyebar nyamuk wolbachia) di satu kelurahan beberapa waktu lalu," sambung Ngabila.
Adapun nyamuk wolbachia disebut dapat membawa bakteri yang bisa bersaing dengan virus demam berdarah, Zika, chikungunya, dan demam kuning.
"Nyamuk aedes aegypti (nanti) tidak dapat lagi membawa virus demam berdarah. Sehingga nyamuk aedes aegypti yang menggigit manusia tidak akan membuat sakit DBD. Gigitannya hanya membuat bentol saja," kata Ngabila.
Sebelumnya, Kemenkes menyebut tengah menyebar nyamuk wolbachia secara masif untuk menekan penularan demam berdarah dengue (DBD).
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan, wolbachia merupakan inovasi teknologi yang melengkapi strategi nasional pengendalian DBD, seperti gerakan 3M Plus.
Implementasinya dilakukan di lima kota sebagai pilot project di Indonesia untuk penanganan DBD.
Gerakan itu berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot Project Implementasi Wolbachia.
Penyebaran jentik nyamuk wolbachia dilakukan di 47.251 titik di Kota Semarang, 20.513 titik di Kota Bandung, 18.761 titik di Kota Jakarta Barat, 9.751 titik di kota Kupang, dan 4.917 titik di Kota Bontang.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/11/27/11340831/rencana-penyebaran-nyamuk-wolbachia-di-jakbar-dinkes-kasus-dbd-di-sana