JAKARTA, KOMPAS.com - Pertengkaran hebat Panca Darmansyah (41) dengan istrinya, D, lewat Whatsapp sempat terjadi sebelum keempat anaknya dibunuh ayahnya sendiri.
Keduanya berkomunikasi via WhatsApp karena D saat itu tengah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu usai dianiaya Panca pada Sabtu (2/12/2023).
Menurut Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan Komisaris Henrikus Yossi, ketika situasi semakin memanas, keduanya memutuskan tak berbalas pesan lagi.
"Ketika komunikasi terputus, hal ini akhirnya membulatkan tekad yang bersangkutan untuk melakukan aksi kejinya, yakni menghilangkan nyawa empat anaknya," tutur Kamis (21/12/2023).
Panca membunuh keempat anaknya pada Minggu (3/12/2023) dalam rumah kontrakannya di Gang Haji Roman, RT 04 RW 03, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Namun, pembunuhan itu baru terungkap pada Rabu (6/12/2023) sore, saat warga mencium bau busuk yang menyengat.
Di dalam rumah, warga bersama polisi melihat keempat anak Panca dan D dalam keadaan tewas di salah satu kamar. Mereka adalah VA (6), S (4), A (3), dan As (1).
Terbakar api cemburu
Kekejian Panca yang tega menghabisi nyawa keempat anaknya bermula dari api cemburu saat ia melihat pesan sang istri dengan lelaki lain.
"Intinya saya cemburu dengan istri saya karena dia melakukan perselingkuhan, itu saja," kata Panca.
Mulanya, dia melihat pesan sang istri dengan lelaki lain melalui WhatsApp. Karena penasaran, Panca menelepon laki-laki itu. Tak lama, nomor itu kemudian diblokir.
Setelah itu, Panca mengaku meretas akun Instagram sang istri dan melihat lebih jelas bahwa ada tiga orang yang diduga berhubungan intens dengan D.
"Enggak cuma satu orang aja. Ada kisaran tiga orang yang (chat-nya) seperti suami-istri," lanjut dia.
Menurut Ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, ada beberapa faktor yang membuat keempat anaknya itu justru jadi sasaran amarah sang ayah.
Menurut Reza, ada motif dendam dalam pembunuhan tersebut. Hal ini terlihat dari pesan “Puas Bunda Tx For ALL” yang ditulis dengan darah pelaku.
Reza memandang, pesan berdarah itu menyiratkan amarah yang hebat dari pelaku. Dalam tragedi ini, anak-anak malah menjadi korban amarah sang ayah.
Ada kemungkinan sang suami sedang merasa kehilangan. Dengan begitu, suami berpikir sudah saatnya sang istri juga merasa kehilangan yang sama.
"(Anak-anak jadi) korban revenge, yaitu karena aku kehilangan, maka giliran istri juga merasa kehilangan," ucap Reza kepada Kompas.com, Selasa (12/12/2023).
Faktor lainnya, kata Reza, ada dugaan pemindahan target korban dari pelaku (displacement) dari istri ke anak. Seperti diketahui, sang istri berinisial D sempat mendapat kekerasan dari pelaku.
Hal itu diketahui saat sang adik berencana menjemput korban untuk pergi bekerja. Nahas, saat itu adik korban mendapati kakaknya dipukuli. D pun berhasil diselamatkan.
"(Anak-anak jadi) korban displacement, yaitu karena menyalurkan amarah ke istri tak memungkinkan, maka anak menjadi sasaran pengganti," ucap Reza.
Pada situasi tersebut, Reza berujar, maka pelaku akan mencari objek lainnya yang sangat disayangkan obyek pengganti itu adalah anaknya sendiri.
Secara umum, anak memang memiliki kelemahan yang multidimensional. Misalnya saja, secara fisik mustahil bagi anak melakukan perlawanan secara langsung.
Secara psikis, anak juga tidak menyangka bahwa orang yang akan menyakitinya adalah orangtuanya. Anak juga relatif lebih mudah untuk dimanipulasi dan diintimidasi.
"Demikian juga secara sosial, anak akan mengalami kesulitan ketika mereka dalam situasi kritis dan mencari bala bantuan," tutur Reza.
Percobaan bunuh diri
Panca sempat meminta maaf kepada keempat anak kandungnya melalui rekaman video. Ia minta maaf usai menghabisi nyawa anak-anaknya.
Panca meminta maaf sambil menunjukkan kondisi empat anaknya. Ia juga meminta maaf kepada sanak saudaranya lewat video lain.
Setelah membekap anaka-anaknya, Panca disebut berupaya bunuh diri sebanyak lima kali. Namun, upaya itu sia-sia. Panca ternyata masih hidup.
Kendati demikian, Reza menilai tindakan yang dilakukan Panca dengan melukai diri sendiri belum tentu karena benar-benar ingin bunuh diri.
Yang jelas, kata Reza, apa yang dilakukan pelaku merupakan salah satu upaya untuk menghindari pertanggungjawaban pidana.
"Entah mencoba menghabisi diri sendiri atau mencoba membangun narasi bahwa dia punya gangguan mental tertentu," ucap Reza dilansir dari Youtube Kompas TV, dikutip Selasa (12/12/2023).
Di sisi lain, Reza berujar, bukan tak mungkin juga pelaku sengaja membuat dirinya cacat sedemikian rupa sehingga ia tak mungkin diperiksa.
"Itu adalah modus-modus yang bisa saja dilakukan oleh orang yang melakukan perbuatan pidana," ujar Reza menambahkan.
Yang terjadi kini justru sebaliknya. Panca telah ditetapkan sebagai tersangka dan sudah ditahan di Kepolisian Resor (Polres) Jakarta Selatan selama 20 hari ke depan.
Mulanya, pihak kepolisian berkoordinasi dengan Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur, untuk mengetahui kondisi kesehatan Panca.
Sebab, Panca ditemukan terluka bersamaan dengan penemuan jasad korban. Setelah dirawat dan dinyatakan sehat oleh pihak rumah sakit, Panca langsung ditahan.
"Yang bersangkutan inisial P dinyatakan sehat dan bisa dilaksanakan proses penahanan seperti biasa," ujar Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Bintoro.
Panca juga dinyatakan layak untuk mengikuti proses hukum. Hasil itu didapat dari asesmen kejiwaan atau visum psikiatrikum yang dilakukan tim dokter selama 14 hari.
Panca disebut menjalani beberapa tes yang berhubungan dengan kejiwaannya dan dinyatakan sehat.
Atas perbuatannya, dia disangkakan Pasal 340 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang pembunuhan berencana.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/12/22/07170921/saat-panca-darmansyah-cemburu-pada-sang-istri-tapi-mengapa-malah-4