Salin Artikel

Kaleidoskop 2023: Mereka yang Tewas di Tangan Oknum Aparat...

JAKARTA, KOMPAS.com - Kurang dari satu pekan, tahun 2023 segera berakhir/

Sederet peristiwa tentu tak luput dari ingatan publik, termasuk mereka yang tewas di tangan aparat penegak hukum, baik dari institusi Polri atau dari TNI sendiri.

Dalam catatan Kompas.com, ada beberapa kasus kematian warga sipil akibat ulah oknum aparat.

Beberapa contohnya adalah pembunuhan Sony Rizal Taihitu yang terjadi pada Januari 2023 dan kasus kematian Imam Masykur, pedagang kosmetik yang tewas di tangan tiga oknum aparat TNI AD.

1. Pembunuhan pengemudi taksi daring oleh anggota Densus

Kasus pertama kematian warga sipil di tangan oknum aparat di wilayah Polda Metro Jaya tahun ini terjadi pada 23 Januari.


Korban adalah Sony Rizal Taihitu (56), pengemudi taksi daring yang dibunuh oknum anggota Densus 88 yakni Bripda Haris Sitanggang.

Sony ditemukan bersimbah darah akibat ditusuk Bripda Haris di Perumahan Bukit Cengkeh, Depok.

Kronologi kematian Sony dimulai saat Haris mendapat perintah dari sang Kakak untuk membeli mobil yang akan digunakan oleh keluarganya di Jambi.

Haris lalu mendapat kiriman uang sebanyak dua kali, yakni Rp 20 juta dan Rp 70 juta di tanggal 19 Januari 2023.

Setelah itu, Haris justru menggunakannya untuk bermain judi online dengan harapan uang bisa berlipat ganda.

Namun, uang yang diharapkan berlipat ganda itu lenyap karena ia kalah berjudi.

Haris kemudian menyusun rencana untuk mencuri mobil dengan menyasar korban sopir taksi daring, agar bisa mengembalikan uang yang telah ia habiskan. Rencana itu membawa Haris bertemu dengan Sony.

Di dalam mobil, Haris menghabisi nyawa Sony. Korban sempat menahan tangan pelaku yang menodongkan pisau dari kursi penumpang belakang sopir.

Namun, Haris menusuk korban menggunakan pisau tersebut hingga korban terluka di dekat leher dan kepala.

Selain itu, korban juga sempat mengunci pintu mobil ketika pelaku keluar dari mobil setelah menusukkan pisaunya.

"Tersangka keluar dari mobil dengan maksud mengambil alih kemudi," ujar penyidik yang memimpin rekonstruksi di Mapolda Metro Jaya, Kamis (16/2/2023) lalu.

"Namun, saat tersangka mencoba membuka pintu mobil, ternyata pintu tersebut sudah terkunci," jelas Penyidik.

Pelaku kemudian mencoba membuka pintu mobil secara paksa, tetapi gagal. Haris akhirnya berlari meninggalkan korban dan mobilnya ke luar perumahan.

Sony lalu ditemukan warga dalam kondisi terkapar di samping mobil Avanza merahnya.

Polisi menjelaskan bahwa Bripda Haris tertangkap beberapa jam setelah jasad Sony ditemukan.

Penyidik berhasil mengidentifikasi pelaku dari sejumlah petunjuk yang ditemukan di mobil korban. Petunjuk itu berupa barang pribadi dan identitas Bripda Haris yang tertinggal usai menghabisi nyawa korban.

Persidangan telah berlangsung dan saat ini Bripda Haris Sitanggang telah divonis hukuman penjara seumur hidup.

2. Tewasnya dua lansia di Bekasi

Kasus selanjutnya adalah kematian pasangan lanjut usia (lansia) Sonder Simbolon (72) dan Tiurmaida (65). Keduanya meninggal dunia usai ditabrak oleh oknum TNI AD Prada Metro Winardo.

Kejadian bermula saat Sonder dan istrinya sedang berkendara dari pasar menuju ke kediaman anaknya, untuk menjenguk cucunya pada Kamis (4/5/2023) pagi.

Saat melintas di Jalan Raya Kampung Sawah, Jatimurni, Pondok Melati, Kota Bekasi, sepeda motor yang dikendarai oleh Sonder ditabrak menggunakan mobil Nissan X-Trail yang dikemudikan oleh Prada Metro.

Kedua korban tewas dinyatakan tewas di lokasi dengan kondisi luka berat. Sonder bahkan tewas dengan kondisi kaki terputus. Keduanya juga terlempar hingga 20 meter.

Kuasa Hukum dari keluarga korban yakni Hazirun Tumanggor mengungkapkan, keterangan itu terungkap usai pihak Detasemen Polisi Militer (Denpom) 2 Cijantung memperlihatkan rekaman CCTV ke keluarga.

"Sangat jauh (terlemparnya), karena kami lihat objek tabrakannya, sangat di luar nalar, sampai terbang korban. Ada kira-kira 20 meter terlempar," ujar Harizun di depan awak media di Denpom 2 Cijantung, Rabu (10/5/2023) lalu.

Ketika menabrak, kata Hazirun, Prada Metro juga mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi.

Hal itu yang menyebabkan korban terpental jauh dan langsung tewas di lokasi kejadian.

"Memang kecepatannya sangat tinggi jika kami lihat CCTV. Terhempas jauh korban, mengakibatkan korban meninggal dunia di tempat," kata Hazirun lagi.

Pihak Detasemen Polisi Militer (Denpom) Jaya 2 Cijantung kemudian mengungkapkan, tabrakan itu terjadi karena Prada Metro berkendara dalam keadaan mengantuk.

Mobil Nissan X-Trail yang digunakan Prada Metro juga merupakan milik atasannya. Dalam keadaan mengantuk itu, Prada MW melajukan mobilnya hingga kecepatan hingga 70 kilometer per jam.

Usai kejadian, Prada Metro juga langsung meninggalkan korban di lokasi kejadian.

"Anggota yang masih Prada, masih baru, ditambah mungkin rasa kalut, jadi dia pergi meninggalkan TKP dan mungkin juga ada rasa ketakutan," ucap Komandan Polisi Militer Jaya 2 Cijantung, Letkol Cpm Pandi Rahana di Jakarta Timur, Rabu (10/5/2023).

3. Imam Masykur tewas di tangan tiga oknum TNI

Kasus selanjutnya adalah kematian Imam Masykur di tangan tiga oknum aparat TNI. Para pelaku adalah Praka Riswandi Manik dari satuan Paspampres, Praka Heri Sandi dari Direktorat Topografi Angkatan Darat (Dittopad), dan Praka Jasmowir dari Kodam Iskandar Muda Aceh.

Imam yang merupakan pemuda asal Aceh dan berprofesi sebagai pedagang obat di Rempoa, Tangerang Selatan, itu tewas dibunuh oleh para pelaku usai diculik dari toko obatnya.

Tak hanya diculik, Imam juga dipukuli oleh tiga oknum prajurit tersebut.

Informasi itu didapat dari hasil visum penyebab kematian Imam di RSUD Karawang.

Hal ini diketahui awak media saat Hotman Paris Hutapea yang juga merupakan kuasa hukum korban itu bertanya kepada ibunda Imam, Fauziah (47), tentang hasil visum korban.

"Visumnya ada nih, Bang. Visumnya dari rumah sakit. Dibilang, katanya asfiksia. Jadi kayak asam, diduga asma, gitu," kata kuasa hukum korban, Putri Maya Rumanti, Selasa (5/9/2023).

Asfiksia adalah masalah pada sistem pernapasan yang diakibatkan rendahnya kadar oksigen di dalam tubuh.

"Kayak tersedak gitu. Ini yang visum dari rumah sakit (RSUD) Karawang, yang pertama kali," ucap Putri.

Tak hanya itu, dada korban juga ternyata berlubang. Hal itu awalnya diketahui oleh Yuni Maulida (23), calon tunangan Imam yang bertolak dari Aceh ke RSUD Karawang untuk memastikan apakah mayat tanpa identitas merupakan kekasihnya.

Saat pertama kali melihat jasad Imam dengan mata kepalanya sendiri, Yuni langsung terkejut. Pasalnya, Yuni menemukan sebuah luka dengan kondisi berlubang di dada kiri Imam.

"Kalau waktu yang saya lihat, kondisi jenazah waktu di Karawang, itu posisi kepala almarhum ada luka. Terus, di sini ada juga luka di badan (dada) sebelah kiri," kata Yuni.

"Di sebelah kiri, ada bolongnya. Pokoknya ada lubangnya, ada lubangnya," ucap dia melanjutkan.

Di persidangan, fakta selanjutnya kembali terungkap. Kepala Oditurat Militer II-07 Jakarta Kolonel Kum Riswandono Hariyadi mengatakan, para terdakwa menyiksa Imam sehingga otak korban mengalami pendarahan.

"(Tubuhnya juga) memar karena terjadi akumulasi pukulan dengan tangan maupun HT," kata Riswandono di Pengadilan Militer II-08 Jakarta, Cakung, Jakarta Timur, Senin (27/11/2023) lalu.

Selain itu, bagian rahang Imam Masykur juga ditendang oleh Praka Heri Sandi. Tendangan itu mendarat di leher korban.

"(Tendangan) mengenai leher, yang mengakibatkan tulang (pangkal) lidah korban patah," ujar Riswandono.

Tulang pangkal lidah yang patah membuat saluran pernapasan Imam Masykur terganggu. Hal inilah yang membuat korban meninggal lebih cepat. Selain tulang pangkal lidah, tulang rahang Imam juga patah.

"Rahang juga patah, lepas dari kedudukannya kalau dari hasil visum. Itulah yang mempercepat kematian korban, dan (ditambah) dibuang ke sungai," ujar Riswandono.

Terkini, tiga oknum TNI itu telah menerima vonis seumur hidup dan dipecat dari kedinasannya.

"Memidana para terdakwa dengan pidana, satu, terdakwa satu pidana pokok penjara seumur hidup," kata Hakim Ketua Kolonel Chk Rudy Dwi Prakamto dalam sidang pembacaan vonis di Pengadilan Militer II-08 Jakarta, Cakung, Jakarta Timur, Senin (11/12/2023).

Rudy juga mengatakan, tiga oknum prajurit itu terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana pembunuhan berencana.

"Kesatu, pembunuhan berencana yang dilakukan bersama-sama, sebagaimana dakwaan kesatu primer," ujar Rudy.

"Kedua, penculikan yang dilakukan secara bersama-sama," sambung dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/12/29/05000031/kaleidoskop-2023--mereka-yang-tewas-di-tangan-oknum-aparat-

Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke