Kebun itu ditanami berbagai macam buah dan sayuran, mulai dari cabai, bawang merah, melon, semangka, terong, kangkung, dan sebagainya.
“Sekarang ini orang susah cari duit. Minimal kalau mereka bisa nabung uang sambal Rp 10.000, itu bisa dialihkan untuk pangan yang lain. Misal, bisa beli beras atau lauk yang lain,” kata Zulharman saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Karet Tengsin, Rabu (10/1/2024).
Kebun itu juga bisa membantu kondisi ekonomi warga di lingkungannya. Warga boleh dengan bebas mengambil sayur atau buah apa pun yang ditanam di kebun.
Kendati demikian, Zulharman juga mendorong dan mengajak warganya untuk tetap menanam cabai di rumah masing-masing.
“Kalau cabai lagi mahal, misalkan satu rumah tanam 3-4 pohon, minimal buat nyambel masih ada. Setidaknya dua tanaman, cabai sama tomat. Kan tumbuhnya cepat, asal dipupuk,” ujar dia.
Selain itu, kebun ini juga dianggap bisa menjaga ketahanan moral rumah tangga.
“Paling enggak misal orang yang enggak punya duit di rumah, terus bininya ngomel sama lakinya, ribut. Misalkan, ‘Pa, mau nyambel’. Terus suaminya bilang, ‘Ya, papa ambilkan cabainya’. Kan jadi ada harmonisasinya,” ucap Zulharman.
Di RW 06 Karet Tengsin, Zulharman mengatakan, pihaknya telah membuat sekitar 150 kantong tanaman cabai.
Dia berharap, kelompok-kelompok tani atau masyarakat bisa turut membudidayakan tanaman, khususnya cabai.
“Paling enggak di atas 50 pohon untuk program eksternal. Kalau program internal, paling enggak satu rumah minimal 2-4 pohon,” tutur dia.
“Kalau memang kebutuhan masyarakat sudah tercukupi, yang (hasil) kelompok kan bisa dijual ke pasar. Menjadi kas masyarakat untuk membangun wilayah,” lanjut Zulharman.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/01/11/07074401/ketua-rw-di-karet-tengsin-bangun-kebun-komunal-warga-boleh-ambil-sayuran